Bola.com, Jakarta - Momen Persebaya Surabaya menjadi juara Divisi Utama Liga Indonesia 2004 ternyata begitu lengket diingatan seorang Cristian Carrascao.
Maklum itu adalah gelar juara liga di kasta tertinggi yang bisa diraih Persebaya sampai saat ini.
Gelar itu diraih dengan sangat dramatis. Hingga pekan terakhir Liga Indonesia 2004, Persebaya, PSM Makassar, dan Persija Jakarta masih berpeluang menjadi juara.
Persebaya dan PSM memiliki 58 poin. Sementara itu Persija sedikit di atas angin sebab mereka sudah memiliki 60 poin.
Di laga pekan terakhir, Persebaya menjamu Persija Jakarta. Sementara PSM menjamu PSMS Medan di Makassar.
Persebaya harus menang untuk menjadi juara di laga itu. Posisi Persebaya tidak akan tergoyahkan sebab mereka unggul selisih gol yang sangat jauh dengan PSM.
Hujan Deras
Carrascao mengenang hujan deras mengguyur kota Surabaya saat itu. Lapangan di Stadion Gelora 10 November, Tambaksari, Surabaya pun tergenang. Waktu kickoff sempat mundur beberapa jam.
"Waktu itu final ditunda beberapa jam karena hujan deras dan lapangan Tambaksari tergenang. Bonek waktu itu juga bantu buat keringkan lapangan," kenang Carrasco.
Carrasco ingat betul saat itu kondisi Persebaya Surabaya sebenarnya cukup diuntungkan. Mereka bisa gagal juara meski menang atas Persija jika di laga lain PSM Makassar mengalahkan PSMS Medan dengan skor 25-0.
"Waktu itu kondisinya PSM Makassar poin sama dengan Persebaya. Kami harus sama-sama menang buat mau juara. Tapi PSM harus menang 25-0 melawan PSMS Medan di laga pekan terakhir itu," jelas Carrasco.
Gol Luciano
Di laga itu Persebaya unggul lebih dahulu lewat sepakan Danilo Fernando di menit ke lima babak pertama. Di awal babak kedua, bek sayap Persebaya, Mat Halil melakukan gol bunuh diri.
"Kami unggul dulu lewat gol Danilo Fernando. Terus Mat Halil gol bunuh diri," ujar Carrasco menggambarkan jalannya pertandingan.
Meski bisa dibalas Persija lewat gol bunuh diri Halil, Carrasco mengaku saat itu dirinya tidak panik. Ia memiliki keyakinan yang tinggi jika Persebaya bisa menang dan menjadi juara.
"Tapi waktu kami kebobolan saya tidak panik saya tetap yakin bisa juara. Lalu Luciano (De Souza) bisa cetak gol," kata Carrasco.
Jarang Main
Menurut Carrasco, Luciano memiliki latar belakang menarik. Di musim itu, pemain asal Brasil itu jarang sekali dimainkan oleh Jacksen Tiago di Persebaya Surabaya.
"Itu satu tahun kalau tidak salah dia cuma main beberapa kali saja. Mungkin pelatih tidak suka ya jadi harus cadangan kan," ungkap Carrasco.
Ada kejadian menarik setelah Luciano mencetak gol. Pemain tersebut melakukan selebrasi dengan berlari dari ujung lapangan satu ke yang lain. Para pemain Persebaya sempat mengira Luciano akan memeluk Jacksen, rupanya hal itu tidak terjadi.
"Di pertandingan itu dia main dan cetak gol. Padahal semua tunggu gol dari Kurniawan dan saya. Luciano lari di sepanjang lapangan, saya kira mau peluk Jacksen, tapi ternyata lewat. Dia justru peluk pemain Brasil satu lagi," tandas Carrasco.