Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia beruntung memiliki sosok Fachruddin Aryanto. Pemain paling senior di skuad Garuda ini tak hanya sukar dilewati lawan. Ia juga menjadi penyeimbang dalam tim yang berisikan mayoritas pemain muda.
Tak heran bila ban kapten terbalut di lengannya setiap kali Indonesia bertanding. Pemain berusia 33 tahun itu bisa dikatakan menjadi kepanjangan tangan pelatih Shin Tae-yong untuk membimbing pemain lainnya.
Pengaruhnya dalam teknis permainan Indonesia juga sangat kentara. Walaupun tak lagi muda, ia masih sanggup mengadang laju penyerang lawan yang terbilang lebih energik darinya.
Ia mengompensasi penurunan stamina dan kecepatannya dengan segudang pengalamannya. Fachruddin Aryanto yang sekarang terbilang lebih komplit karena lebih bijak dalam mengambil keputusan.
Itulah sebabnya pemain asal Klaten itu masih sangat sukar untuk dilewati. Ia jarang sekali tertinggal langkah dari pemain lawan lantaran sudah memiliki satu atau dua langkah di depan mereka.
Debut Bersama Nil Maizar, Moncer Sejak Era Alfred Riedl
Pemain yang pertama kali dipanggil memperkuat skuad Garuda pada 2012 itu, merupakan pemain andalan Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Alfred Riedl, Luis Milla hingga Shin Tae-yong tak pernah ragu memasangnya sebagai starter. Kepercayaan tiga pelatih asing itu membuktikan bila Fachruddin mampu beradaptasi dengan taktik yang diberikan.
Bahkan saat harus bertransformasi dengan skema tiga bek sekalipun, ia tak mengalami kesulitan berarti. Sebagai pemain senior, perannya tak sebatas hanya menghentikan serangan lawan.
Ia juga diharapkan mampu mengayomi banyak pemain lain seperti Rizky Ridho, Elkan Baggott hingga M. Ferarri.
Terpinggirkan di Era Simon McMenemy
Walau tampak sempurna, Fachruddin rupanya juga mengalami momen terburuk dalam karier sepakbolanya. Ia sempat terpinggirkan dari Timnas Indonesia yang ditukangi Simon McMenemy sepanjang tahun 2019.
Entah ada berdampak langsung atau tidak, nyatanya kegagalan menembus Timnas Indonesia berimplikasi dengan performanya di Madura United.
Ia kehilangan tempat utama yang mengharuskannya 'magang' selama setengah musim di Persija Jakarta. Di klub ibukota tersebut, perlahan performa terbaiknya kembali muncul.
Ia ikut menyelamatkan Macan Kemayoran, julukan Persija dari jerat degradasi di akhir musim. Madura United kembali memeluknya dan memberikan tempat utama hingga saat ini.
Jebolan PSS Sleman
Jika ditarik ke belakang, Fachruddin sejatinya merupakan jebolan PSS Sleman. Tim yang terletak di salah satu kabupaten di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta ini merupakan tim profesional pertamanya.
Jarak kediamannya di Klaten bisa dikatakan tak terlalu jauh dengan Sleman. Ini memberikan keuntungan baginya untuk mantap melanjutkan perkembangan di PSS yang memang kerap mengorbitkan pemain muda.
Fachrudin menimba banyak ilmu dengan menjadi pemain magang di tim muda Elang Jawa, julukan PSS. Banyak pengalaman yang ia dapatkan termasuk dari pemain senior di PSS seperti Bruno Casimir.
Statistik Fachruddin di Timnas Indonesia
Dilansir laman Transfermarkt, Fachruddin diketahui memiliki 45 caps dan empat gol setelah menjalani debut perdananya di bawah arahan pelatih Nil Maizar pada 2012 lalu.
Tetapi seperti yang dijelaskan sebelumnya, banyak pasang surut yang dialaminya. Pembekuan federasi pada tahun 2015 lalu sempat menghentikan perkembangannya.
Tetapi ia langsung menjadi andalan pelatih Alfred Riedl saat FIFA mencabut pembekuan tersebut setahun berselang.
Tetapi di era pelatih Shin Tae-yong, ia mendapatkan kepercayaan lebih banyak seiring banyaknya pertandingan FIFA Matchday yang dihelat Indonesia. Ia menjalani 17 pertandingan dan membukukan dua gol dalam dua laga terakhir.