Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia melahirkan banyak pemain istimewa dalam setiap keikutsertaan mereka di berbagai kejuaraan kelompok usia. Pembinaan usia dini yang mulai ditata dengan rapi, membuat bakat-bakat muda lebih cepat naik ke permukaan.
Walau begitu, kebanyakan sorotan diarahkan kepada para penyerang dan gelandang. Pemain-pemain yang berjibaku di pertahanan seringkali terabaikan, lebih-lebih lagi seorang bek sayap.
Banyak yang beranggapan, modal kecepatan saja sudah cukup untuk mengisi posisi full-back. Tetapi sejatinya, bermain di sektor tersebut jauh lebih rumit dan melelahkan ketimbang pos lain.
Garuda Nusantara sendiri memiliki cukup banyak pemain hebat di pos tersebut, terutama bek kiri. Walau begitu, tak semuanya bisa mempertahankan konsistensinya setelah menjadi andalan di usia muda.
Bola.com melihat kembali karier empat bek kiri yang sempat memperkuat tim kelompok umur Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 edisi 2014 dan 2018 lalu. Apakah mereka tetap jadi andalan klubnya? Berikut ulasan selengkapnya.
M. Fatchu Rochman (Bhayangkara FC)
M. Fatchu Rochman merupakan andalan pelatih Indra Sjafri pada Piala Asia U-20 2014. Pemain asal Pasuruan itu bermain penuh dalam tiga pertandingan saat Timnas Indonesia U-20 tersingkir dini sebagai juru kunci grup.
Tetapi setelah mentas dari kejuaraan usia muda ini, kariernya terbilang stagnan. Ia hanya terlibat sebagai cameo saat Bhayangkara FC merebut gelar Liga 1 2017 dengan hanya bermain dalam empat pertandingan saja.
Dalam lima musim kebersamannya dengan klub berjuluk The Guardian tersebut, ia hanya bermain dalam 53 pertandingan saja. Atau bila dihitung rerata, Fatchu hanya bermain dalam 10 laga saja di setiap musimnya.
Ricky Fajrin (Bali United)
Ricky Fajrin merupakan cadangan mati M. Fatchu Rochman di skuad Indonesia U-20 kala itu. Pemain asal Semarang itu dibiarkan menghangatkan bangku cadangan menyaksikan perjuangan rekan-rekannya.
Walau begitu, ia tak patah arang dan mampu terus berkembang bersama Bali United. Saat ini, ia merupakan salah satu aset terbesar jawara bertahan Liga 1 dei sektor pertahanan.
Namun, hasratnya untuk kembali ke Timnas Indonesia masih harus diredam. Walau tampil konsistens bersama Bali United, pelatih Shin Tae-yong tak kunjung meliriknya.
Firza Andika (Persija Jakarta)
Firza Andika menjadi andalan pelatih Indra Sjafri pada edisi Piala Asia U-20 2018. Dalam empat pertandingan yang dijalani, ia selalu tampil sebagai starter dan tak pernah tergantikan.
Penampilannya bersama PSMS Medan pun terbilang cemerlang. Sampai ia membuat kesalahan dengan menyetujui kepindahan ke Belgia untuk memperkuat klub kasta kedua, AFC Tubize dengan bantuan sponsor.
Selama enam bulan di Belgia, ia sama sekali tak mendapat gaji. Sponsor yang menaungi Firza gagal membayar kewajibannya kepada klub sehingga apa yang menjadi haknya tak terbayarkan.
Beruntung, ia menemukan klub yang tepat musim lalu dengan tampil menjadi andalan Persikabo 1973. Persija Jakarta lantas menariknya di awal musim ini karena kepincut permainannya.
David Rumakiek (Persib Bandung)
David Rumakiek merupakan pelapis Firza di Piala Asia U-20 2018. Ia tak mendapatkan satupun menit bermain saat Garuda Nusantara melaju hingga babak perempat-final.
Kariernya di Persipura Jayapura juga terbilang stagnan. Tetapi musim lalu seolah menjadi berkah untuknya walaupun tim berjulukan Mutiara HItam itu turun ke kasta kedua.
Ia mendapatkan kepercayaan yang cukup untuk mengisi posisi utama. Berkat performanya tersebut, Persib Bandung menariknya di awal musim ini untuk mengggantikan Ardi Idrus yang menyeberang ke Bali United.
Baca Juga