Javier Roca Ungkap Kekhawatiran Keluarga di Chile Terkait Tragedi Kanjuruhan, Sempat Dilarang Balik ke Indonesia

oleh Iwan Setiawan diperbarui 28 Okt 2022, 22:00 WIB
Bisa jadi, ini adalah pengalaman terpahit Javier Roca sepanjang karier kepelatihannya. Setelah tragedi ini, ia berharap tak ada pemain Arema FC yang mengundurkan diri. Semuanya harus kuat dan menjadikan ini titik nol untuk melangkah ke depan. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Malang - Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022 menjadi perhatian dunia. Peristiwa kelam sepak bola Indonesia yang merenggut 135 korban jiwa ini ini juga dibahas di Chile, negara asal pelatih Arema FC, Javier Roca.

“Saya pikir ini di seluruh dunia tahu tragedi ini. Termasuk negara saya. Ada beberapa media dari Chile yang sempat menghubungi. Mungkin selama dua hari banyak sekali yang telepon saya,” kata mantan pelatih Persik Kediri ini. Roca pun menjelaskan tragedi tersebut berdasarkan pandangan matanya.

Advertisement

Selain media dari Chile, keluarga dan teman-temannya juga ikut menghubunginya.

“Mereka tanya dan khawatir dengan kondisi saya. Terutama mama. Mereka melihat informasi dari media sosial. Namun sudah saya jelaskan. Dan mereka tahu setelah mengikuti perkembangan beritanya di media sosial,” sambungnya.

2 dari 3 halaman

Sempat Dilarang Kembali ke Indonesia

Javier Roca berusaha menenangkan Gian Zola (kanan) yang menangis saat tiba di Stadion Kanjuruhan. (AFP/Juni Kriswanto)

Ternyata ini bukan kali pertama keluarga Roca di Chile merasa khawatir.

Ketika masih aktif sebagai pemain, ada beberapa kejadian yang memakan banyak korban jiwa. Seperti Tsunami di tahun 2004 yang memakan korban 173.741 jiwa.

“Saya datang ke Indonesia tahun 2003. Satu tahun selanjutnya, ada Tsunami di Aceh. Waktu itu saya penerbangan Kembali dari Chile ke Indonesia. Jadi keluarga khawatir karena mereka hanya tahu Tsunami ada di Indonesia. Sedangkan saya waktu itu tiba di Bali,” jelasnya.

3 dari 3 halaman

Banyak Kejadian

Setelah itu, ada kejadian kedua di tahun 2005, yakni tragedi bom Bali. Waktu itu jadi perhatian dunia karena banyak wisatawan asing jadi korban. Bom bunuh diri itu menewaskan 23 orang.

“Selanjutnya bom Bali, karena saya ada di Bali. Karena itu, waktu saya memutuskan melatih Kembali ke Indonesia, keluarga di sana sempat mempertanyakan. Mereka merasa saya sudah sukses saat jadi pemain. Tapi saya ini orangnya ngeyel. Jadi tetap kembali. Apalagi istri saya orang Indonesia,” pungkasnya.