Liga Spanyol : 3 Pengusiran Pemain yang Membuat Barcelona Menyesal Seumur Hidup

oleh Choki Sihotang diperbarui 22 Jul 2022, 14:01 WIB
Mantan gelandang Barcelona, Thiago Alcantara. (AFP/Josep Lago)

Bola.com, Jakarta - Ada pepatah "Menyesal kemudian tak ada artinya". Wejangan bijak itu sangat pas tertuju kepada raksasa Catalan, Barcelona. Bagaimana tidak, keputusan melepas sejumlah pemain ke klub lain malah belakangan membuat Blaugrana nelangsa.

Ironisnya, pilar yang dilepas justru pemain bintang yang memiliki totalitas dan loyalitas tak perlu lagi diragukan seperti Yaya Toure, Michael Laudrup dan Thiago Alcantara.

Advertisement

Tiga nama tersebut tak hanya idola dan panutan, tapi juga pahlawan yang sangat dicintai publik Camp Nou. Mau tahu bagaimana kisahnya? Yuk, kita kembali menoleh ke belakang sebentar.

 

2 dari 8 halaman

Yaya Toure

Mantan pemain Barcelona yang kini membela Manchester City, Yaya Toure. (AFP/Diego Tuson)

Yaya Toure meninggalkan Barcelona sebagai pemenang Liga Champions. Kualitas Toure tidak pernah diragukan, karena gelandang kuat itu masih menjadi penggerak penting dari lineup Barca dalam empat tahun yang ia habiskan di Camp Nou.

Namun, Pep Guardiola lebih senang memainkan Sergio Busquets dalam peran lini tengah yang cenderung bermain bertahan. Tak senang dengan kebijakan Guardiola, Toure memilih cabut ke Liga Inggris dan merumput bersama Manchester City.

 

3 dari 8 halaman

Sukses Besar

Dalam balutan jersey The Citizens, pemilik paspor Pantai Gading itu tampil ganas trengginas. Toure sepertinya ingin membuktikan kalau Guardiola telah melakukan kesalahan besar.

Toure sukses menjadikan Premier League sebagai ajang pembuktian. Dia menggabungkan insting pertahanannya untuk menyerang, sekaligus menjadi gelandang paling lengkap di dunia pada waktu itu.

Di Inggris, Toure banjir sanjungan. Pendukung Man City menunggu aksinya di setiap laga. Dia dielu-elukan dan kemudian menjadi legenda.

 

4 dari 8 halaman

Michael Laudrup

Michael Laudrup. Gelandang Denmark yang kini berusia 57 tahun dan pensiun pada 1998 di Barcelona pernah membela Juventus selama 4 musim (1985/86-1988/89) dengan torehan 1 gelar Serie A. Saat hijrah ke Barcelona (1989/90-1993/94) ia meraih 4 gelar LaLiga dan 1 Piala Champions. (walesonline.co.uk)

Michael Laudrup adalah bagian dari Dream Team Barcelona. Laudrup bergabung dengan Barcelona pada 1989. Saat itu mereka sedang berjuang membangun tim yang hebat di bawah asuhan legenda Belanda, Johan Cruyff.

Selain Laudrup, Barca juga dihuni pemain top macam Romario, Ronald Koeman, Hristo Stoichkov, dan Pep Guardiola. Tak butuh waktu lama, Laudrup dengan cepat menjadi bagian dari 'Tim Impian' yang memenangkan empat gelar La Liga berturut-turut dari 1991 hingga 1994.

 

5 dari 8 halaman

Selisih Paham

Laudrup dkk memainkan gaya sepak bola yang identik dengan Barcelona saat ini. Ada kesedihan yang mendalam ketika Laudrup mengumumkan akan pergi. Berada di tengah rasa emosi, dia lantang kalau dirinya ingin Real Madrid yang notabene merupakan bebuyutan Barca.

Selidik punya selidik, kemarahan Laudrup meledak lantaran berselisih dengan Cruyff. Sang bintang jengkel lantaran Cruyff tak memainkannya di final European Cup 1994.

 

6 dari 8 halaman

Balas Dendam?

"Orang-orang mengatakan saya ingin pergi ke Real Madrid hanya untuk membalas dendam. Balas dendam? Saya memiliki lima tahun yang fantastis di Barcelona", katanya.

"Saya pergi ke Madrid karena mereka sangat lapar untuk menang, dan mereka memiliki empat atau lima pemain yang pergi ke Piala Dunia. Saya mengatakan ini akan sempurna; pelatih baru, pemain baru, dan lapar untuk menang", imbuhnya.

 

7 dari 8 halaman

Thiago Alcantara

Thiago Alcantara terpilih sebagai Man of the Match laga kali ini. Pemain asal Spanyol itu bermain sangat dominan di lini tengah. Daya jelajahnya sangat baik. Akurasi dan visi umpannya brilian. (AFP/Anthony Devlin)

Fans Barcelona menyukai Thiago Alcantara dan jatuh hati kepadanya. Sial bagi Thiago, dia tak pernah mendapat kesempatan yang pantas.

Dia kalah bersaing dengan Xavi dan Andres Iniesta yang dianggap lebih penting dari darinya. Namun produk La Masia itu tetap setia.

Lalu, Cesc Fabregas datang dan posisi Thiago kian terpojok. Sedih, kecewa, bercampur jadi satu. Dia dibangkucadangkan, sementara Fabregas kerap masuk line up utama.

 

8 dari 8 halaman

Tawaran Langsung

Ketika Guardiola menawarkan Thiago kesempatan bermain dengan Bayern Munchen, Thiago tak menampik. Ia meninggalkan Barcelona di musim panas 2013. Bayern membelinya dengan harga 25 juta euro atau setara Rp 419 miliar.

Bersama Die Roten, pemain buangan itu berkembang pesat. Dia menjadi roda penggerak paling vital di lini tengah. Nun jauh di Camp Nou, Barcelona malah berjuang membuang Fabregas.

Melihat kenyataan itu, penggemar semakin patah hati. Fabregas yang diharapkan bisa bersinar malah melempem. Thiago justru disanjung di kampung orang.

Berita Terkait