Bola.com, Jakarta - Para pemain Timnas Indonesia U-16 dilarang besar kepala. Karier Iqbal Gwijangge dkk. masih sangat panjang. Tim berjuluk Garuda Asia itu harus belajar dari pengalaman sebelumnya.
Timnas Indonesia U-16 baru saja menjuarai Piala AFF U-16 2022. Garuda Asia mengalahkan Vietnam 1-0 di babak final. Para pemain larut dalam euforia, namun pelatih Bima Sakti melarang selebrasi kelewat batas.
Bima Sakti tidak ingin para pemain Timnas Indonesia U-16 lupa diri. Garuda Asia masih punya tugas satu lagi, lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023.
"Saya berharap para pemain tetap rendah hati. Kami tidak boleh sombong Saya sudah sampaikan, tidak perlu euforia berlebihan," ujar Bima Sakti.
Tanpa Perayaan Berlebihan
"Sebab setelah ini, kami sudah harus fokus dengan Kualifikasi Piala Asia U-17 2022 dan kami akan mempersiapkan lebih baik lagi," jelas Bima Sakti.
Sebaliknya, kelakuan Ketua PSSI, Mochamad Iriawan berbanding 180 derajat dari keinginan Bima Sakti.
Euforia pria yang karib dipanggil Iwan Bule itu kebablasan hingga mengangkat trofi juara Piala AFF U-16 bersama Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali.
"Tidak ada joget-joget di ruang ganti. Kalau tidak percaya, datang saja ke ruang ganti. Kami tidak joget-joget. Kami bersyukur saja, bersujud untuk Allah SWT," jelas Bima Sakti.
Kualifikasi Piala Asia U-17 2023
Kualifikasi Piala Asia U-17 akan digelar pada 1-7 Oktober 2022 dengan format sentralisasi di sepuluh negara. Timnas Indonesia U-16 bakal menjadi tuan rumah Grup B.
Kualifikasi Piala Asia U-17 akan diikuti oleh 44 negara yang dibagi ke sepuluh grup. Empat grup dihuni oleh lima tim dan enam grup terdiri dari empat kesebelasan.
Timnas Indonesia U-16 yang tergabung di Grup B Kualifikasi Piala Asia U-17 bakal berhadapan dengan Malaysia, Palestina, Guam, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Hanya sepuluh juara grup dan lima runner-up terbaik yang berhak untuk lolos ke putaran final Piala Asia U-17 2023 yang tuan rumahnya belum ditentukan menyusul mundurnya Bahrain.
Belajar dari Timnas Indonesia U-19 Era 2013
Bima Sakti menjadi pelatih ketiga yang mampu membawa Timnas Indonesia level usia menjadi juara di level Asia Tenggara (ASEAN).
Sebelumnya, Indra Sjafri mengantar timnas U-19 ke tangga juara Piala AFF U-19 pada 2013 dan timnas U-22 sebagai kampiun Piala AFF U-22 2019.
Selain Bima Sakti dan Indra Sjafri, Fakhri Husaini juga membawa Timnas Indonesia U-16 menjadi yang terbaik pada Piala AFF U-16 2018.
Kasus Timnas Indonesia U-19 menjadi contoh paling nyata bagaimana para pemain terkena star syndrome yang berbuntut kariernya mentok.
Banyak Pemain yang Meredup
Timnas Indonesia U-19 terus dieluk-elukan setelah menjuarai Piala AFF U-19 2022. Ketika itu, armada Indra Sjafri ini dianggap sebagai masa depan sepak bola Indonesia.
Timnas Indonesia U-19 juga sempat mengalahkan Korea Selatan 3-2 yang diperkuat penyerang Wolverhampton Wanderers, Hwang Hee-chan dalam Kualifikasi Piala Asia U-19 2014 pada 2013.
Secara perlahan, karier alumnus Timnas Indonesia U-19 tergerus. Hampir satu dekade berselang, hanya beberapa pemain yang mampu tetap eksis di kasta tertinggi sepak bola Indonesia.
Nama-nama seperti Evans Dimas, Hansamu Yama, Muhammad Hargianto, hingga Zulfiandi mampu bertahan. Namun, sosok seperti Muchlis Hadi Ning, Maldini Pali, hingga Ravi Murdianto hilang bak ditelan bumi.
Peringatan dari Asisten Shin Tae-yong
Asisten Shin Tae-yong, Nova Arianto bahkan telah mewanti-wanti Timnas Indonesia U-16 untuk tidak layu sebelum berkembang mengingat Iqbal Gwijangge dkk. dapat menjadi cikal bakal timnas senior di masa depan.
Nova Arianto mengajak semua pihak untuk menjaga Timnas Indonesia U-16 agar bisa terus berprogres dan membangun karier yang cerah.
"Selanjutnya, menjadi tugas kita bersama untuk menjaga dan membuat pemain muda ini tidak layu sebelum berkembang," tutur Nova Arianto.
Jaga Pola Hidup
Nova Arianto berkaca dari kasus dan pengalaman sebelumnya. Sejumlah pemain di kelompok usia gagal bersaing di level senior akibat mudah puas hingga sembrono mengatur pola hidup.
"Karena banyak kasus dan pengalaman yang sudah ada, pemain tidak bisa menjaga pola hidup dan terlena dengan prestasi yang sudah diraih," imbuh Nova.
"Sehingga membuat performa pemain turut ketika mereka naik kelas di level usia di atasnya," terang asisten pelatih Timnas Indonesia itu.