Parade Foto: Yang Tertinggal dari Tragedi Kanjuruhan... Duka, Luka, hingga Asa

oleh Yus Mei SawitriArio YosiaBagaskara Lazuardi diperbarui 18 Okt 2022, 09:15 WIB
Mendung kelabu menyelimuti Malang di pengujung sore sepekan setelah tragedi pilu di Stadion Kanjuruhan. Duka dan luka menggelayuti para penyintas kejadian maut setelah Arema tumbang dari Persebaya pada Sabtu malam. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Rizal Putra Pratama adalah satu dari ratusan saksi pilu Tragedi Kanjuruhan. Ia kehilangan ayah, Muhammad Arifin (kanan), dan adiknya, Muhammad Rifki Aditya (kiri kedua), yang meninggal dalam peristiwa kelam itu. Tiga tiket gratis menuju tribun 11 yang mereka terima, tak dinyana akan menjadi duka mendalam bagi keluarga mereka. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Petugas keamanan dan kebersihan Stadion Kanjuruhan, Agus Widodo, mengalami malam paling traumatis dalam hidupnya. Dia menggendong delapan anak yang menjadi korban saat kejadian kelam itu. Bagi pria yang dipanggil Pak Pengkor tersebut, Stadion Kanjuruhan adalah sumber mata pencaharian. Namun, kini untuk melihat kondisinya saja, hatinya hancur tak terperi. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Tragedi Kanjuruhan juga akan terus menghantui Sindu Dwi Asmoro, Aremania berusia 22 tahun asal Blimbingan, Kota Malang. Ia berhasil selamat dari terjangan gas air mata di tribune 14. Mengetahui banyak korban jiwa berjatuhan, pria berusia 22 tahun itu bertekad tidak menonton Arema lagi ke stadion. Sindu memilih gantung syal dan fokus pada bisnis fashion, kuliner, dan cuci sepatu. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Media Officer Arema FC, Sudarmaji, menceritakan secara detail momen-momen sebelum, saat, dan sesudah Tragedi Kanjuruhan. Trauma benar-benar menjadi momok menakutkan bagi yang melakoni. Pemain, pelatih, dan ofisial yang terlibat tidak akan mudah melupakan peristiwa traumatis, bahkan butuh bantuan psikolog untuk melakukannya. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Kapten Arema FC, Johan Alfarizi, memilih diam saat ditanya kronologi Tragedi Kanjuruhan. Cerita itu mungkin akan kembali membuka traumanya lagi. Sang kapten hanya berharap adanya perbaikan yang signifikan di sepak bola Indonesia. Rivalitas dan kebencian yang berlebihan harus dihilangkan. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Tragedi Kanjuruhan harus dikawal hingga hingga titik darah penghabisan. Sesepuh Aremania, Anto Baret, menyatakan momen ini akan menjadi titik balik perdamaian. Bukan hanya antara pendukung Arema dan Persebaya, namun juga seluruh suporter Indonesia. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Ditemui di Warkop Pitulikur Surabaya, pentolan Bonek, Cak Cong (Husin Ghozali) menuturkan, perdamaian suporter yang dilecut oleh Tragedi Kanjuruhan harus dimulai dari dalam diri sendiri terlebih dahulu dan rasa saling respek. Koordinator Green Nord tersebut menyebut permusuhan antarsuporter harus diakhiri agar tidak menjadi dosa turunan untuk generasi mendatang. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Tragedi Kanjuruhan adalah pengalaman terpahit sepanjang karier pelatih Arema FC, Javier Roca. Setelah tragedi ini, ia berharap tak ada pemain Arema FC yang mengundurkan diri. Semuanya harus kuat dan menjadikan peristiwa itu sebagai titik nol untuk melangkah ke depan. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Dua sisi pelatih Persebaya, Aji Santoso. Ia lahir, besar, bahkan mengawali karier sebagai pesepakbola profesional di Malang, bersama Arema. Namun, Aji juga pernah bermain dan kini menukangi klub rival, Persebaya Surabaya. Ia berharap Tragedi Kanjuruhan bisa menjadi titik balik perbaikan sepak bola Indonesia. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Ketua Panitia Penyelenggara (Panpel) laga Arema FC vs Persebaya, Abdul Haris, telah ditetapkan sebagai salah satu tersangka tragedi Kanjuruhan. Namun, ia bersaksi bahwa pintu-pintu maut itu sebelumnya sudah terbuka. Menurutnya, dalang utamanya adalah gas air mata. Ia meminta maaf dan siap bertanggung jawab secara moral atas peristiwa pilu tersebut. Dia meminta kasus yang juga merenggut nyawa keponakannya itu, harus diusut tuntas dan jangan ada yang ditutup-tutupi. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)
Tragedi Kanjuruhan akan terus jadi prasasti penuh luka bagi mereka yang ditinggalkan. Namun, duka itu seharusnya dibasuh dengan perubahan besar-besaran. Revolusi dari hulu sampai hilir harus dilakukan demi menjadikan sepak bola Indonesia lebih baik di masa mendatang. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Berita Terkait