Bola.com, Jakarta - Mata dunia tertuju ke Indonesia sejak Sabtu (1/10/2022) malam WIB. Tepatnya mengarah ke Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Sepak bola Indonesia berduka. Terjadi salah sejarah paling kelam di dunia sepak bola Tanah Air dengan kasus kematian suporter.
Lebih dari 130 orang harus kehilangan nyawa setelah laga antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Mereka harus kehilangan nyawa karena berdesakan dan terinjak setelah mendapatkan lontaran gas air mata.
Duka ini mengingatkan publik pada kejadian serupa di belahan dunia dan waktu yang lain. Salah satu yang paling terkenal adalah Tragedi Hillsborough.
Dukungan
Sebagai informasi, Tragedi Hillsborough adalah sebuah bencana yang terjadi di tahun 1989 lalu. Saat itu 97 orang harus kehilangan nyawa.
Kasusnya mirip dengan yang terjadi di Indonesia. Mereka yang kebanyakan fans Liverpool itu berdesakan memenuhi tribune Stadion Hillsborough.
Pagi ini waktu Inggris atau sore WIB, Hillsborough Survivors Support Alliance alias korban aliansi selamat dari Hillsborough memberikan dukungan kepada para korban Tragedi Kanjuruhan.
"Tidak ada yang harus pergi ke pertandingan dan tidak pulang," twit mereka.
Sangat Berduka
Para korban selamat Tragedi Hillsborough itu kemudian mengucapkan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada para korban.
"Kami bersama orang-orang di Indonesia dan semua yang terkena dampak peristiwa di Stadion Kanjuruhan," kata mereka.
"Memikirkan para penyintas dan keluarga mereka yang meninggal. Rest In Peace," tandasnya.
Sebelumnya, seluruh pelaku sepak bola dunia termasuk para klub elite di Eropa sudah mengucapkan bela sungkawa dan doa kepada korban tragedi Kanjuruhan.
Sejarah Kelam
Dengan banyaknya jumlah korban yang tewas, sepak bola Indonesia pun kembali menjadi sorotan dunia. Fakta yang paling menyedihkan adalah tragedi Kanjuruhan merupakan pertandingan sepak bola paling mematikan kedua dalam sejarah.
Menurut laporan Priceonomics, pertandingan paling mematikan dalam sejarah sepak bola adalah di Stadion Nasional Lima, Peru. Momen mengerikan itu terjadi pada 24 Mei 1964 dan merenggut nyawa 354 orang.
Timnas Peru bersua Argentina di babak kualifikasi kedua untuk turnamen Olimpiade Tokyo. Pertandingan ini disaksikan 53.000 penonton atau 5% dari populasi ibu kota pada saat itu.
Sebagai akibatnya, 328 orang tewas karena sesak napas dan/atau pendarahan internal, meskipun kemungkinan jumlah korban tewas lebih tinggi.
Daftar Tragedi Kelam dalam Sejarah Sepak Bola Dunia
- 24 Mei 1964, Estadio Nacional Disaster, Lima, Peru, 328 Orang Tewas
- 1 Oktober 2022, Tragedi Stadion Kanjuruhan, Malang, Indonesia, 127 Orang Tewas
- 9 Mei 2001, Accra Sports Stadium Disaster, Accra, Ghana, 126 Orang Tewas
- 15 April 1989, Hillsborough Disaster, Sheffield, Inggris, 96 Orang Tewas
- 12 Maret 1988, Kathmandu Hailstorm Disaster, Kathmandu, Nepal, 93 Orang Tewas
- 16 Oktober 1996, Mateo Flores National Disaster, Guatemala City, Guatemala, 80 Orang Tewas
- 1 Februari 2012, Port Said Staduim Riot, Port Said, Mesir, 70 Orang Tewas
- 23 Juni 1968, Puerta 12, Estadion Monumental, Buenos Aires, Argentina, 71 Orang Tewas
- 2 Januari 1971, Second Ibrox Stadium DIsasterm Glasgow, Skotlandia, 66 Orang Tewas
- 20 Oktober 1982, Luzhniki DIsaster, Leni Stadium, Moskow, Uni Soviet, 66 Orang Tewas