Barisan Pelatih Asing di Grup A Piala AFF 2022: Honda Paling Ternama, tapi Minim Pengalaman

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 03 Des 2022, 09:15 WIB
Ilustrasi - Alexandre Polking, Shin Tae-yong, Keisuke Honda (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Malang - Piala AFF 2022 tinggal menghitung hari. Turnamen bergengsi di Asia Tenggara itu mulai diputar 20 Desember 2022 hingga 16 Januari 2023. Timnas Indonesia tergabung di Grup A bersama Thailand, Filipina, Brunei Darussalam dan Kamboja.

Bisa dibilang Timnas Indonesia mampu bersaing untuk lolos dari Grup A Piala AFF 2022. Melihat peta kekuatan di atas kertas, hanya Thailand yang menjadi langganan juara.

Advertisement

Sedangkan untuk tiga tim lainnya, bisa dibilang Timnas Indonesia masih bisa diunggulkan. Sebelum pertempuran terjadi, para ahli strategi kini sibuk mempersiapkan masing-masing timnya.

Tentunya ada lima pelatih yang akan adu strategi. Menariknya, semua tim di grup ini menggunakan jasa pelatih asing. Ada dari Benua Eropa, Amerika Latin, dan Asia.

Jika melihat nama besarnya, bukan Thailand atau Indonesia yang punya nakhoda ternama. Justru Kamboja yang ditangani eks bintang Timnas Jepang dan AC Milan, Keisuke Honda.

Setelah itu, ada pelatih Thailand, Aleksandre Polking (Brasil) yang mempersembahkan gelar Piala AFF 2020 lalu untuk Negeri Gajah Putih. Sedangkan Timnas Indonesia masih ditangani Shin Tae-yong.

Meski belum memberi prestasi, Shin Tae-yong memiliki segudang pengalaman mentereng sebagai mantan pelatih Timnas Korea Selatan, di mana ia membawa tim asuhannya mengalahkan Jerman di Piala Dunia 2018.

Sementara Filipina baru menunjuk pelatih baru, Thomas Dooley asal Jerman. Kemudian Brunei Darussalam kondisinya tak beda jauh. Awal tahun ini mereka menunjuk pelatih asal Spanyol, Mario Rivera.

Jadi Piala AFF 2022 ini akan jadi ajang pertama untuk membuat Filipina dan Brunei lebih diperhitungkan.

Berikut lima pelatih asing yang akan memimpin tim asuhannya di Grup A Piala AFF 2022 dan catatannya bersama tim masing-masing:

2 dari 6 halaman

Shin Tae-yong (Indonesia)

Pelatih Shin Tae-yong memimpin langsung latihan yang dilakukan di training ground milik Bali United yang terletak di kawasan Pantai Purnama, Kabupaten Gianyar. (Bola.com/Maheswara Putra)

 

Pelatih asal Korea Selatan ini memang belum memberikan gelar juara untuk Timnas Indonesia. Namun, Shin Tae-yong memberi bukti renegerasi yang dilakukannya bisa dibilang sukses.

Dia memotong satu generasi untuk membuat timnas yang tangguh dan bertenaga. Pelatih 52 tahun ini lebih suka memanggil mayoritas pemain muda.

Hanya saja untuk Piala AFF 2022 ini, dia punya lebih banyak opsi pemain berpengalaman, seperti striker naturalisasi Ilija Spasojevic yang akhirnya dipanggil.

Striker Bali United itu menggantikan Dimas Drajad yang mengalami cedera. Selain itu, ada Sandy Walsh dan Jordi Amat yang sudah resmi jadi Warga Negara Indonesia.

Dari data transfermarkt, Shin Tae-yong sudah memimpin Timnas Indonesia senior dalam 23 pertandingan. Itu termasuk uji coba FIFA matchday. Catatannya tergolong apik. Indonesia menang 13 kali, 5 imbang dan menelan 5 kekalahan.

Selain itu, dia juga menangani Timnas U-19 dan U-23. Jadi, Shin sangat paham seperti apa kualitas pemain dari kelompok usia ke tim senior. Karena itu, dia diharapkan membawa komposisi terbaik di Piala AFF nanti.

Apalagi Indonesia selalu dibebani dengan target juara yang belum kesampaian hingga saat ini.

3 dari 6 halaman

Alexandre Polking (Thailand)

Pelatih Thailand, Alexandre Polking. (Roslan RAHMAN / AFP)

 

Pelatih asal Brasil ini baru meraih gelar pertamanya saat membawa Thailand juara di Piala AFF 2020. Polking terlihat sangat paham dengan timnya. Maklum, dia berkarier di Thailand sejak 2011. Baik di tim kepelatihan timnas, maupun klub di Liga Thailand.

Bersama Thailand, dia sudah menjalani 17 pertandingan. Namun, Polking punya catatan kemenangan yang banyak, yakni 12 kali. Sisanya 2 kali imbang dan 3 kali kalah. Polking punya pembawaan yang tenang di pinggir lapangan, dan itu seperti menular kepada pemainnya di lapangan.

Sepertinya pelatih berusia 46 tahun ini berjodoh dengan Timnas Thailand, karena selama berkarier di klub, dia belum pernah memberikan trofi juara. Ketika di Piala AFF, Polking berhasil mengembalikan kekuatan Thailand dan trofi juara dalam waktu yang lumayan singkat.

 

4 dari 6 halaman

Keisuke Honda (Kamboja)

Manajer Timnas Kamboja, Keisuke Honda di Piala AFF 2020. (AFF Suzuki Cup).

Bisa dibilang dia pelatih termuda di Grup ini. Usianya masih 36 tahun. Piala AFF bukan hal asing bagi Honda. Edisi sebelumnya, dia sudah mendampingi Kamboja. Namun, posisinya bukan sebagai pelatih, melainkan manajer tim.

Waktu itu, Honda juga belum pensiun sebagai pemain karena dia masih tercatat sebagai penyerang di klub Lithuania, FK Suduva. Kini, kemungkinan besar dia jadi pelatih utama di Kamboja karena pelatih sebelumnya, Felix Dalmas, memilih mundur.

Dari segi kepelatihan, bisa dibilang Honda masih minim jam terbang. Di transfermarkt belum tercatat mulai kapan dia memimpin laga resmi Kamboja.

Sebab, modal permainan Eropa bisa saja kurang sesuai jika diterapkan di Asia Tenggara, terutama karena ada perbedaan fisik dan cara bermain di Indonesia.

5 dari 6 halaman

Thomas Dooley (Filipina)

Timnas Filipina di bawah Thomas Dooley menunjukkan perkembangan pesat terutama dengan diterapkannya Match Analysis. (Bola.com/Philstar)

 

Dia merupakan pelatih paling gaek di grup ini, usianya sudah 61 tahun. Pengalamannya tak pernah diragukan lagi. Ini jadi kali kedua Thomas melatih Filipina.

Sebelumnya dia menangani tim ini pada 2014 hingga 2018. Waktu itu, Filipina sudah diperhitungkan karena tampil dengan lumayan banyak pemain naturalisasi.

Kali ini, kondisinya diprediksi tak beda jauh. Filipina tetap jadi kuda hitam. Hanya saja Thomas masih butuh sedikit adaptasi, karena dari 3 pertandingan yang sudah dijalaninya dengan Filipina, hasilnya imbang, kalah, dan menang.

Namun, level lawan yang dihadapi tergolong berbobot, seperti Palestina, Mongolia dan Yaman.

6 dari 6 halaman

Mario Rivera (Brunei)

Pelatih yang satu ini juga baru pertama akan merasakan Piala AFF. Mario Rivera sebelumnya pernah menangani Timnas Malaysia U-21 pada 2018 silam.

Dari segi materi pemain, biasanya Brunei kalah bersaing sehingga kiprah di Piala AFF selalu terhenti di fase grup. Ini jadi kesempatan bagi Mario untuk memperbaiki catatan Brunei di Piala AFF.

Dari catatan transfermarkt, Mario sudah tiga kali memimpin Sampdoria. Dua di antaranya berhasil dimenangkan, sedangkan satu laga berakhir dengan kekalahan.

Tiga laga itu melawan tim Asia lain. Seperti Maladewa, Timor Leste dan Laos. Artinya, sudah ada hal positif dari Brunei.

Jadi, setidaknya tim ini tidak ingin jadi pelengkap di Grup A Piala AFF 2022. Hanya saja, Mario sendiri juga belum pernah memiliki prestasi sepanjang kariernya sebagai pelatih.

Menariknya, pelatih berusia 45 tahun ini pernah menjabat sebagai video analist di beberapa klub, termasuk Atletico Madrid C pada 2011. Artinya, dia punya kelebihan dalam menganalisa tim lawan.