Head to Head Pelatih Persikabo Vs Persebaya di BRI Liga 1: Adu Taktik Djanur dan Aji Santoso

oleh Aditya Wany diperbarui 25 Jul 2022, 07:45 WIB
Cover head to head Djadjang Nurdjaman VS Aji Santoso (Bola.com/Bayu Kurniawan Santoso)

Bola.com, Jakarta - Pertandingan Persikabo 1973 dengan Persebaya Surabaya akan melahirkan pertemuan menarik. Kedua tim itu bakal berjumpa dalam pekan pertama BRI Liga 1 2022/2023 di Stadion Pakansari, Bogor, Senin (25/7/2022) malam.

Laga ini mempertemukan dua pelatih lokal sarat pengalaman, yakni Djadjang Nurdjaman, juru taktik Persikabo 1973, dan Aji Santoso nahkoda Persebaya. Mereka juga sama-sama telah mengantongi lisensi kepelatihan AFC Pro.

Advertisement

Secara usia, Djanur, sapaan Djadjang Nurdjaman, tentu lebih berpengalaman malang melintang. Maklum, usianya sudah memasuki 63 tahun, terpaut 11 tahun dengan Aji Santoso yang kini berumur 52 tahun.

Satu hal tentang Djanur dan Aji Santoso adalah keduanya merupakan sosok yang dihormati karena kelihaiannya dalam meramu taktik. Perang strategi akan tersaji tatkala Persikabo 1973 dan Persebaya Surabaya bersua pada pekan perdana BRI Liga 1 2022/2023.

 

2 dari 8 halaman

Gelimang Prestasi Djanur sebagai Pemain

Pelatih Persikabo 1973, Djadjang Nurdjaman, memberikan instruksi kepada para pemainnya dalam sesi latihan jelang BRI Liga 1 2022/2023. (Bola.com/Nandang Permana)

Karier kepeletahan Djanur memang sarat prestasi. Sebelum mengantar Persib menjuarai Piala Presiden 2015, dia lebih dulu meraih mahkota juara ISL 2014. Namun, jauh sebelum itu, Djanur sudah bergelimang prestasi sejak masih berkarier sebagai pemain.

Pria kelahiran Majalengka itu dikenal sebagai pemain sayap kanan lincah Persib pada era 1980-an. Saat itu, terdapat dua kompetisi di Indonesia, Perserikatan dan Galatama. Sebagai klub Perserikatan, Persib meraih masa jaya pada 1980-an saat Djanur menjadi pemain.

Djanur menyumbang tiga trofi Perserikatan semasa menjadi pemain, masing-masing pada 1989-90 dan 1993-1994. Saat itu, Persib sukses mengalahkan Persebaya Surabaya dan PSM Ujungpandang (kini PSM Makassar) di partai puncak.

 

3 dari 8 halaman

Karier Kepelatihan Djanur

Pelatih Persikabo 1973, Djadjang Nurdjaman bersiap menyambut musim 2022/2023). (Bola.com/Nandang Permana)

Setelah itu, Djanur memutuskan gantung sepatu dan mencoba peruntungan dalam dunia kepelatihan. Dia mengawalinya sebagai asisten pelatih Persib, di bawah pelatih kepala Indra Thohir, saat Perserikatan dan Galatama dilebur menjadi Liga Indonesia 1994-1995.

Pada musim ini, Djanur juga menjadi bagian tim Persib yang menjuarai kompetisi tersebut. Maung Bandung merengkuh gelar kampiun setelah mengalahkan Petrokimia Putra di partai puncak kompetisi edisi perdana itu.

Karier Djanur kemudian mulai naik dengan dididik sebagai pelatih kepala. Dia mengawalinya pada 1997 sebagai pelatih Persib U-15. Berikutnya, berbagai tim kelompok usia Persib berada di bawah arahannya.

Namun, karier kepelatihannya terkesan berjalan lambat dibanding pelatih pada umumnya. Djanur kembali menjadi asisten pelatih pada 2006, masih bersama Persib. Di sana, dia di bawah pimpinan pelatih kepala Arcan Iurie.

Setelah itu, Djanur hengkang dengan bergabung Pelita Jaya pada 2009. Dia bekerja sama dengan pelatih kepala macam Fandi Ahmad (Singapura), Rahmad Darmawan, hingga Misha Radovic (Serbia).

 

4 dari 8 halaman

Era Keemasan Djanur

Pelatih Persikabo 1973, Djadjang Nurdjaman. (Bola.com/Nandang Permana)

Djanur kemudian benar-benar mendapat tawaran sebagai pelatih kepala pada 2012. Lagi-lagi, klub yang menawarnya adalah Persib. Dia kembali ke klub yang telah berjasa dalam karier sebagai pemain dan pelatih.

Pria berpostur 162 cm itu baru merasakan manisnya menjadi pelatih pada ISL 2014 dengan menjadi juara. Kali ini, Persib menang dalam babak adu penalti atas Persipura Jayapura setelah bermain imbang hingga babak perpanjangan waktu.

Djanur masih menjadi pelatih Persib hingga 2016. Namun, pada awal tahun itu dia memutuskan menimba ilmu di Italia bersama Inter Milan. Dejan Antonic masuk sebagai pengganti, tak lama kemudian Djanur kembali dan menemani Persib di ISC A 2016.

 

5 dari 8 halaman

Titik Balik

Pelatih Barito Putra, Djadjang Nurdjaman, saat melawan Persija Jakarta pada laga Liga 1 2019 di Stadion Patriot, Bekasi, Senin (23/9/2019). Persija menang 1-0 atas Barito Putra. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Pada musim 2017, menjelang kompetisi baru bernama Liga 1, Djanur menjadi pelatih yang kejatuhan durian. Dia memiliki dua pemain top eks bintang Premier League, yaitu Michael Essien dan Carlton Cole.

Dengan skuat yang sangat mumpuni, Djanur rupanya malah gagal mengulang kesuksesannya dulu. Dia mundur pada pertengahan kompetisi dan kemudian menangani PSMS Medan yang tampil di Liga 2 2017.

Bersama Ayam Kinantan, Djanur sebenarnya berpeluang untuk meraih gelar juara mengingat PSMS Medan masuk final Liga 2 2017. Sayang, timnya tumbang dari Persebaya di partai puncak sehingga harus puas dengan posisi runner-up.

Setelah sempat mengalahkan Persebaya (sebagai pemain) dan takluk dari Persebaya (sebagai pelatih), Djanur justru berkesempatan bergabung Persebaya. Dia menggantikan tugas pelatih Angel Alfredo Vera yang hengkang di pertengahan Liga 1 2018.

Melewati banyak momen penting pada 2018 dan 2019 bersama Persebaya, Djanur lantas diberhentikan pada Agustus 2019. Jabatannya sempat dikabarkan diganti dengan Alfred Riedl, tapi ternyata Wolfgang Pikal yang muncul. Sosok ini gagal.

 

6 dari 8 halaman

Aji Santoso Penerus Estafet

Pelatih Persebaya Surabaya, Aji Santoso. (Bola.com/Aditya Wany)

Aji Santoso pun jadi penggantinya per 31 Oktober 2019 dan masih menjabat pelatih kepala Persebaya hingga sekarang. Pengalamannya juga tidak bisa dipandang sebelah mata, meski berbeda generasi dengan Djanur.

Pelatih kelahiran Malang 6 April 1970 itu pernah membawa Persebaya 1927 berada di puncak klasemen LPI 2011. Sayang, dia gagal mempersembahkan gelar juara karena kompetisi itu dihentikan setelah melakoni 18 pertandingan dengan alasan ilegal.

Kemudian meraih perak sebagai asisten pelatih Timnas Indonesia di SEA Games 2013 Myanmar Aji Santoso merupakan satu di antara pelatih yang kenyang pengalaman dengan sepak bola di Tanah Air. Dia pernah mengasuh Persema Malang dan Persisam Putra Samarinda.

Sebelumnya, Aji Santoso juga pernah menjadi Pelatih Timnas Indonesia U-22 pada 2012 dan menjadi asisten pelatih Timnas Indonesia U-23 pada 2011 sampai 2013 mendampingi Rahmad Darmawan. Kemudian dia menangani Timnas Indonesia U-23 pada 2014 sampai 2015.

Kemudian pernah juga dia ditunjuk sebagai pelatih Arema FC sejak awal musim 2017. Kali ini dia pun mempersembahkan trofi Piala Presiden 2017 untuk Singo Edan.

 

7 dari 8 halaman

Cocok di Tim Jawa Timur?

Pelatih Persela, Aji Santoso, mendapat sambutan hangat dari Bonek pada laga Persebaya vs Persela di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Minggu (5/8/2018). (Bola.com/Aditya Wany)

Kariernya cukup lama bersama Persela Lamongan pada akhir 2016 yang berlanjut pada 2017-2019. Dia sempat mencicipi Liga 2 2019 bersama PSIM Yogyakarta. Sayang, dia gagal memenuhi target promosi.

Baru pada sisa musim kompetisi Liga 1 2019, Aji Santoso ditunjuk kembali menjadi pelatih kepala Persebaya Surabaya. Di Persebaya prestasi Aji cukup apik dengan mengangkat performa tim hingga menjadi runner-up.

Jangan lupakan juga gelar Piala Gubernur Jatim 2020 yang dimenangkannya setelah menundukkan Persija Jakarta di partai final. Kariernya pun melejit bersama Persebaya di BRI Liga 1 2021/2022.

Apa yang dilakukan oleh Aji Santoso bersama Persebaya memang sangat luar biasa. Dia berhasil mengandalkan mayoritas pemain muda di skuatnya dan tetap bersaing di papan atas.

 

8 dari 8 halaman

Kedepankan Pemain Muda

Sebelum membela Persebaya Surabaya, Kambuaya mengawali karier di Liga 1 bersama PSS Sleman di bawah asuhan pelatih Aji Santoso. Ia bermain 18 pertandingan dengan memberikan satu assist. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Pelatih berlisensi AFC Pro itu memberikan sentuhan baru dengan mengandalkan talenta muda pemain Surabaya musim ini. Apalagi, Persebaya memiliki gudang pemain yang ditempa oleh 20 klub internal Persebaya dalam kompetisi internal.

Aji Santoso lebih memilih untuk mempromosikan sejumlah pemain muda untuk menghuni skuatnya daripada mendatangkan pemain bintang. Musim lalu pun dia diganjar prestasi individu sebagai pelatih terbaik Liga 1 2021/2022.

Melihat latar belakang dan rekam jejak kedua pelatih ini, duel antara Persikabo 1973 dengan Persebaya tentu patut dinantikan.

Berita Terkait