Bola.com, Jakarta - PSSI mengakomodasi keinginan Presiden FIFA, Gianni Infantino untuk bermain sepak bola bersama di tengah-tengah kunjungan badan sepak bola dunia itu ke Indonesia pada Selasa (18/10/2022).
Gianni Infantino lebih dulu datang ke Kantor PSSI di GBK Arena, Jakarta Pusat sekitar pukul 15.15 WIB untuk melakukan pertemuan hampir selama dua jam dengan PSSI.
Setelah itu, Gianni Infantino dan PSSI yang dipimpin Ketua PSSI, Mochamad Iriawan beraksi bareng di lapangan hijau di Stadion Madya, Jakarta Pusat pukul 19.15 WIB.
Gianni Infantino memilih untuk memakai sepatu sambil duduk lesehan tanpa alas persis di depan tribune Stadion Madya, alih-alih di bangku cadangan.
Pria berusia 52 tahun itu menggunakan sepatu sepak bola berwarna merah dan ditemani oleh rombongan FIFA lainnya plus Wakil Sekjen PSSI, Maaike Ira Puspita.
Gianni Infantino dan Iwan Bule Satu Tim
Gianni Infantino satu tim bersama Iriawan dengan mengenakan kostum corak hijau, biru, dan putih.
Main sepak bola bareng FIFA dan PSSI dimulai pada pukul 19.25 WIB. Tim berjersey hijau, biru, dan putih melawan tim berbaju merah dan hitam.
Namun, main sepak bola bareng FIFA dengan PSSI tidak digelar secara normal. Pertandingan berlangsung sepuluh melawan sepuluh.
Lapangan yang dipakai kurang lebih setengah yang membentang dari masing-masing sisi garis keluar.
Iwan Bule Cetak Gol Pembuka
Iriawan mencetak gol pembuka untuk tim hijau, biru, dan putih. Sontekannya memanfaatkan umpan perwakilan FIFA dengan mulus masuk ke gawang tim merah dan hitam.
Gianni Infantino tidak mau kalah. Presiden FIFA berusia 52 tahun itu mencatatkan brace alias dua gol untuk tim hijau, biru, dan putih.
Keinginan Presiden FIFA
"Malam hari ini Presiden FIFA beserta rombongan mengajak PSSI untuk bermain sepak bola. Ini bagian dari keinginan beliau," ujar Sekjen PSSI, Yunus Nusi.
"Apapun bisa terjadi di dunia. Tetapi sepak bola diharapkan tetap jalan," imbuh lelaki asal Gorontalo tersebut.
Kedatangan FIFA ke Indonesia bertujuan untuk membantu PSSI dalam transformasi sepak bola Indonesia pasca-tragedi Kanjuruhan yang merenggut seratusan nyawa.