Bola.com, Jakarta - Beberapa malam lalu penulis mendapati pendapat seseorang bahwa Piala Dunia 2022 di Qatar tidak segereget biasanya. Tiada gegap gempita layaknya Piala Dunia yang sudah-sudah jadi alasannya. Setuju tidak setuju, ya biarlah, namanya juga pendapat, kan?
Piala Dunia 2022 memang terasa berbeda. Perbedaan yang jelas adalah soal waktu. Biasanya, Piala Dunia digelar pertengahan tahun, atau ketika kompetisi liga domestik sudah berakhir. Dipilihnya November-Desember adalah untuk mencegah hawa panas di Qatar.
Satu hal lagi yang membuat penulis merasa kalau Piala Dunia 2022 berbeda adalah masifnya pemberitaan negatif dari negara-negara 'barat', khususnya Inggris. Seminggu turnamen berjalan pun masih terlihat framing buruk perihal Qatar sebagai tuan rumah.
Tidak bisa dipungkiri memang dipilihnya Qatar sebagai tuan rumah menuai kontroversi. Utamanya adalah terkait isu pelanggaran Hak Asasi Manusia. Banyak laporan dari media-media internasional mengklaim ribuan pekerja imigram tewas pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022.
Tak sampai di situ, isu diskriminasi juga digaung-gaungkan media barat. Larangan mengonsumsi minuman beralkohol, seks bebas, sampai perihal LGBTQ terus dipublikasikan sebagai borok Qatar sang tuan rumah Piala Dunia 2022.
Menariknya, sejumlah pemain dan pelatih kerap dimintai pendapatnya mengenai isu ini. Mayoritas dari mereka enggan berkomentar lebih jauh. Louis van Gaal yang biasanya vokal bahkan cenderung 'main aman' karena ya mungkin baginya Piala Dunia 2022 adalah olahraga, bukan panggung politik.
"Saya datang ke Piala Dunia 2022 untuk sepak bola, bukan menyampaikan sikap politis saya terhadap sesuatu," ujar Eden Hazard saat dicecar pertanyaan dari wartawan, yang pesannya mirip dengan apa yang dilontarkan Jama Musiala, wonderkid Timnas Jerman.
Lantas, di luar isu miring seputar Piala Dunia 2022, mengapa edisi kali ini 'berbeda' dengan Piala Dunia biasanya? Berikut ini Bola.com mengulas beberapa momen menarik selama turnamen berlangsung.
Asia, Rising!
Barangkali kejutan terbesar datang dari laga Arab Saudi kontra Argentina di Grup B Piala Dunia 2022. Lionel Messi dkk. takluk 1-2 dari negara Timur Tengah tersebut.
Arab Saudi sebetulnya bukan kontestan bau kencur di Piala Dunia. Mereka sudah berulang kali menembus putaran final turnamen empat tahunan ini. Tapi, kemenangan atas Argentina agaknya bakal selalu dikenang oleh pencinta sepak bola dunia.
Maklum saja, ngomongin Arab Saudi, yang terngiang adalah kekalahan telak 0-8 dari Jerman pada Piala Dunia 2002. Ya, 20 tahun lalu, Oliver Bierhoff dkk. menunjukkan superioritas Eropa atas Asia. Yang lebih kontras adalah betapa Korea Selatan sebagai tuan rumah bersama Jepang justru tampil impresif.
Tapi di Piala Dunia 2022, Arab Saudi mampu tampil di luar dugaan, setidaknya saat menghadapi Argentina. Tidak mau ketinggalan, Jepang pun membuat Asia jadi benua yang tidak boleh disepelekan berkat kemenangan 2-1 atas Jerman.
Belum tuntas sampai di situ, ada Iran yang meski dibantai 2-6 oleh Inggris, mampu menjungkalkan Wales dengan skor 2-0 pada laga berikutnya. Kemudian Australia yang sukses mengalahkan Tunisia dengan skor 1-0.
Ragam kemenangan tersebut menegaskan bahwa sepak bola Asia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi.
Banyak Gimmick
"Alah tau gitu enggak masang Jerman dari awal, dasar tim kebanyakan gimmick cuma perkara pelangi!"
Rekan penulis begitu gusar karena tim jagoannya, Jerman, kandas di tangan Jepang. Kekesalannya memuncak karena saat sesi foto yang dilakukan Jerman dan Jepang, Antonio Rudger cs menutup mulutnya sebagai bentuk protes. Wah, protes apa, nih?
Ternyata, gestur tersebut, bukan atas inisiasi Federasi Sepak Bola Jerman (DFB), dilakukan penggawa tim sebagai perlawanan terhadap FIFA yang melarang penggunaan ban kapten bertuliskan OneLove dengan aksen warna pelangi perlambangan pro LGBTQ.
Belakangan Jerman mengklaim kalau ban kapten itu dimaksudkan sebagai bentuk anti-diskriminasi atas apapun, termasuk yang menimpa ribuan imigran asing yang meninggal dunia saat bekerja di Qatar.
Sementara itu, FIFA beralasan kalau rencana penggunaan ban kapten OneLove, yang juga sedianya juga akan dilakukan Wales, Belanda, dan Inggris, menunjukkan sikap politis tertentu yang dilarang keras.
Di media sosial, sontak nama Mesut Ozil mendadak trending. Usut punya usut, gestur tutup mulut yang katanya sebagai bentuk pergerakan anti-diskriminasi itu dicap kemunafikan oleh warganet. Sebab, Ozil pernah dibungkam negaranya merujuk darah Turki yang mengalir di tubuhnya.
"Saat menang, saya dicap orang Jerman. Tetapi saat kalah, saya dianggap orang Turki," kata Ozil beberapa tahun lalu.
Drama Ronaldo dan MU Terbawa hingga Piala Dunia 2022
Piala Dunia 2022 seharusnya jadi momen spesial buat Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Dengan atau tanpa bumbu-bumbu penyedap lainnya pun, ini jadi kans terakhir buat mereka untuk mempersembahkan Piala Dunia pertamanya.
Nah, belum genap seminggu Piala Dunia 2022 berlangsung, Cristiano Ronaldo sudah 'membumbui' Piala Dunia tahun ini dengan berita mengejutkan. Manchester United (MU) memutus kontrak sang megabintang. Artinya, secara praktik, Ronaldo jadi satu-satunya pemain di Piala Dunia ini yang berstatus tanpa klub.
Kejadian seperti ini jarang terjadi, atau bahkan belum pernah, di mana seorang pesepak bola, apalagi sekelas Ronaldo, tidak memiliki klub. Banyak ujaran yang kemudian menyeruak, seperti "Kalau Portugal gagal juara, Ronaldo mau alasan apa? Kan keinginannya hengkang dari MU sudah terwujud".
Insiden ini sedikit banyak membuat 'output' Piala Dunia 2022 jadi bertambah. Alih-alih menunggu siapa pemenangnya, kini ada lagi satu, yakni klub mana yang mau menampung Cristiano Ronaldo.
Well, Ronaldo, the world stage is yours.
Liputan Khusus Piala Dunia 2022
Baca Juga
Gelandang Timnas Indonesia, Eliano Reijnders: Akan Sangat Indah jika Bisa Melawan Belanda dan Tijjani di Piala Dunia 2026
Erick Thohir Blak-blakan ke Media Italia: Timnas Indonesia Raksasa Tertidur, Bakal Luar Biasa jika Lolos ke Piala Dunia 2026
Akun Bola Malaysia Puji Timnas Indonesia usai Bungkam Arab Saudi 2-0: Bisa Lolos Piala Dunia!