Bola.com, Jakarta - Saat ini kompetisi sepak bola di Indonesia tengah berhenti menyusul Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022. Namun, ini bukan kali pertama Liga Indonesia harus berhenti di tengah jalan.
Sejak era Liga Indonesia dimulai pada 1994, ada beberapa momentum terjadi hingga membuat kompetisi sepak bola di Indonesia harus terhenti.
Tercatat ada empat momentum yang membuat sepak bola Indonesia ikut berhenti, yaitu krisis moneter pada 1998, pembekuan PSSI pada 2015, pandemi COVID-19 pada 2020, dan terakhir Tragedi Kanjuruhan pada 2022.
Seperti apa cerita ketika kompetisi sepak bola harus terhenti dalam perjalanan Liga Indonesia? Berikut ulasannya:
Krisis Moneter pada 1998
Pada akhir 1997, Asia mengalami krisis keuangan yang parah. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat meroket. Kekacauan melanda masyarakat. Banyak aspek yang terkena dampak, termasuk olahraga, tentunya sepak bola.
Kompetisi sepak bola Indonesia akhirnya berhenti total pada 1998. Kerusuhan massa akibat krisis moneter, berjalan serempak di berbagai daerah di Indonesia, membuat negara dalam keadaan kacau.
Liga Indonesia (Ligina) edisi keempat yang sudah melewati setengah perjalanan harus terhenti dengan status force majeur. Kompetisi yang bernama Liga Kansas itu masih berada di fase grup, di mana operator liga masih membagi kompetisi menjadi tiga wilayah.
Ketika itu, Ligina 1997-1998 diikuti oleh 31 tim. Tim seperti Persija Jakarta, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura, Pelita Jakarta, dan PSM Makassar saat itu sedang berjaya karena penampilan apik sepanjang Ligina 1997-1998.
Apa daya, krisis yang terjadi di Indonesia membuat Panglima ABRI Jenderal Wiranto kala itu memerintahkan untuk menghentikan kompetisi akibat alasan keamanan.
Pembekuan PSSI pada 2015
Pada 2015, kompetisi Liga Indonesia juga tidak berjalan. Penyebabnya adalah dualisme PSSI yang kemudian diikuti oleh campur tangan pemerintah sehingga FIFA menjatuhkan sanksi kepada PSSI pada 31 Mei 2015.
Melalui surat yang ditandatangani Sekjen FIFA, Jerome Valcke, PSSI pun dijatuhi sanksi pembekuan, di mana Timnas Indonesia tidak bisa berlaga di kancah internasional dan Indonesia Super League, yang kala itu disponsori oleh Qatar National Bank (QNB) baru berjalan.
Kompetisi pun langsung dihentikan. Kondisi ini berimbas pada kehidupan pemain dan pelatih yang menggantungkan hidupnya dari sepak bola. Banyak di antara mereka yang terpaksa bermain turnamen antarkampung untuk mendapatkan uang.
Kompetisi kala itu baru menggelar tiga pertandingan. Pemerintah akhirnya menutupi kekosongan kompetisi dengan menggelar berbagai turnamen, termasuk Piala Presiden 2015.
Tahun berikutnya, turnamen Indonesia Soccer Championship dihelat sebagai pengganti kompetisi. Periode ini merupakan peralihan dari ISL menjadi Liga 1 yang dimulai pada 2017 dan bertahan hingga sekarang.
Pandemi COVID-19 pada 2020
Liga Indonesia yang bernama Liga 1 pada 2020 juga terhenti ketika kompetisi baru berjalan tiga pekan pertandingan. Penyebabnya adalah pandemi COVID-19 yang menyerang seluruh dunia.
Bedanya dengan dua masalah yang menghentikan kompetisi Liga Indonesia sebelumnya, permasalahan 2020 ini tak hanya menghentikan sepak bola Indonesia, tapi hampir di seluruh dunia.
Namun, ketika kompetisi sepak bola di belahan dunia lain mulai digelar kembali dengan skema tanpa penonton, kompetisi Liga Indonesia tetap tak bisa digelar karena kesulitan mendapatkan izin.
Pada akhirnya kompetisi Liga 1 2020 dibatalkan dan tidak berlanjut. PSSI dan PT LIB baru menggelar kompetisi lagi pada pertengahan 2021 dengan tajuk Liga 1 2021/2022 dengan skema series dan digelar tanpa penonton.
Tragedi Kanjuruhan pada 2022
Kompetisi Liga 1 2022/2023 juga harus terhenti di tengah jalan. Tepatnya pada pekan ke-11, kompetisi kasta tertinggi Liga Indonesia ini terhenti karena Tragedi Kanjuruhan yang terjadi setelah duel antara Arema FC dan Persebaya Surabaya pada 1 Oktober 2022
Kerusuhan terjadi di Stadion Kanjuruhan menyusul kekalahan 2-3 yang dialami Arema FC saat menjamu rival bebuyutannya, Persebaya. Sejumlah Aremania turun ke lapangan yang kemudian direspons tindakan represif petugas keamanan yang berbuntut penembakan gas air mata ke arah tribune.
Suporter yang berada di tribune berusaha menghindar dan keluar dari stadion. Namun, kepanikan yang melanda suporter plus kesulitan bernapas karena berdesakan menuju pintu keluar membuat banyak korban berjatuhan.
Pada 2 Oktober 2022 dini hari WIB, kepolisian merilis jumlah korban jiwa yang mencapai 127 orang. Seiring berjalannya waktu, jumlah korban bertambah dan hingga saat ini mencapai 135 orang.
Tidak sampai 24 jam setelah Tragedi Kanjuruhan, PSSI dan PT Liga Indonesia Baru memutuskan untuk menghentikan kompetisi Liga 1 2022/2023 selama dua pekan.
Namun, kemudian kompetisi dihentikan hingga batas waktu yang tidak ditentukan karena permintaan Presiden Joko Widodo yang menginstruksikan investigasi menyeluruh terhadap insiden tersebut.