Bola.com, Jakarta - Sepak bola Indonesia pernah dijatuhi sanksi pembekuan oleh FIFA pada 2015. Sanksi tersebut diterima Indonesia karena adanya perseteruan antara PSSI dan pemerintah yang diwakili Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Menpora yang saat itu dijabat Imam Nahrawi mengeluarkan Surat Keputusan bernomor 0137 tentang pembekuan PSSI pada 17 April 2015. Pemerintah memutuskan untuk turun tangan karena adanya perebutan kekuasaan di PSSI.
Selain itu, Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) yang berada di bawah naungan Kemenpora juga tidak merekomendasikan Arema Cronus dan Persebaya Surabaya untuk mengikuti QNB League 2015. Pasalnya, terjadi dualisme kepemilikan di kedua klub itu.
Adanya intervensi dari Kemenpora membuat FIFA bersikap tegas dengan membekukan sepak bola Indonesia. Padahal induk tertinggi sepak bola dunia itu telah memberi waktu sampai 29 Mei agar PSSI dan Menpora dapat mengakhiri konflik.
FIFA menelurkan sanksi kepada Indonesia pada 30 Mei 2015. Dalam surat yang dikirimkan, FIFA menilai PSSI melanggar Statuta FIFA pasal 13 tentang Kewajiban Anggota, 14 ayat 1 tentang suspensi, dan 17 tentang kebebasan anggota dan turunannya.
Berdampak kepada Timnas Indonesia
Dampak pembekuan dari FIFA membuat Timnas Indonesia tidak boleh ikut serta dalam ajang sepak bola internasional. Tim Garuda tidak bisa mengikuti Kualifikasi Piala Dunia 2018 sekaligus kualifikasi Piala Asia 2019.
Dalam dua kompetisi tersebut, Timnas Indonesia bakal bertarung bersama Chinese Taipei, Irak, Thailand, dan Vietnam.
Efek domino juga dirasakan Timnas Indonesia U-19 dan U-16. Dua Tim Merah-Putih yang ketika itu ditangani Fachri Husaini dipastikan batal berlaga sebagai tuan rumah di turnamen regional, Piala AFF.
Meski begitu, FIFA memberikan dispensasi kepada Timnas Indonesia U-23 yang akan berlaga di SEA Games 2015 Singapura. Timnas Garuda Muda boleh ikut serta di ajang pesta olah raga se-Asia Tenggara tersebut.
Pelatnas Jangka Panjang Timnas Junior Dibubarkan
Sanksi yang dijatuhkan FIFA kepada Indonesia tidak hanya berimbas pada Timnas Indonesia Senior, namun juga timnas junior yakni Timnas U-19 dan Timnas U-16.
AFC memastikan Timnas U-19 dan Timnas U-16 tidak bisa berpartisipasi pada Kualifikasi Piala AFC U-19 di Bahrain dan Piala AFC U-16 di India, yang putaran finalnya akan berlangsung tahun depan.
Setelah itu, PSSI secara resmi membubarkan Timnas Indonesia U-16 dan U-19. Sebelumnya, timnas junior juga tak bisa bermain di Piala AFF.
FIFA Resmi Cabut Sanksi
Setelah setahun berlalu, FIFA secara resmi mencabut sanksi untuk Indonesia. Pencabutan sanksi itu dilakukan oleh Presiden FIFA, Gianni Infantino saat berlangsungnya Kongres Tahunan FIFA di Meksiko pada 13 Mei 2016.
Pria yang menggantikan Sepp Blatter sebagai orang nomor satu FIFA itu juga mengungkapkan alasan pencabutan sanksi kepada Indonesia.
Seperti dilansir Reuters, Infantino mengambil keputusan tersebut karena Pemerintah Indonesia telah mencabut Surat Keputusan pembekuan PSSI.
Menpora Imam Nahrawi sudah resmi mencabut pembekuan PSSI pada 10 Mei. Pencabutan pembekuan itu dilakukan Imam setelah sepak bola Indonesia dibekukan sejak 17 April 2015.
Lolos dari Sanksi FIFA
Teranyar, sepak bola Indonesia terancam dijatuhi sanksi oleh FIFA menyusul Tragedi Kanjuruhan dalam laga Arema FC versus Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022. Akibat insiden tersebut sebanyak 132 nyawa melayang.
Beruntung, Indonesia terhindar dari sanksi FIFA. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo telah mendapat surat dari FIFA jika Indonesia tidak dikenai sanksi atas peristiwa memilukan di Malang.
"Surat dari FIFA ini adalah tindak lanjut pembicaraan saya per telepon dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, pada 3 Oktober 2022 lalu. Berdasarkan surat tersebut, alhamdulillah sepak bola Indonesia tidak dikenakan sanksi oleh FIFA," terang Presiden Jokowi pada 7 Oktober 2022.