Bola.com, Malang - Dua petinggi PSSI, Mochamad Iriawan dan Iwan Budianto, memenuhi panggilan Polda Jatim terkait Tragedi Kanjuruhan. Iriawan, atau yang karib disapa Iwan Bule, bersama Iwan Budianto hadir di Polda Jatim pada Kamis (20/10/2022).
Iwan Bule harus menjawab 45 pertanyaan dari penyidik, sementara Iwan Budianto lebih banyak, mencapai sekitar 70 pertanyaan. Setelah pemeriksaan, kedua pimpinan PSSI itu memberikan penjelasan singkat.
Iwan Bule mengaku sebelumnya sempat dipanggil, tapi baru kali ini dia bisa memenuhi panggilan tersebut.
"Saya telah mengikuti atau memenuhi panggilan di Polda Jatim. Alhamdulillah sudah selesai. Untuk materinya silakan tanya ke juru bicara PSSI," ujarnya.
Pemeriksaan Terhadap Iwan Bule
Pemeriksaan terhadap Iwan Bule tentu seputar PSSI yang dipimpinnya, termasuk bagaimana prosedur penyelenggaaran pertandingan.
"Pemeriksaan lancar semua. Pertanyaan mengenai identitas, kemudian PSSI dan perannya. Kemudian PT LIB, panpel, security dan match commissioner. Semua ditanya lengkap, termasuk prosedur penyelenggaraan pertandingan sampai selesai," ujar Juru Bicara PSSI, Ahmad Riyadh.
Kehadiran Iwan Bule memenuhi panggilan Polda Jatim disebut sebagai bentuk tanggung jawab PSSI terhadap Tragedi Kanjuruhan. Saat ini mereka tengah disorot publik, bahkan Iwan Bule juga mendapatkan banyak desakan dari netizen untuk mundur dari posisinya sebagai Ketua PSSI.
Iwan Budianto Mendapat Lebih Banyak Pertanyaan
Sementara itu, Iwan Budianto yang berstatus sebagai Wakil Ketua Umum PSSI, mendapatkan pertanyaan lebih banyak. Namun, intinya tak jauh berbeda dengan Ketua PSSI.
"Ada sekitar 70 pertanyaan. Terkait dengan tupoksinya PSSI apa, ya seperti itulah," ujar mantan CEO Arema FC itu.
Hanya saja dua petinggi PSSI ini tak terlalu banyak memberikan keterangan setelah pemeriksaan. Sepertinya mereka sudah terlalu lelah dengan banyaknya pertanyaan penyidik.
Namun, bisa jadi mereka juga tak ingin terlalu banyak bicara di media karena PSSI saat ini jadi sorotan publik.
Tentang Tragedi Kanjuruhan
Perlu diketahui, tragedi di Stadion Kanjuruhan bermula setelah Arema FC kalah dari tamunya, Persebaya Surabaya dengan skor 2-3. Setelah pertandingan, suporter mulai masuk lapangan berujung penembakan gas air mata dari Kepolisian.
Sayangnya banyak gas air mata yang justru jatuh di tribune penonton. Sehingga menimbulkan kepanikan dan banyak korban sesak nafas lalu terinjak temannya sendiri di pintu keluar stadion.