Bola.com, Jakarta - Piala Dunia menjadi panggung bagi pemain untuk mendapatkan sorotan besar dan popularitas. Jika tampil moncer di Piala Dunia, mereka bisa mendapatkan tawaran bagus untuk karier profesionalnya.
Selama bertahun-tahun ada beberapa pemain yang menginspirasi dunia karena kemampuan apiknya di Piala Dunia. Setelah Piala Dunia berakhir, klub-klub raksasa seperti Real Madrid, Manchester United, Liverpool dan lainnya mulai memburu tanda tangan sang pemain.
Fenomena serupa bisa saja terjadi pada Piala Dunia 2022 yang bakal berlangsung di Qatar akhir tahun ini. Selepas Piala Dunia, pemain-pemain yang tampil bagus bisa menjadi buruan pada bursa transfer Januari 2023 atau musim panas 2023.
Namun, ada juga pemain yang bermain bagus di Piala Dunia tetapi kemampuannya menurun saat sudah berada di klub raksasa. Mereka gagal menunjukan permainan briliannya serupa di Piala Dunia setelah hijrah ke klub baru.
Berikut lima rekrutan terburuk selepas Piala Dunia yang dialami sejumlah klub di Eropa sebelum tahun 2000-an. Langsung simak daftarnya.
Alberto Tarantini (Boca Juniors ke Birmingham City, 1978)
Bek kiri Argentina, Alberto Tarantini, mengantar negaranya menjuarai Piala Dunia 1978. Dia bermain bagus di Piala Dunia dan menuntut gaji lebih besar dari Boca Juniors.
Usai Piala Dunia, Tarantini akhirnya hijrah ke Birmingham City yang baru saja finis di urutan ke-11 Liga Inggris. Birmingham tidak mau kalah karena saingan mereka, Tottenham, juga telah memboyong dua pemain Argentina yang menjuarai Piala Dunia, Ossie Ardiles dan Ricky Villa.
Sayangnya, Tarantini yang mencatat 61 caps untuk Argentina berulah dengan kedisiplinan di Brimingham. Dia kembali ke Argentina pada 1979 untuk bermain untuk Talleres de Cordoba.
Ilie Dumitrescu (Steaua Bucharest ke Tottenham, 1994)
Pelatih Ossie Ardiles meminta Tottenham Hotspur mengeluarkan uang 2,5 juta pounds untuk mendatangkan pemain Rumania Ilie Dumitrescu. Jumlah uang yang banyak saat itu, tetapi sang pemain turut mengantarkan Rumania ke perempat final Piala Dunia 1994 dan mengalahkan Argentina.
Sayangnya, meski memiliki Dumitrescu, Jurgen Klinsmann, dan Teddy Sherringham, Tottenham justru terpuruk dan membuat Ardiles dipecat pada Oktober 1994. Pelatih pengganti Gerry Francis ternyata tidak menyukai gaya permainan Dumitrescu dan sang pemain dipinjamkan ke Sevilla.
Dumitrescu kembali ke White Hart Line tetapi penampilannya menurun dan hengkang ke West Ham pada Februari 1997. Gara-gara izin kerjanya di Inggris bermasalah akhirnya dia kembali hengkang ke Club America.
Robert Jarni (Real Betis ke Real Madrid Melalui Coventry, 1998)
Jarni bermain hebat bersama Kroasia yang finis di posisi ketiga pada Piala Dunia 1998 di Prancis. Dia juga tampil dalam semua laga Kroasia di Prancis alias tujuh pertandingan.
Manajer Coventry, Gordon Strachan, bertindak cepat dan mengangkutnya dari Real Betis serta mengalahkan Real Madrid yang juga meminatinya. Mereka membelinya dengan biaya 2,6 juta pounds tetapi menjualnya lagi ke Real Madrid seharga 3,4 juta pounds.
Covenrty tidak hanya untung secara finansial tetapi juga secara mental. Jarni tidak bisa memberikan permainan terbaiknya ketika bersama Real Madrid dan akhirnya hengkang ke Las Palmas.
Denilson (Sao Paulo untuk Real Betis, 1998)
Denilson menjadi pemain termahal di dunia pada 1998 selepas Piala Dunia rampung digelar di Prancis dengan harga 21,5 juta pounds. Pemain sayap ini turut berkontribusi besar membawa Brasil hingga final Piala Dunia 1998.
Menjadi pemain termahal membuat seluruh penggemar sepak bola dari seluruh penjuru dunia melihat ke arahnya. Sayangnya, nasibnya di Real Betis tidak seberuntung kala di Piala Dunia.
Dia berjuang masuk ke tim utama dan musim selanjutnya, Real Betis justru terdegradasi. Pemain Brasil itu akhirnya memutuskan ke Flamengo dengan status pinjaman dan kembali lagi ke Betis Januari 2021 dan gagal bersaing lagi.
Sumber: Daily Mail