Bola.com, Jakarta - Pratama Arhan bakal kembali menjadi andalan di sisi kiri pertahanan Timnas Indonesia di Piala AFF 2022. Walaupun belum diumumkan secara resmi, namanya masuk dalam daftar pemain yang tengah menjalani pemusatan latihan Tim Garuda di Bali.
Pelatih Shin Tae-yong terlihat sangat terpikat dengan permainan Pratama Arhan. Ia telah memercayakan sektor kiri pertahanan kepada Arhan sejak masih membela Timnas Indonesia U-19 pada 2020 lalu.
Tak mengejutkan bila pemain asal Blora itu menjadi pemain yang paling banyak mendapatkan caps di era pelatih yang akrab disapa STY tersebut. Bersama Rachmat Irianto, mereka telah mengumpulkan 21 penampilan di Timnas Indonesia senior.
Keberhasilan Arhan mendapatkan tempat utama tentu tidak mudah. Kepergiannya ke klub kasta kedua Jepang, Tokyo Verdy, membuktikan pemain yang masih berusia 20 tahun itu merupakan sosok yang tidak pernah lelah untuk belajar.
Tekad Arhan untuk sukses di lapangan hijau, mengingatkan adanya sosok yang lebih senior yang mengawal sisi kiri pertahanan Timnas Indonesia. Deretan pemain legendaris ini melalui tempaan keras untuk menjadikannya pemain yang disegani. Siapa saja mereka?
Aji Santoso
Aji Santoso, yang kini lebih dikenal sebagai pelatih Persebaya Surabaya ini, merupakan bek kiri kebanggaan Indonesia saat masih aktif bermain. Ia merupakan bek kiri terakhir Timnas Indonesia yang mengecap manis di SEA Games 1991.
Walaupun tak memiliki postur ideal, pria asal Malang ini begitu sulit untuk dikalahkan. Mentalitas pemenang sudah mengakar dalam dirinya. Masa kecilnya yang keras membantunya melewati semua rintangan untuk menjadi pesepakbola profesional.
Tak hanya itu, Aji juga dikenal dengan permainannya yang sporadis. Julukan Si Kancil disematkan kepadanya merujuk gaya permainnnya yang lincah, ngotot, dan memiliki umpan serta tendangan yang akurat.
Ortizan Solossa
Nama selanjutnya yang berada dalam daftar ini adalah pemain asal Papua, Ortizan Solossa. Kakak kandung Boaz Solossa ini merupakan satu di antara bek kiri terbaik yang dimiliki Indonesia dalam dua dekade terakhir.
Pria yang dijuluki Roberto Carlos-nya Indonesia ini memang jadi satu di antara pemain yang tidak terlupakan di Timnas Indonesia. Daya jelajah tinggi, ditunjang kecepatan dan tendangan keras, membuatnya jadi sosok mematikan di sektor bek kiri.
Pria yang kini menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) ini mengenyam segalanya di level klub dengan meraih tiga trofi Liga Indonesia. Namun, Ortizan gagal mempersembahkan gelar untuk Indonesia lantaran takluk dari Singapura di Final Piala AFF 2004.
M. Nasuha
Timnas Indonesia pernah memiliki bek kiri modern dalam diri M. Nasuha. Pemain serbabisa ini merupakan kepingan terakhir dalam skema permainan mendiang Alfred Riedl di Piala AFF 2010.
Kombinasinya dengan nama-nama debutan macam Okto Maniani dan Irfan Bachdim di sektor sayap mampu memukau banyak pihak. Sayangnya, Timnas Indonesia kembali gagal juara setelah takluk dari Malaysia dalam pertandingan penuh kontroversi.
Apesnya lagi, ia mengalami cedera lutut parah pada 2011 setelah direkrut Persib Bandung. Setelah bergulat dengan cederanya selama beberapa tahun, ia akhirnya memutuskan pensiun dini pada 2015, di mana saat itu usianya baru 31 tahun. Kini ia meneruskan karier sebagai asisten pelatih RANS Nusantara FC.
Baca Juga
Erick Thohir soal Kemungkinan Emil Audero Dinaturalisasi untuk Timnas Indonesia: Jika Dia Percaya Proyek Ini, Kita Bisa Bicara Lebih Lanjut
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?
Foto: Penampilan Heroik Calvin Verdonk saat Membawa Timnas Indonesia Pecundangi Arab Saudi, Satu Indonesia Bangga