Bola.com, Jakarta - Dari tahun ke tahun, Timnas Indonesia selalu menghadapi masalah yang sama saat berlaga di pentas internasional. Skuad Garuda tak punya stok penyerang hebat yang bisa diandalkan.
Keberadaan striker asing di Liga Indonesia diklaim sebagai penyebab kelangkaan pribumi berkualitas di lini serang Timnas Indonesia. Langkah naturalisasi pun akhirnya dipilih untuk menutup kelemahan tersebut.
Cristian Gonzales, Ilija Spasojevic hingga Alberto Goncalves merupakan sederet nama asing yang akhirnya berpaspor Indonesia. Mereka diharapkan menjadi solusi instan dari mandeknya regenerasi penyerang lokal.
Anda tak salah baca, Indonesia dulunya pernah memiliki sederet penyerang berkualitas. Penggunaan skema dua penyerang memungkinkan mereka untuk mendapatkan tempat utama dan terus mengasah kemampuannya.
Nama-nama tersebut bertahan cukup lama di Timnas Indonesia dan menelurkan berbagai pencapaian. Siapa saja mereka? Berikut ulasan selengkapnya.
Rochi Putiray
Putra daerah yang menancapkan kukunya di pentas Asia adalah Rochi Putiray. Penyerang Timnas Indonesia dengan penampilan paling eksentrik ini merupakan salah satu legenda sepakbola tanah air.
Pemain asal Ambon ini tercatat menjadi pemain muda yang ikut mempersembahkan medali emas SEA Games 1991 yang berlangsung di Filipina. Ini merupakan prestasi internasional terakhir yang diraih tim senior hingga saat ini.
Ia pun juga terbilang sukses saat mencoba peruntungan bermain di Liga Hongkong. Rochi bahkan pernah menjebol gawang raksasa Italia, AC Milan, sebanyak dua kali dalam sebuah laga uji coba di negeri Asia Timur tersebut.
Budi Sudarsono
Budi Sudarsono merupakan satu striker top Timnas Indonesia pada awal 2000-an. Tak hanya tajam di muka gawang, ia juga terkenal karena gocekannya yang membuatnya dijuluki Si Ular Pyton.
Bersama Timnas Indonesia, pemain asal Kediri tersebut kerap melesakkan gol-gol penting. Satu di antaranya saat Indonesia menaklukkan Bahrain pada Piala Asia 2007 yang berlangsung di Tanah Air.
Sementara di level klub, pria yang kini berusia 43 tahun tersebut juga bisa dikatakan sudah mewujudkan mimpi semua pesepak bola Indonesia.
Ia dua kali merebut gelar Indonesia bersama Persija Jakarta dan Persik Kediri serta satu titel Community Shield bersama Sriwijaya FC.
Kurniawan Dwi Yulianto
Berbeda dengan banyak penyerang lokal lainnya, awal karier Kurniawan Dwi Yulianto terbilang luar biasa. Ia menjadi fenomena setelah tampil luar biasa pada pelatnas jangka panjang di Italia pada medio 1993-1994.
Penampilannya tersebut membuatnya dikontrak klub Swedia, FC Luzern. Ia pun sempat bermain untuk klub elit Serie-A Italia, Sampdoria, saat tengah melakukan lawatan di Asia.
Tetapi sayangnya, penampilannya terhitung inkonsisten. Suatu waktu ia bisa sangat tajam, tetapi di lain kesempatan ia justru tampil loyo. Meski begitu, ia tetap masuk daftar pencetak gol terbanyak Timnas Indonesia setelah mengemas 31 gol.
Bambang Pamungkas
Bambang Pamungkas merupakan sosok penyerang ikonik di Timnas Indonesia. Ia menjadi pemain yang paling banyak membela skuad Garuda dengan catatan 85 caps dalam periode 1998 hingga 2012.
Tetapi sayangnya, karier internasionalnya tak pernah benar-benar sempurna. Pria yang akrab disapa BP itu gagal mempersembahkan satu pun gelar dengan tiga kali merasakan kekalahan di final Piala AFF.
Meski begitu, ketajaman pria asal Semarang itu tak perlu diragukan lagi. Selain sukses mempersembahkan gelar Liga Indonesia untuk Persija Jakarta sebanyak dua kali, ia juga tampil brilian bersama Selangor FA saat menjajal Liga Malaysia.
Boaz Solossa
Anak Ajaib, begitu julukan Boaz Solossa saat tampil pertama kali di pentas Internasional. Pemain yang kala itu baru berusia 17 tahun tersebut, langsung tampil memukau di Piala AFF 2004 di bawah arahan Peter White.
Walaupun punya bakat besar, temperamennya yang keras di usia muda membuat kariernya di Timnas Indonesia tak pernah mencapai titik tertinggi. Pria asal Sorong tersebut kerap keluar masuk skuad Timnas Indonesia di beberapa kejuaraan.
Namun, loyalitasnya kepada klub Persipura Jayapura tak perlu diragukan lagi. Ia berhasil membawa tim berjulukan Mutiara Hitam itu merebut lima gelar Liga Indonesia termasuk turnamen jangka panjang, Indonesia Soccer Championship (ISC) A pada 2016 lalu.