Curahan Hati Markus Horison Tentang Kerja Berat Penjaga Gawang: Jalan Sunyi yang Jadi Sasaran Caci Maki

oleh Radifa Arsa diperbarui 17 Jan 2023, 16:15 WIB
Luiz Suarez mengecoh kiper Indonesia Markus Horison saat pertandingan Indonesia vs Uruguay di Senayan,Jakarta(8/8/2010). Indonesia kalah 1-7. (Bola.com/Nicklas Hanoatubun)

Bola.com, Jakarta - Bagi mantan kiper Timnas Indonesia, Markus Horison, caci maki seperti sudah menjadi bagian dari makanan sehari-hari, terutama jika sebuah tim mengalami kekalahan.

Markus Horison menilai, seorang penjaga gawang memiliki peran yang sangat krusial. Sebagai benteng terakhir, posisi kiper juga menjadi yang paling sering menjadi sasaran tembak kekecewaan.

Advertisement

Setidaknya itulah yang sudah dialami oleh pelatih kiper Timnas Indonesia U-16 ini sepanjang kariernya di dunia kulit bundar, baik di level klub maupun tim nasional.

“Bagi saya, penjaga gawang itu adalah sebuah posisi yang sangat penting, sama pentingnya dengan posisi yang lain dalam tim,” kata Markus Horison dikutip dari kanal YouTube, Akurasi TV.

"Penjaga gawang adalah pemain terakhir di belakang. Pemain yang menentukan dan menjaga agar bola tidak masuk gawang,” imbuhnya.

2 dari 4 halaman

Jalan Sunyi Sarat Caci Maki

vMarkus Horison hanya bisa terpaku menyaksikan gawangnya dibobol Thailand saat semifinal Piala AFF 2008. (AFP/Pornchai Kittiwongsakul)

Pelatih berusia 41 tahun ini mengatakan, penjaga gawang bisa saja tampil impresif sepanjang pertandingan. Namun, saat ia kebobolan, terutama di menit-menit akhir, performa ciamik sepanjang laga itu seperti tak ada artinya.

Sebab, dari pengalaman kiper yang mencatat debut bersama Timnas Indonesia di Piala Asia 2007 ini, penjaga gawang akan menjadi pihak yang paling kebanjiran caci maki saat timnya mengalami kekalahan.

“Walaupun kita bermain bagus selama 89 menit, tetapi kebobolan pada satu menit terakhir, tetap saja penjaga gawang adalah posisi yang disorot dan dicaci maki,” katanya.

“Namun, hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi saya. Itulah kenapa saya menjadi penjaga gawang, karena saya suka mendapat tantangan,”  imbuh lelaki jebolan PPLP Sumatera Utara ini.

3 dari 4 halaman

Jarang Dilabeli Pahlawan

Pelukan hangat juga diberikan asisten pelatih Timnas Indonesia U-17, Markus Horison (kanan) kepada salah satu ofisial tim Palestina U-17 diikuti pemain Timnas Indonesia U-17 dibelakangnya menyalami satu persatu. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Kiper andalan skuad Garuda di Piala AFF 2010 ini menyebut, sorot mata kamera juga biasanya tak pernah mengarah ke penjaga gawang jika sebuah tim meraih kemenangan.

Biasanya, seorang pemain yang berhasil mencetak gol yang kerap kali diagung-agungkan. Satu-satunya kesempatan bagi kiper untuk melambungkan namanya sebagai pahlawan ialah ketika tampil menawan di adu penalti. 

“Karena penjaga gawang itu banyak yang dicaci maki dan segala macam. Beda dengan striker yang bisa jadi pahlawan karena mencetak gol,” ujarnya.

“Kalau penjaga gawang kan tidak bisa menjadi pahlawan, kecuali kalau bisa tampil bagus dalam babak adu penalti,” tambah mantan pemain PSMS Medan ini.

 

4 dari 4 halaman

Ditakdirkan untuk Disalahkan

Tim PSSI All Star di antaranya diperkuat oleh mantan kiper Timnas Indonesia, Markus Horison dan Yeyen Tumena. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Markus juga mengakui, jalan takdir sepertinya memang sudah menggariskan sosok penjaga gawang sebagai pihak yang paling patut untuk disalahkan jika tim menelan kekalahan.

Namun, bagi kiper yang sukses mengantarkan PSMS Medan meraih runner-up Liga Indonesia 2007/2008 ini, hal itulah yang sebetulnya justru menjadi tantangan tersendiri bagi seorang kiper. Se 

“Penjaga gawang ini seperti sudah ditakdirkan untuk disalahkan kalau tim meraih kekalahan. Yang disalahkan tentu penjaga gawang, bukan striker,” katanya.

 

Sumber: YouTube Akurasi TV