Bola.com, Jakarta - Orang-orang yang tinggal di rumah susun tinggi Marseille Utara memanggil bocah lelaki berusia 10 tahun dengan sebutan Yaz. Bocah itu bernama Zinedine Zidane itu melihat Prancis gagal di semifinal di Piala Dunia 1982.
Kegagalan Prancis itu membuat Yaz atau Zinedine Zidane kecil merasa tertantang untuk berkarier di sepak bola. Dia meminta kepada orang tuanya mendapatkan bola kulit hingga sepeda untuk bermain bersama rekan-rekannya.
Namun, siapa sangka pria yang setelah dewasa akrab disapa Zizou ini membuktikan dirinya sukses meraih gelar Piala Dunia 1998 untuk Prancis. Meskipun dia adalah seseorang yang memiliki darah seorang imigran asal Aljazair tetapi lahir di Marseille.
Warga Prancis akhirnya tidak mempermasalahkan lagi skuad Les Bleus yang berisikan sejumlah pemain multietnis dan multikultural. Rakyat negera itu tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada para pahlawannya yang meraih gelar Piala Dunia untuk kali pertama.
Lalu bagaimana sosok kiprah seorang Yaz yang mengasah teknik sepak bolanya dari jalan-jalan berdebu di kompleks rumah susun di Marseille? Berkat dua golnya di laga final Piala Dunia 1998 melawan Brasil, Zinedine Zidane menjadi sosok yang dikenang hingga kini.
Masalah Rasial
Timnas Prancis hingga kini terkenal dengan pemain-pemain yang multikultural. Tetapi, sebenarnya masalah rasial kerap terjadi di negara itu khususnya kepada warga imigran termasuk Zinedine Zidane.
Sebelum menjadi tuan rumah Piala Dunia 1998, banyak masalah sosial politik hingga angka pengangguran tinggi melanda Perancis. Hal ini juga yang dirasakan Zidane remaja saat mengawali karier sepak bola profesional.
Semangat Zizou
Meski negaranya dilanda masalah sosial politik, Zidane tidak menyerah meniti karier. Dia bermain untuk Cennes hingga 1992, lalu hijrah ke Bordeaux hingga akhirnya dipanggil Timnas Prancis menggantikan Eric Cantona untuk Euro 1996.
Sayangnya Prancis kandas di semifinal saat takluk melalui babak adu penalti dari Republik Ceska. Namun Zidane mendapat tawaran kontrak dari Juventus setelah turnamen yang merupakan pencapaian luar biasa.
Berkat Aime Jacquet
Aime Jacquet adalah pelatih Timnas Prancis yang berperan besar bagi karier Zidane. Dia sebelumnya asisten pelatih Prancis, menggantikan posisi Gérard Houllier yang gagal membawa Les Bleus lolos ke Piala Dunia 1994.
Jacquet yang memberi kesempatan Zidane untuk debut dan berani mendepak Eric Cantona karena tendangan kungfu ke suporter.
"Zidane luar biasa tapi dia belum memiliki pengaruhnya, dia belum mendapatkan aura pribadinya," kata Jacquet.
Sorotan Negatif Media
Menjelang Piala Dunia 1998 saat Perancis menjadi tuan rumah, Jacquet mendapat sejumlah sorotan negatif. Misalnya saja dia banyak menggunakan para pemain imigran dari Spanyol, Karibia, Senegal, Ghana, Armenia, Portugis dan Argentina yang tidak mewakili warisan bangsa.
Banyak pemain yang khawatir terkait hal itu, tetap Jacquet tetap menenangkan skuadnya dan fokus ke Piala Dunia 1998. Dia memupuk solidaritas, kerja tim dan kemurahan hati, dengan peran utama untuk satu orang yakni Zidane.
Menilai Sosok Zidane
Tidak hanya Jacquet yang memuji penampilan Zidane, tetapi para pemain yang lain juga seperti Lilian Thuram.
"Saya sudah mengenal Zidane sejak kami masih kecil, dan saya menyadari ketika menjadi bagian dari timnya bahwa sangat bagus baginya untuk menjadi pemain kunci mengendalikan permainan," kata mantan bek Prancis itu.
"Kami menyadari Zidane adalah pemain yang akan membuat perbedaan. Kami semua memiliki peran untuk dimainkan tetapi dia adalah orang yang benar-benar akan membawa kami ke level lain-jika kami ingin memenangi Piala Dunia ini."
"Kami semua melakukan pekerjaan kami untuk memungkinkan Zidane bermain bagus," sambungnya.
Pembuktian di Piala Dunia
Zidane yang mendapat kepercayaan dari semua orang di sekelilingnya kemudian membuktikannya di Piala Dunia 1998. Dia menjadi inspirasi Les Bleus hingga mencetak dua gol di final serta merengkuh titel Piala Dunia pertama bagi negaranya.
"Bahkan jika Anda memimpikannya, pikirkanlah, dan Anda akan melakukannya," kata Zidane.
"Dan itulah sebabnya saya mengatakan setelah itu bahwa dalam hidup saya tidak ada yang mustahil lagi," kata Zidane.
Sumber:BBC