Harapan Kaesang Pangarep, Tragedi Kanjuruhan Bawa Momentum Perdamaian Suporter Persis Solo dan PSIM Jogja

oleh Aryo Atmaja diperbarui 03 Okt 2022, 21:30 WIB
Ilustrasi - Duka Cita Sepak Bola Warna Hitam - Stadion Kanjuruhan 1 Oktober 2022 (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Solo - Sepak bola Indonesia diselimuti duka dengan adanya tragedi Kanjuruhan dalam pertandingan antara Arema FC kontra Persebaya Surabaya, Minggu (1/10/2022) malam. Ratusan nyawa melayang dalam kerusuhan yang terjadi setelah pertandingan.

Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan data resmi mengenai jumlah korban dari tragedi Kanjuruhan. Dari total 448 korban, 125 orang meninggal dunia, dan sisanya luka-luka.

Advertisement

Peristiwa memilukan di Malang, bisa menjadi pelajaran yang berharga untuk kesekian kalinya bagi sepak bola Indonesia. Salah satunya adalah sudah saatnya mengakhiri rivalitas antarsuporter yang berujung pada aksi anarkistis.

Diketahui rivalitas antara suporter Arema dan Persebaya sudah lama terjadi. Sementara pemantik dalam tragedi Kanjuruhan adalah karena tuan rumah menelan kekalahan dari musuh bebuyutannya.

2 dari 5 halaman

Diawali Rencana Pernikahan Kaesang Pangarep

Bos Persis Solo, Kaesang Pangarep dalam cuitannya di twitter langsung membuat dunia suporter gempar hingga menjadi trending topic, Senin (3/10/2022). Putera bungsu Presiden RI, Joko Widodo tersebut menulis bahwa suporter Persis dan PSIM Jogja bisa melakukan perubahan kecil, yaitu berdamai.

“Aku akhir tahun nikah sama orang DIY. Nah ini giliran kalian @persisofficial @PSIMJOGJA untuk melakukan perubahan kecil di dunia persuporteran #MataramIsLove,” tulis Kaesang.

“Udah gak usah ada lagi Mataram is red Mataram is blue. Yang bener cuma Mataram cinta damai,” tulisnya lagi.

“Pokoke #MataramIsLove,” tegas Kaesang Pangarep.

3 dari 5 halaman

Respons Positif

Pemain Persis Solo, Irfan Haary Bachdim (kiri) berebut bola dengan pemain PSIM Yogyakarta, Beny Wahyudi saat matchday ke-8 Grup C Liga 2 2021 antara Persis Solo melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Manahan, Solo, Senin (15/11/2021). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Apa yang disampaikan Kaesang Pangarep di media sosial mendapat respons yang positif. Baik dari kubu fans Persis maupun PSIM ikut membanjiri cuitan sang putera Presiden dengan tanggapan yang sejuk.

“Monggo mas kaesang kita jajan sate klathak bareng duluu sebelum acara pernikahannyaaaa. #MataramIsLove,” tanggapan dari official Brajamusti di cuitan Kaesang.

“Kulonuwun kapan2 merapat jogja untuk ngopi bareng di angkringan @Brajamusti_YK @The_Maident,” tulis Agos Warsoep, pentolan suporter Persis dari Mboergadoel.

4 dari 5 halaman

Akhiri Konflik

Hubungan antara suporter Persis Solo yang digawangi Pasoepati dan Brajamusti di kubu PSIM sudah bertahun-tahun panas. Kedua kelompok suporter tidak jarang terlibat friksi untuk mendukung tim kebanggaannya sebagai ‘penguasa’ Mataram.

Rivalitas panas suporter Solo dan Jogja sudah terjadi sejak awal milenium baru atau era tahun 2000-an. Kedua tim sering harus dipisahkan oleh pembagian grup agar tidak ada gesekan suporter.

Baru dalam beberapa musim terakhir Persis dan PSIM tergabung satu grup, namun suporter tamu jelas dilarang hadir. Di Liga 2 musim 2019 terjadi pecah kerusuhan di Yogyakarta saat PSIM kalah dari Persis.

Puncak peristiwa gesekan terakhir kali adalah ketika ratusan anggota suporter Persis melintasi tengah Kota Yogyakarta beberapa waktu lalu. Hingga kemudian terjadi aksi sweeping dan menelan korban jiwa.

Kini, banyak yang merespons cuitan Kaesang Pangarep sebagai momentum perdamaian suporter Solo dengan Jogja. Tidak sedikit yang menginginkan konflik antara suporter Solo dan Jogja berakhir.

5 dari 5 halaman

Semua Saudara

Pemain PSIM Yogyakarta memberikan penghormatan untuk suporter mereka yang telah datang ke lapangan saat laga lanjutan Grup B Liga 2 2022/2023 antara FC Bekasi City melawan PSIM Yogyakarta di Stadion Patriot Candrabhaga, Bekasi, Senin (19/09/2022). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Eks Presiden Brajamusti, Eko Satriyo Pringgodani turut merespons positif gaung wacana perdamaian antara suporter Jogja dengan Solo. Rivalitas yang terjadi di sepak bola hanya selama 90 menit dan bukan aksi anarkis, kemudian selanjutnya semua adalah saudara.

“Rekonsiliasi antar wadah suporter tidak akan menghilangkan rivalitas itu sendiri. Rivalitas akan tetap ada, hanya berubah arah dan makna. Dari rivalitas dengan kekerasan berubah menjadi rivalitas atraktif dalam 90 menit. Selanjutnya kita tetap bersaudara. Semoga hal ini segera terwujud,” tulisnya di akun twitter.