Bola.com, Bangkalan - Kiper Madura United, Fakhrurrazi Quba tak pernah menyangka bisa meniti karier sebagai seorang penjaga gawang profesional. Ia mengaku awalnya tak pernah terbersit keinginan menjadi pemain terakhir di lini pertahanan.
Pemain yang kini berusia 33 tahun tersebut itu masih ingat betul bagaimana ia memulai langkah sebagai sosok tangguh di bawah mistar. Semua berawal dari hobinya melihat pertandingan sepak bola di lapangan yang dekat kediamannya.
"Kalau dulu hampir setiap minggu nonton latihan. Dari kampung ke pekan (kota) tidak seberapa jauh, cuma 10 menit naik sepeda. Minggu pertama dan kedua cuma nonton, tapi pada minggu ketiga ada kesempatan buat main," bukanya dilansir dari Youtube Tiento Indonesia.
"Tapi, posisi yang kosong waktu itu cuma kiper. Nah dari situ awalnya. Daripada nonton saja, mending sekalian main," imbuh Fakhrurrazi Quba.
Ingin Menjadi Striker
Saat masih kecil, Fakhrurrazi Quba sama sekali tak pernah bercita-cita menjadi seorang kiper. Quba lebih senang mencetak gol dan melakukan selebrasi bersama rekan-rekannya.
Namun, takdir berkata lain. Pertemuannya dengan anggota kepolisian dalam pertandingan sepak bola tersebut, mengantarkannya menjadi sosok penjaga gawang tangguh.
"Aslinya bukan ingin jadi kiper. Aslinya itu dari striker, tapi turun ke gelandang, terus ke stopper sampai akhirnya jadi kiper. Terus turun ke bawah. Tapi ya sudahlah, diseriusin main di posisi itu. Alhamdulillah bisa sampai sekarang," jelasnya.
Momen Berkesan
Setelah memantapkan hatinya untuk menjadi penjaga gawang, perjuangannya baru benar-benar dimulai. Fakhrurrazi Quba berhasil menjadi andalan di setiap kejuaraan kelompok umur hingga tampil dalam sebuah kejuaraan elit yang berlangsung di Thailand.
Quba lantas mulai mendapatkan kesempatan berkarier secara profesional saat masih duduk di bangku SMA. Pemain kelahiran Pante Bidari tersebut mengawali langkah dengan menembus klub Divisi Satu (setara Liga 2), PSLS Lhokseumawe.
Kariernya pun terus menanjak yang membuatnya berkesempatan bermain di semua klub profesional Aceh, yakni PSSB Bireuen, PSBL Langsa, PSAP Sigli hingga Persiraja Banda Aceh.
"Kalau momen berkesan saat bawa PSAP dan Persiraja ke kasta tertinggi. Itu satu kebanggaan buat diri sendiri karena itu tim dari daerah saya sendiri. Walaupun akhirnya mereka kembali (turun kasta)," jelasnya.
Hindari Warkop, Fokus Main Bola
Sebagai seorang profesional, Fakhrurrazi Quba ikut memberikan nasihat bagi anak muda yang benar-benar ingin terjun ke dunia si kulit bundar. Ia berharap para pemain itu tak berhenti di satu titik dan fokus mengejar impiannya.
"Saya melihat anak muda sekarang sekarang cepat putus (asa). Pengen jadi pemain bola tetapi istilahnya lalai dengan handphone atau segala macam hal yang lain," ujarnya.
"Kalau dulu kami fokus main bola saja, pulang sekolah kalau enggak ke sawah, ya lapangan. Tapi sekarang lain lagi. Mereka sepulang sekolah malah ke warkop main handphone. Kalau dulu mana berani kami pergi ke sana," imbuh Quba.
Ia juga berpesan anak muda ini tidak mata duitan begitu memasuki dunia sepak bola. Sebab, banyak pemain yang pada akhirnya tak bisa mencapai puncak kariernya lantaran terbenam dengan hal-hal duniawi.
"Jangan berhenti di satu titik, malah inilah alasan untuk menikmati prosesnya. Masih muda, perjalanan masih panjang. Juga jangan pikir uang dulu, belum apa-apa mikir ke situ. Kalau sudah jadi pemain, uang yang akan kejar kalian," tandasnya.