Kisah Muram di Pintu Stadion Kanjuruhan: Pasang Foto Sang Adik yang Menjadi Korban, Keluarga Belum Bisa Terima

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 07 Okt 2022, 19:25 WIB
Warga Gondanglegi Malang, Huda, menempelkan foto adiknya yang menjadi korban meninggal pada Tragedi Kanjuruhan, di Malang, Sabtu (7/10/2022). (Bola.com/Yus Mei Sawitri)

Bola.com, Jakarta - Huda, warga Desa Penjalinan, Gondanglegi, Kabupaten Malang, menempelkan foto adiknya di depan setiap pintu di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jumat (7/102/2022). Di setiap pintu, dia tidak lupa melangitkan doa. Hatinya pedih mengenang tragedi Kanjuruhan

Adiknya adalah seorang Aremania. Syahrullah Abdul Djalil namanya. 

Advertisement

Syahrullah mencintai Arema FC sejak masih bocah. Dia hampir tidak pernah melewatkan pertandingan kandang Arema di Stadion Kanjuruhan. 

Syahrullah tentu tidak melewatkan laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Sabtu (1/10/2022). Ternyata, itu menjadi kali terakhir sang pencinta Arema itu menonton aksi Singo Edan, tim yang sangat dipujanya. 

Remaja berusia 18 tahun tersebut merupakan satu dari 131 korban meninggal pada tragedi Kanjuruhan, yang terjadi setelah laga Arema melawan Persebaya. 

 

2 dari 4 halaman

Korban Pintu 13

"Adik saya pergi menonton ke Kanjuruhan bersama teman-temannya. Saya mendapat info kalau adik saya menjadi korban di Kanjuruhan itu dari temannya," kata Huda, saat berbincang dengan Bola.com.

"Saat masih di dalam stadion, adik saya kena gas air mata. Dia kemudian berusaha keluar dari pintu 13. Saat itu, banyak juga penonton lain yang juga mau keluar dari sana, tetapi pintunya ditutup."

"Di situ adik saya sesak napas dan dilarikan ke RSUD Kanjuruhan. Saya menyusul ke rumah sakit. Tetapi, tepat pukul 23.30 WIB, adik saya sudah tidak ada," imbuh Huda.   

 

3 dari 4 halaman

Belum Bisa Terima

Warga Gondanglegi Malang, Huda, menunjukkan foto adiknya yang menjadi korban meninggal pada Tragedi Kanjuruhan, di Malang, Sabtu (7/10/2022). (Bola.com/Yus Mei Sawitri)

Huda dengan berat hati harus memberi tahu kabar duka itu kepada keluarganya. Dia mengatakan hingga sekarang belum bisa menerima tragedi yang dialami adiknya. 

"Keluarga tahu kabar itu dari saya. Adik saya menjadi salah satu korban yang paling awal-awal dipulangkan ke rumah. Keluarga syok, semua syok," tuturnya. 

"Tetapi mau bagaimana lagi, manusia itu milik Allah SWT. Dia ada pemiliknya dan kami kembalikan kepada pemiliknya."  

"Kalau soal tragedi semua keluarga belum terima, kami menuntut harus diusut sampai selesai. Semoga adik saya husnul khotimah. Saya pasang foto adik saya, biar dia bisa dikenang. Saya belum bisa melupakan ini," imbuh Huda. 

 

4 dari 4 halaman

Bunga Duka Cita di Pintu Stadion Kanjuruhan

Seorang perempuan berdoa di depan pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, pada Jumat (7/10/2022). (Bola.com/Yus Mei Sawitri)

Sementara itu, ribuan orang mendatangi Stadion Kanjuruhan untuk memperingati hari ketujuh tragedi Kanjuruhan. Masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong datang sejak Jumat pagi. 

Banyak pengunjung yang datang untuk meletakkan bunga di depan pintu-pintu stadion Kanjuruhan. Mereka juga berdoa untuk korban tragedi Kanjuruhan. Tidak sedikit yang tidak kuasa menahan tangis. 

Seperti yang dilakukan seorang ibu yang berdoa khusyuk seorang diri di depan pintu 12 Stadion Kanjuruhan. Dia juga terdiam lama, kemudian menyeka air matanya. 

Mungkin banyak yang menduga dia merupakan salah satu dari ibu korban meninggal dalam tragedi Kanjuruhan. Ternyata tidak. 

"Saya bukan keluarga korban, saya hanya ingin mendoakan mereka saja. Semoga peristiwa seperti ini tidak terjadi lagi," tutur sang ibu sembari memandang sendu pintu 12 Stadion Kanjuruhan. 

Berita Terkait