Bola.com, Jakarta - Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022) malam WIB mendapat perhatian dari sepak bola dunia.
Kericuhan setelah laga Arema FC versus Persebaya Surabaya itu menelan banyak korban jiwa. Polda Jatim merilis pada Minggu (2/10/2022) pagi, jumlah korban meninggal 127 orang, 125 suporter Arema dan dua dari anggota kepolisian.
Akun Twitter Barcelona Indonesia, mengunggah sebuah pesan. Selain ucapan duka, mereka juga menolak segala tindakan kekerasan dalam sepak bola.
Kerusuhan Pecah
Kericuhan tak terelakkan di stadion yang menjadi markas Arema FC itu. Aremania turun ke lapangan setelah tim kesayangan mereka kalah dari rival bebuyutannya.
Situasi yang tidak kondusif memaksa petugas keamanan untuk bertindak. Alhasil, kericuhan dan kepanikan terjadi, terutama di area tribune Stadion Kanjuruhan.
Dari pengamatan Bola.com di Kanjuruhan, banyak korban yang berjatuhan, baik karena sesak napas maupun karena terinjak-injak. Setiap ruang hingga pintu keluar stadion, banyak korban yang tergeletak, dan beberapa di antaranya tidak lagi bernapas.
Alasan Polisi Menembakkan Gas Air Mata
Kapolda Jatim, Irjen. Pol. Dr Nico Afinta, menjawab alasan aparat menembakkan gas air mata saat terjadi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, setelah laga Arema FC versus Persebaya Surabaya, Sabtu (2/10/2022) malam WIB.
Sebenarnya pembubaran suporter menggunakan gas air mata tidak diperbolehkan dalam aturan FIFA. Itu tercantum dalam FIFA stadium safety and security regulation. Di pasal 19, poin b, disebutkan tidak diperbolehkan menggunakan senjata api atau gas pengendali masa.
Namun Kapolda Jatim menjelaskan pihak keamanan punya alasan kuat menggunakan gas air mata karena suporter sudah mulai anarkistis dengan melakukan perlawanan kepada petugas dan melakukan pengrusakan kendaaraan.
"Karena gas air mata itu, mereka pergi keluar ke satu titik, pintu keluar. Kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen," katanya.
Komentar PSSI
PSSI bersikap tegas melarang Arema FC menjadi tuan rumah Liga 1 2022-2023 hingga akhir musim. Keputusan ini bulat ini diambil usai kerusuhan suporter dengan aparat kepolisian di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) usai pertandingan Singo Edan melawan Persebaya Surabaya.
Suporter mengamuk masuk ke lapangan usai tim tuan rumah kalah 2-3. Banyak korban jiwa dalam insiden ini. Petugas kepolisian menembakkan gas air mata, yang membuat suasana semakin mencekam dan tidak terkendali. Akibat insiden tersebut, kabarnya puluhan orang meninggal dunia. Beberapa fasilitas yang ada di dalam stadion pun mengalami kerusakan parah.
PSSI yang tercoreng dengan kasus ini mengeluarkan maklumat. "Tim Arema FC dilarang menjadi tuan rumah selama sisa kompetisi musim ini," ujar Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan dalam laman PSSI, Minggu (2/10/2022) dini hari.