Bola.com, Jakarta - Masih adakah yang mengingat Paul Lambert? Atau, masih adakah percaya bahwa Lambert pernah lebih baik dari Zinedine Zidane? Semua tersaji di final Liga Champions 1996/1997.
Saat itu, Zidane memperkuat raksasa Italia, Juventus. Sedangkan Lambert di kubu wakil Jerman, Borussia Dortmund. Juventus di atas angin. Dimotori Zidane di lini tengah, Bianconeri tampil mentereng di fase sebelumnya.
Di Grup C, mereka finis sebagai jawara grup. Pada perempat final, Zidane mencetak gol penting dalam pertandingan dua leg yang ketat kontra juara Norwegia, Rosenborg, dengan aggregat 3-1.
Aktor Penting
Fase semifinal, pemain asal Prancis itu kembali menjadi aktor penting dalam kemenangan aggregat 6-2 atas Ajax. Namun, di final, Zidane antiklimaks.
Bertanding di Olympiastadion, Munchen, Jerman, di hadapan ribuan pasang mata, Juventus tak ubahnya zebra ompong. Tanpa perlawanan sama sekali, Si Nyonya Tua menyerah 1-3.
Proses Malu
Alessandro Del Piero, via golnya pada menit ke-65, sempat menjaga asa Juve masuk jurang kekalahan. Akan tetapi, Dortmund yang mereka anggap remeh itu ternyata terlalu kuat untuk dirubuhkan.
Tak lama setelah Del Piero mencatatkan namanya di papan skor, Die Borussen langsung meresponsnya lewat lesakan Lars Ricken. Gol Ricken mengunci kemenangan Dortmund setelah sebelumnya sempat unggul 2-0 berkat aksi memukau Karl-Heinz Riedle pada menit ke-29 dan menit 34'.
Tak Berkutik
Sukses Dortmund tentunya tak lepas dari peran Lambert. Walau tak mencetak gol, tapi dialah pahlawan kemenangan Dortmund yang sesungguhnya.
Bermain sebagai gelandang, Lambert membuat Zidane tak berkutik. Mematikan pergerakan Zidane sama saja melumpuhkan kekuatan Juventus, karena dialah "otak" permainan La Vecchia Signora.
Bisa Bersua
Malam itu, orang-orang tak lagi membicarakan Zidane. Namanya seolah raib begitu saja, hilang di bawah bayang-bayang Lambert.
Beberapa tahun setelah kekalahan yang menyakitkan bagi Juventus dan Zidane itu, Lambert yang kini berusia 53 tahun bersua dengan Zizou. "Dia ingat pertandingan dan semua yang terjadi dan itu adalah momen yang menyenangkan," kata Lambert, dilansir Dailystar.
Beda Nasib
Lambert yang pernah menukangi Aston Villa, Blackburn Rovers, Wolverhampton Wanderers, dan Ipswich Town memiliki kenangan. Ia pernah membuat tak berkutik satu di antara pemain terbaik dunia.
"Satu hal yang tidak saya sadari adalah seberapa tinggi dia dan seberapa besar dia. Dia adalah pemain terbaik di dunia," tegas Lambert. Kini, keduanya memiliki nasib yang berbeda, terutama dari sisi perolehan trofi ketika menangani klub.