Bola.com, Jakarta - Tak ada yang tak mungkin di sepak bola. Semua bisa terjadi di lapangan hijau. Di banyak pentas, termasuk Liga Champions, kejutan selalu hadir.
Artinya, tak ada jaminan tim-tim unggulan selalu tampil sebagai kampiun, termasuk di Liga Champions 2022/2023. Mau contoh? Yuk kita kembali sejenak ke Liga Champions 2003/2004.
Kalian tahu siapa juaranya? Ya! Porto. Tak masuk hitungan, wakil Portugal justru melesat ke final dan akhirnya tampil sebagai yang terbaik setelah menggiling Monaco, Prancis, tiga gol tanpa balas. Trigol kemenangan The Dragon masing-masing dilesakkan Carlos Alberto, Deco, dan Dmitri Alenichev.
Banjir Pujian
FC Porto lantas banjir sanjungan. Banyak yang tak mengira, Porto bisa kembali digdaya di kasta antarklub tertinggi Eropa usai menorehkan sejarah pertama pada 1986/1987.
Siapa sosok yang paling disorot saat itu? Siapa lagi kalau bukan Jose Mourinho. Sejak saat itu pula, Mourinho laris manis. The Spesial One menukangi klub-klub beken Eropa seperti Inter Milan, Real Madrid, Manchester United, dan kini AS Roma.
Hanya Porto? Tentu saja tidak. Dalam beberapa musim Liga Champions lainnya, tim-tim yang tidak atau kurang diunggulkan juga pernah memahat prestasi cemerlang. Empat di antaranya ada di bawah ini, seperti dilansir sportskeeda.
Borussia Dortmund (1996/1997)
Meski memenangkan gelar Bundesliga berturut-turut dan memiliki sederet pemain besar, Dortmund sama sekali tak masuk hitungan untuk memenangkan gelar. Tim-tim beken macam Juventus, Manchester United, AC Milan, Ajax masih lebih dijagokan.
Namun, Dortmund justru melaju kencang meninggalkan para pesaing. Para pencibir sontak terdiam kala di final, Dortmund menggebuk raksasa Italia, Juventus, dengan skor mencolok 3-1.
Liverpool (2004/2005)
Bersua AC Milan final, The Kop berada di ujung tanduk. Steven Gerrard dkk tertinggal 0-3. Tapi The Reds tak patah semangat. Keajaiban masih ada dan itu benar-benar terjadi.
Tak kenal lelah, Liverpool mampu mengejar defisit gol bahkan memaksa Milan memungkasi duel via adu penalti setelah bermain imbang 3-3. Hasilnya, Liverpool yang sejak awal tak dijagokan, menang tostosan 3-2.
Inter Milan (2009-2010)
Ruang ganti Inter tegang. Sebentar lagi, anak-anak asuh Jose Mourinho bakal berjibaku habis-habisan melawan tim super power Jerman, Bayern Munchen. Ini jelas tak mudah, mengingat Die Roten jauh lebih dijagokan.
Mourinho menenangkan pasukannya, sama seperti yang dilakukannya kala menentramkan hati para pemain Porto di final Liga Champions 2003/2004. Hasilnya sungguh luar biasa. I Nerazzurri merobohkan Bayern Munchen dua gol tanpa balas via aksi Diego Milito.
Internisti berpesta. Penantian panjang berakhir sudah. Sejak musim 1964/1965, tim kesayangan tak pernah lagi juara. Namun, ironisnya, usai Milito dkk angkat trofi, prestasi Inter di Liga Champions terjun bebas alias tak pernah lagi naik podium kehormatan.
Chelsea (2011/2012)
Jika ditilik dari internal tim, The Blues tak layak jadi juara. Andre-Vilas Boas dipecat sebagai pelatih di pertengahan musim.
Berstatus sementara, Roberto di Matteo menjalankan tugas yang ditinggalkan Boas. Tim underdog ini justru tampil hebat. Di final, mereka bentrok kontra Bayern Munchen.
Prediksi tentu saja condong ke Die Roten. Tapi, perkiraan tak selamanya benar. Chelsea yang saat itu dimotori mesin golnya, Didier Drogba, menghempaskan Bayern 4-3 lewat adu penalti.
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda