Bola.com, Jakarta - PSSI secara resmi telah memutuskan untuk menghapus degradasi di BRI Liga 1 2022/2023. Dengan begitu, tidak akan ada tim dari kasta kedua yang promosi musim depan.
Ya, selain meniadakan degradasi, PSSI juga menghentikan Liga 2 2022/2023 yang telah berjalan sebanyak tujuh pertandingan. Musim depan, komposisi klub yang berlaga akan sama seperti saat ini.
Kebijakan untuk meniadakan degradasi di BRI Liga 1 dan penyetopan Liga 2 buah hasil dari rapat Komite Eksekutif (Exco) PSSI di Kantor PSSI, GBK Arena, Jakarta Pusat pada Kamis (12/1/2023).
Ini bukan kali pertama Liga Indonesia meniadakan promosi dan degradasi. Ketika COVID-19 melanda dunia, Liga 1 2020 juga tanpa sistem promosi dan degradasi, walaupun pada praktiknya kompetisi dianggap void.
Ternyata, bukan cuma Liga Indonesia saja yang kompetisi sepak bolanya meniadakan sistem degradasi dan promosi. Berikut ini lima di antaranya.
Campionato Sammarinese di Calcio - San Marino
San Marino, sebuah negara di Eropa, yang sepak bolanya kerap dianggap sepele karena sepanjang sejarah baru memenangkan satu pertandingan internasional, juga punya kompetisi domestik tanpa sistem promosi dan degradasi.
Musim ini ada 15 tim yang berpartisipasi di Campionato Sammarinese di Calcio, divisi teratas Liga San Marino dan satu-satunya. Karena hanya satu divisi, maka tidak akan ada tim yang terdegradasi.
Campionato Sammarinese di Calcio berstatus amatir dan mengalami perubahan format. Sebelum 1996, liga di sini memiliki dua divisi, yakni Serie A1 dan Serie A2, sehingga ada promosi dan degradasi.
Sejak 1996 hingga musim 2019/2020, Liga San Marino memiliki dua grup, tetapi masih satu divisi. Formatnya unik, mirip turnamen Piala Dunia Mobile Legends, sehingga tim-tim terbawah masing-masing grup atau istilahnya lower-bracket masih tetap bisa menembus final lewat sejumlah fase.
Musim 2019/2020, di sisi lain, dihentikan karena pandemi COVID-19. Semusim setelahnya, era baru kompetisi domestik San Marino dimulai, di mana hanya ada satu grup berisikan 15 tim, masih tanpa promosi dan degradasi.
Philippines Football League - Filipina
Siapa sangka, Filipina baru 'tertarik' menciptakan liga yang profesional pasca-kesuksesan tim nasionalnya pada Piala AFF 2010. Kala itu mereka tidak memiliki sistem liga yang jelas, sehingga United Football League (UFL) jadi satu-satunya kompetisi antarklub di negara tersebut pada saat itu.
UFL bisa dibilang mengawali kemunculan kompetisi liga sepak bola di Filipina. UFL juga memulainya tanpa sistem promosi dan degradasi sejak 2010 hingga 2012 dengan 'mencontek' format Liga Bola Basket Filipina. Baru pada 2013 hingga 2016, seiring bertambahnya jumlah klub, format degradasi dan promosi diterapkan.
Memasuki 2017, Federasi Sepak Bola Filipina mulai berbenah dengan membentuk liga yang lebih profesional dan dinamis bernama Philippines Football League (PFL). Ya, Filipina terus berupaya memajukan sepak bola karena maklum saja, olahraga paling populer di sana adalah bola basket.
Menariknya, PFL masih tanpa sistem promosi dan degradasi sejak kemunculannya enam tahun lalu. Saat ini, hanya ada tujuh tim yang berlaga, termasuk Ceres-Negros, United City FC, dan Kaya F.C.–Iloilo.
Indian Super League - India
Didirikan pada tahun 2014, Indian Super League atau Liga Super India tidak pernah memiliki sistem promosi dandegradasi. Kompetisi ini berbasis waralaba, mirip dengan liga kriket di negara tersebut.
Musim 2021/2022, Indian Super League diikuti oleh 11 tim. Formatnya sama seperti liga-liga pada umumnya, tetapi yang membedakan adalah ada sistem play-off.
Empat tim teratas akan lolos ke play-off dan kembali dipertemukan (big four). Semifinal digelar dua leg, sementara final dipertandingan satu kali.
A-League - Australia
Sebelum menjadi A-League, Liga Australia bernama National Soccer League (NSL). Pemicunya adalah lolosnya Timnas Australia ke Piala Dunia 1974.
Sebanyak 14 tim berhasil terbentuk dan baru pada 1977, NSL resmi dibuka. Medio 1980-an jadi periode terbaik NSL, tetapi mulai menurun memasuki akhir 1990-an.
Penyebabnya, menariknya, adalah karena banyak pemain hebat Australia yang dilirik oleh liga-liga di Eropa, sehingga NSL kehilangan pamornya. Sponsor mulai resah dan menarik diri dan akhirnya 2003/2004 jadi musim terakhir NSL.
Rancangan A-League dibuat sepanjang 2004. Saat itu wacananya adalah delapan tim, masing-masing satu dari beberapa kota besar seperti dari Sydney, Melbourne, dan satu klub lainnya berasal dari Selandia Baru.
Juni 2004, ada 20 proposal dari 12 konsorsium yang berebut jatah delapan tim. Akhirnya delapan klub lolos verifikasi untuk kemudian mendapatkan label Founding Clubs.
Mereka adalah Adelaide United, the Central Coast Mariners, the Melbourne Victory, the Newcastle Jets, New Zealand Knights (mundur pada musim 2007/2008, the Perth Glory, Queensland Roar (sekarang Brisbane Roar), dan Sydney FC.
Seiring berjalannya waktu, beberapa klub 'mendaftar' untuk bergabung dengan A-League. Hingga kini, ada tambahan dari Macarthur FC, Melbourne City (awalnya Melbourne Heart), Wellington Phoenix, Gold Coast United (mundur pada 2012 dan pindah ke NPL), Northern Queensland Fury (bubar pada 2018), Western Sydney Wanderers, dan Western United.
Menariknya, jika A-League tidak ada promosi-degradasi, National Premier Leagues (NPL) Queensland justru menerapkan sistem tersebut. Hanya memang tak semua klub berstatus profesional.
Major League Soccer - Amerika Serikat
Didirikan pada tahun 1996 dan tanpa sistem promosi-degradasi sejak saat itu, Major League Soccer adalah kompetisi sepak bola papan atas Amerika Serikat. Berbasis waralaba, liga ini mendapat kritik dan pendukung yang setara. Kritik utama yang diterima liga adalah karena sistem tertutupnya.
Masalah utama sistem liga tertutup di negara-negara tersebut adalah kurangnya daya saing. Tanpa takut degradasi, tim yang ditempatkan di paruh bawah klasemen kehilangan minat menjelang paruh kedua musim, dengan hanya tim yang hampir memenangkan gelar yang masih bersaing.
Juga, jumlah tim yang lebih sedikit menyebabkan sedikit peluang bagi banyak pemain untuk berbicara. Misalnya, di Liga Super India, banyak penyerang lokal tersingkir karena kehadiran pemain asing, sehingga menimbulkan masalah dalam statistik pencetak gol tim nasional.