Kisah Perjuangan Hidup Achraf Hakimi: Hijrah Tinggalkan Maroko, Bawa Tetesan Keringat Orang Tua ke Piala Dunia

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 13 Des 2022, 08:30 WIB
Maroko sukses mengambil alih keunggulan di babak kedua, tepatnya pada menit ke-70. Achraf Hakimi yang ditunjuk sebagai eksekutor tendangan bebas sukses menyarangkan bola ke gawang Malawi yang dijaga Charles Thom. Skor berubah menjadi 2-1 dan bertahan hingga laga usai. (AFP/Kenzo Tribouillard)

Bola.com, Jakarta - Achraf Hakimi bahu membahu bersama rekan setimnya, membawa Maroko mencetak sejarah lolos ke semifinal Piala Dunia 2022.

Dalam setiap momen usai pertandingan, bek PSG itu langsung berlari ke tribune menuju ibunya. Sang ibu telah berjuang mengantarkan Hakimi mencapai puncak karier di Eropa.

Advertisement

 

Sebelum Hakimi lahir, kedua orang tuanya, Hasan dan Saida pindah dari Afrika untuk mencari kehidupan yang lebih baik.

Ibunya bekerja sebagai pembersih rumah, sedangkan ayahnya berjualan buah di jalan. Hakimi tak malu mengakui kehidupan masa lalunya yang penuh perjuangan

"Ibu saya adalah seorang pembersih rumah, dan ayah saya adalah seorang pedagang kaki lima. Kami berasal dari keluarga berpenghasilan rendah yang berjuang untuk memenuhi kebutuhan," kata Achraf Hakimi kepada Bundesliga.com pada tahun 2020, seperti dikutip The Sun.

2 dari 6 halaman

Keluarga Imigran

Bek Timnas Maroko, Achraf Hakimi, memeluk ibunya setelah timnya menggilas Belgia 2-0 pada matchday kedua fase Grup E Piala Dunia 2022 di Al Thumama Stadium, Minggu (27/11/2022). (AP/Christope Ena)

Perjuangan masa kecil yang begitu keras, membuat Achraf Hakimi tak melupakan setiap tetes keringat orang tuanya.

Maka, ia selalu menyertakan orang tua dalam setiap momen. Piala Dunia 2022 adalah saat yang tepat untuk menunjukkan bakti kepada orang tua.

"Hari ini, saya berjuang untuk mereka setiap hari. Mereka menyerahkan hidup untuk saya. Mereka mengambil banyak hal dari saudara laki-laki saya agar saya berhasil," kata Hakimi.

Orang tua Hakimi pindah dari desa kecil Maroko dekat Casablanca ke Getafe, untuk membangun kehidupan yang lebih bai.

"Mereka datang dari daerah di mana hampir tidak ada pekerjaan. Mereka harus berjuang sangat keras. Saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan orang tua saya," katanya.

3 dari 6 halaman

Jalan Berawal dari Madrid

Bek Real Madrid, Achraf Hakimi melakukan selebrasi usai mencetak gol ke gawang Sevilla, pada laga lanjutan La Liga 2017-2018, di Stadion Santiago Bernabeu, Minggu (10/12/2017) dini hari WIB. (AFP/Pierre-Philippe Marcou)

Sebagai seorang anak, Hakimi tidak bisa duduk diam saat mencapai kesuksesan. Sang ibu, selalu ada dalam setiap langkahnya.

"Ketika saya masih muda, ibu saya mencoba memasukkan saya ke judo atau berenang, saya mengatakan kepadanya bahwa itu harus sepak bola," katanya.

Hakimi yang gemar bersepak bola sejak bocah, bermain untuk tim lokal CD Colonia Ofigevi, sebelum Real Madrid menawarinya uji coba ketika dia baru berusia tujuh tahun. 

Dia bahkan tak percaya ada tawaran itu karena dikirimkan lewat surat.

"Sejujurnya saya mengira itu bohong dan ayah saya menarik kaki saya," kata Hakimi.

Diadu dengan pemain terbaik negara di kelompok usianya, Hakimi tidak gentar. Dia unggul dalam sesi latihan, dan Los Blancos segera memberinya tempat di akademi.

4 dari 6 halaman

Melawan Ketidakadilan

Achraf Hakimi. Ia cuma semusim memperkuat Real Madrid pada 2017/2018. Dua musim berikutnya ia dipinjamkan ke Dortmund hingga 2019/2020 dan sempat 2 kali menghadapi Lionel Meessi di Liga Champions. Mulai musim ini berseragam PSG usai ditarik dari Inter. (Foto: AFP/Geoffroy van der Hasselt)

 

Pada 2016, Hakimi terkena larangan FIFA menyusul penyelidikan apakah Real Madrid secara ilegal merekrut pemain di bawah umur dari luar negeri.

Padahal, Hakimi lahir di Madrid dan memegang paspor Spanyol.

"Ini adalah kesalahan yang tidak pernah benar-benar dijelaskan sepenuhnya. Dia tidak menduganya dan tidak mengerti apa yang telah terjadi," kenang Nabil, saudara laki-laki Hakimi.

"Mereka mengadakan pertandingan di dekat Bilbao dan ketika mereka sampai di sana, mereka mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa bermain."

 

Real Madrid dan keluarganya memberikan semua surat-surat yang diperlukan yang menunjukkan bahwa dia lahir di sebuah rumah sakit di Madrid, belajar di Madrid, dan menghabiskan seluruh hidupnya di Spanyol.

5 dari 6 halaman

Terima Kasih, Zidane..

Maroko. Maroko menjadi negara Afrika terbaru alias keempat yang mampu lolos ke perempatfinal di Piala Dunia edisi terbaru pada 2022 di Qatar. Achraf Hakimi dkk bahkan bisa menjadi wakil Afrika pertama yang mampu lolos hingga semifinal bahkan menjadi juara jika mampu memenangi laga perempatfinal melawan Portugal. Pada fase grup, Maroko berhasil memuncaki Grup F di atas Kroasia dan mampu membuat Belgia angkat koper lebih awal. Pada fase knock-out, Spanyol menjadi korban keganasan Maroko di babak 16 besar dengan kemenangan 3-0 (0-0) lewat adu penalti. (AFP/Javier Soriano)

Hakimi menjalani debutnya di Real Madrid melawan Espanyol ketika masalah birokrasi itu diselesaikan.

Itu adalah usaha keras Real Madrid dan kemudian Zinedine Zidane yang memberinya kesempatan.

"Saya berterima kasih padanya atas keyakinannya pada saya dan cara dia memperlakukan saya," ungkap Hakimi.

"Saya akan selalu berterima kasih padanya."

 

Sumber: The Sun

 

6 dari 6 halaman

Berita Terkait