Bola.com, Kediri - Persaingan BRI Liga 1 2022/2023 sangat keras dan penuh dinamika. Hingga pekan kesepuluh rampung, rivalitas antartim terus memanas.
Para kontestan berusaha jadi yang terbaik, tapi tak sedikit yang gagal mencapai kenyataan, termasuk beberapa tim yang punya kekuatan finansial untuk bersaing di posisi yang lebih baik.
Banyak kejutan di tengah perjalanan BRI Liga 1 pada awal musim ini. Klub yang diprediksi dan dijagokan bakal menguasai jalannya kompetisi, ternyata malah terseok-seok.
Dana melimpah dan popularitas individu di mata publik sebagai pemilik klub tidak menjadi jaminan. Tengok saja kiprah RANS Nusantara FC, Barito Putera, dan Persik Kediri.
Kini mari kita ulas apa penyebab trio papan bawah yang konon tajir ini masih terkilir dalam perjalanan di BRI Liga 1 2022/2023.
RANS Nusantara FC
Awalnya kiprah klub milik Raffi Ahmad ini baik-baik saja. Bahkan terkesan tim promosi dari Liga 2 2022 ini sangat percaya diri ketika akan mengarungi kompetisi.
Dengan popularitas dan julukan Sultan yang disematkan ke sosok Raffi Ahmad karena ketajirannya, tidak berbanding lurus dengan raihan tim di BRI Liga 1 musim ini.
Masih kurang apalagi? The Phoenix juga diasuh pelatih kawakan sarat prestasi, Rahmad Darmawan. Sementara di jajaran pemain, dua nama beken impor telah didatangkan, yaitu Makan Konate dan Wander Luiz.
Namun, dari empat legiuner asing yang dikontrak hanya Konate dan Luiz yang bisa diandalkan. Sementara itu, Victor Sallinas dan Mitsuru Maruoka masih belum maksimal.
Kurang apalagi? Tiga kiper tangguh seperti Wawan Hendrawan, Hilmansyah, dan Wahyudi juga siap mengawal gawang. Belum lagi deretan nama-nama yang kaya pengalaman, mulai dari Alfin Tuasalamony, Asep Berlian, Arif Satria, Ady Setiawan, Sandi Sute, Kurniawan Karman, dan Arthur Bonai.
Tampaknya komposisi ini sudah ideal. Namun, mereka butuh konsistensi saat menjalankan taktik yang diinginkan Rahmad Darmawan. Penampilan The Phoenix terkesan belum stabil.
Pelatih yang karib disapa RD itu pun harus bekerja lebih keras untuk segera membangun chemistry antarpemain. Tentu saja tidak mudah menyatukan skill dan visi bermain dalam tempo pendek.
Namun, The Phoenix masih beruntung dibandingkan Barito Putera dan Persik yang digoyang para pendukungnya agar mengganti sang pelatih. Jika RANS meniru klub lain dengan memberhentikan RD, maka nasibnya akan lebih nahas.
Barito Putera
Manajemen Barito Putera tampaknya kurang mengambil hikmah dari kegagalan musim lalu, di mana mereka nyaris terdegaradasi. Masalah pemilihan pelatih mumpuni masih terulang lagi.
Kinerja Dejan Antonic sangat menjanjikan di kontes pramusim Piala Presiden 2022. Namun, saat kompetisi BRI Liga 1, sentuhan magis Dejan langsung redup.
Tampaknya kekalahan telak 0-8 yang dialami Barito Putera dari Madura United pada laga pembuka musim ini langsung memukul mental para pemain di titik terendah.
Padahal Laskar Antasari masih mempertahankan trio Samba yang menjadi pahlawan menghindarkan mereka dari degradasi musim lalu. Ternyata Renan Alves, Rafinha, dan Rafael Silva tak bisa bekerja sendirian.
Penggawa lokal Barito Putera belum mampu mengimbangi kinerja para pemain asing. Ironisnya, Rafinha dan Rafael Silva dihantam cedera. Akibatnya keduanya harus absen dalam empat pertandingan terakhir.
Sebagai solusi absennya Rafinha dan Rafael Silva, Renan Alves pun terpaksa berubah peran dari bek menjadi penyerang.
Ada yang menarik dari keterpurukan Barito Putera. Ternyata pengalaman mereka lama berkiprah di sepak bola Indonesia, mulai dari era Galatama, hingga Liga 1 ini tak bisa menjadi garansi kesuksesan.
Persik Kediri
Seperti halnya Barito Putera, Persik Kediri juga tidak belajar dari memori musim silam. Mereka masih terkungkung keberhasilan lolos dari degradasi.
Dengan kepercayaan dirinya, manajemen malah melepas beberapa pemain yang seharusnya menjadi kerangka tim. Terbukti keluarnya Dionatan Machado dan Youssef Ezzejjari sangat mempengaruhi performa Macam Putih.
Belum lagi keputusan melepas dua ikon lokal Kediri, yakni Septian Satria Bagaskara dan Risna Prahalabenta hijrah ke RANS Nusantara FC serta Dewa United.
Kehadiran dua mantan Pemain Terbaik Liga 1, Rohit Chand (2018) dan Renan Silva (2019), belum memperbaiki kinerja tim. Perekrutan Joanderson sebuah kegagalan Persik di bursa transfer.
Joanderson tak mampu menyaingi kehebatan Youssef Ezzejjari. Hingga pekan kesepuluh, striker asal Brasil ini sama sekali belum mencetak gol. Sebuah kegagalan bagi seorang pemain asing yang digadang-gadang menjadi goal-getter tim.
Keputusan memberhentikan Javier Roca karena kegagalan di tiga laga awal kompetisi juga sebuah ketergesaan. Namun, alasan prinsip dari manajemen berpisah dengan Roca tak diketahui.
Padahal pada paruh musim lalu, di tangan pelatih asal Chile itu, patron permainan Macam Putih telah terbentuk. Jika PT Astra Asia Global sebagai pemilik saham mayoritas Persik yang notabene lekat dengan nama Arthur Irawan ini tak bisa berprestasi, maka lekat pula label kegagalan untuk mereka.
Seperti mereka pernah lakukan di Badak Lampung FC dan PSS Sleman. Padahal, dua kegagalan itu seharusnya jadi pelajaran berharga bagi mereka makin lebih di Persik.