Timnas Indonesia Ditangani 12 Pelatih Sejak 2010, Shin Tae-yong Jadi yang Paling Lama Bertahan

oleh Hery Kurniawan diperbarui 14 Okt 2022, 06:45 WIB
Timnas Indonesia - Shin Tae-yong diapit Simon McMenemy dan Luis Milla (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Jika ada kursi yang paling panas di Tanah Air, kursi pelatih kepala Timnas Indonesia bisa dikatakan sebagai yang paling panas. Tim Merah-Putih memang sering sekali berganti pelatih.

Sejak 2010, ada 12 nama berbeda yang pernah menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia. Jumlah yang tentunya sangat banyak dan tidak ideal.

Advertisement

Menariknya, pelatih terkini Timnas Indonesia, Shin Tae-yong menjadi pelatih terlama yang memimpin skuad Garuda sejak 2010. Hingga 13 Oktober 2022, Shin sudah menukangi Timnas Indonesia selama 2 tahun, 9 bulan, dan 12 hari.

Durasi bekerja yang dimiliki Shin Tae-yong sebenarnya tergolong masih sebentar. Apalagi jika kita membandingkan apa yang terjadi di belahan dunia lain.

Timnas Inggris misalnya. Mereka sudah ditukangi Gareth Southgate sejak 2016. Didier Deschamps malah lebih lama lagi, eks gelandang jangkar itu sudah menukangi Timnas Prancis sejak 2012.

Banyak lagi contoh di tim nasional negara lain, seperti Prancis dan Inggris. Artinya, tim-tim kelas dunia tersebut memang memiliki rencana jangka panjang untuk membangun skuad tim nasional yang bisa bersaing dan berprestasi.

2 dari 6 halaman

Akan Segera Berakhir?

Pelatih kepala Timnas Indonesia U-20, Shin Tae-yong (kanan) berbincang dengan Ketua Umum PSSI, Mochamad Iriawan saat latihan persiapan Kualifikasi Piala Asia U-20 2023 yang berlangsung di Lapangan A Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (30/08/2022). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Belakangan, nama Shin Tae-yong santer dibicarakan di media sosial oleh pecinta sepak bola Tanah Air. Penyebabnya tentu pernyataan sang pelatih pada Rabu (12/10/2022).

Saat itu, Shin Tae-yong melontarkan pernyataan yang menimbulkan tanda tanya bagi sebagian netizen. Shin siap mundur dari posisi pelatih Timnas Indonesia.

Shin Tae-yong akan melakukannya jika ketua umum PSSI, Mochamad Iriawan, mundur. Sosok kedua memang ditekan mundur dari posisinya oleh netizen belakangan ini.

Mereka menuntut bentuk pertanggungjawaban Iwan Bule terkait Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang pada 1 Oktober 2022.

Namun, melihat gerak-gerik Iwan Bule balakangan ini, ia tampak tak tertarik untuk mundur. Purnawirawan Polisi itu bahkan terkesan ingin mencari cara lain untuk bertanggung jawab pada tragedi tersebut selain mundur dari posisinya.

3 dari 6 halaman

Riedl Tiga Kali

Alfred Riedl. Pelatih asal Austria yang telah berpulang pada 8 September 2020 lalu menjadi pelatih keempat yang mampu membawa Timnas Indonesia meraih posisi kedua di Piala AFF. Bahkan ia melakukannya dua kali, yaitu pada edisi 2010 dan 2016. (AFP/Hoang Dinh Nam)

Timnas Indonesia memang kerap menggunakan tenaga pelatih asing. Nama pelatih asal Austria, Alfred Riedl mendapatkan tiga kesempatan menukangi Tim Merah-Putih.

Kesempatan pertama Riedl menukangi Timnas Indonesia terjadi pada 2010 hingga 2011 lalu. Kesempatan selanjutnya bagi Riedl hadir pada 2013 hingga 2015.

Sementara 2016 adalah kali terakhir Riedl menjadi pelatih Timnas Indonesia. Pada kesempatan ketiganya menukangi Garuda itu, Riedl berksempatan menjadi pelatih kepala dalam waktyu 3 bulan dan 17 hari.

Selama menukangi Timnas Indonesia, Alfred Riedl membawa Garuda dua kali lolos ke babak final Piala AFF. Yakni pada edisi 2010 dan edisi 2016. Sayangnya, dalam dua laga final itu, Timnas Indonesia selalu kalah.

4 dari 6 halaman

Pieter Huistra Tak Sempat Debut

Pieter Huistra memberikan arahan pada pemain PBR saat uji coba lawan Villa 200 di Lapangan ISCI, Ciputat, Kamis (5/11/2015). Menurut, Pieter Huistra dengan melatih PBR, ia bisa membantu sepak bola Indonesia. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Ada satu nama menarik lain yang pernah menukangi Timnas Indonesia. Sosok yang dimaksud adalah Peter Huistra.

Huistra memiliki reputasi yang menarik di Belanda. Ia pernah menukangi beberapa klub di Negeri Kincir Angin. Sebut saja Vitesse dan FC Groningen.

Pada 2015, Huistra ditunjuk sebagai pelatih Timnas Indonesia. Namun, Huistra datang pada saat yang tidak tepat.

Saat itu, Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA. Timnas Indonesia pun dibekukan dan tak bisa bermain di ajang internasional.

5 dari 6 halaman

Juara Liga

Pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, tampak lesu usai ditaklukkan Malaysia pada laga kualifikasi Piala Dunia 2022 di SUGBK, Jakarta, Kamis (5/9). Indonesia takluk 2-3 dari Malaysia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Ada satu kebiasaan menarik dari PSSI. Mereka kerap memilih pelatih Timnas Indonesia yang berasal dari juara liga domestik.

Simon McMenemy adalah satu di antaranya. Pria asal Skotlandia ini membawa Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1 2017.

Pada 2019, McMenemy mendapatkan kehormatan menukangi Timnas Indonesia. Kesempatan diambil dengan bangga oleh McMenemy saat itu.

Namun, karier McMenemy di Timnas Indonesia tak berjalan semulus seperti kariernya di Bhayangkara FC. Ia hanya bertahan kurang dari setahun menjadi pelatih kepala Timnas Indonesia.

 
6 dari 6 halaman

Masa Jabatan Pelatih Timnas Indonesia Sejak 2010

- Alfred Riedl (2010-2011): 1 tahun, 2 bulan, 9 hari

- Wim Risjbergen (2011): 5 bulan, 25 hari

- Aji Santoso (2011-2012): 4 bulan, 26 hari

- Nil Maizar (2012-2013): 8 bulan, 13 hari

- Luis Manuel Blanco (2013): 1 bulan, 11 hari

- Jacksen. F Tiago (2013): 8 bulan, 19 hari

- Alfred Riedl (2013-2015): 1 tahun, 1 bulan, 4 hari

- Benny Dollo (2015): 3 bulan, 6 hari

- Pieter Huistra (2015): 7 bulan, 3 hari

- Luis Milla (2017-2018): 1 tahun, 9 bulan, 1 hari

- Bima Sakti (2018): 3 bulan, 30 hari

- Simon McMenemy (2019): 10 bulan, 13 hari

- Shin Tae-yong (2020 - ): 2 tahun, 9 bulan, 12 hari

 

Berita Terkait