Saat berhadapan dengan Arsenal, di ruang ganti, membahas aspek sepak bola jarang sekali terjadi -- mantan gelandang MU, Paul Scholes.
Bola.com, Jakarta - Ucapan Paul Scholes menunjukkan betapa rivalitas Manchester United (MU) dan Arsenal sudah sangat mengakar. Dua tim Liga Inggris ini saling bersaing untuk waktu yang lama. Musim ini, tampaknya persaingan mereka kembali mekar.
MU dan Arsenal merupakan dua tim Premier League dengan sejarah panjang, bukan cuma di Inggris saja, tetapi juga di Eropa. Sebelum Chelsea dan Manchester City menjelma menjadi seperti sekarang, Setan Merah dan Meriam London sering menyisakan tajuk utama yang menarik untuk disimak.
Manchester United mungkin adalah salah satu tim yang paling membuat saya emosi. Saya merasa benci terhadap mereka, tetapi juga cinta. Karena tanpa mereka ingatan saya tidak akan sekuat itu. -- Patrick Viera, eks gelandang Arsenal.
Patrick Viera yang kini menangani Crystal Palace tentu paham betul rivalitas yang terjadi antara Arsenal dengan MU. Pria asal Prancis ini seringkali terlibat momen panas dengan pemain The Red Devils, terutama Roy Keane. Keduanya bahkan sempat adu mulut dengan Keane di lorong ganti sebelum pertandingan dimulai yang dikenal dengan istilah tunnel moment.
Jika dulu Arsenal punya Viera, maka sekarang mereka memiliki Granit Xhaka, gelandang yang juga terkenal suka meledak-ledak di atas lapangan, terutama saat laga panas. Sementara MU yang dulu memiliki Roy Keane saat ini relatif tidak punya pemain 'galak'. Namun demikian, itu tak lantas mengurangi rivalitas di antara kedua tim.
Menariknya lagi, baik MU dan Arsenal prestasinya sama-sama cenderung merosot menyusul kepergian Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger. Musim ini, ada Erik ten Hag dan Mikel Arteta yang belum terlihat bumbu-bumbu permusuhan. Ya, Fergie dan Wenger juga punya andil di balik panasnya persaingan tim yang sama-sama berseragam merah tersebut.
Meruncing pada 1990
Ada beberapa konflik antartim yang menarik belakangan ini, tetapi tidak ada yang semenarik perang epik sembilan tahun antara Arsenal dan Manchester United dari tahun 1996 hingga 2005. Persaingan yang intens dan penuh gairah tidak ada bandingannya di dunia sepak bola pada saat kedua klub saling berebut tujuh gelar Liga Inggris dalam rentang waktu tersebut. Arsenal tiga gelar, MU enam.
Persaingan antara Arsenal dan Manchester United adalah yang terkenal di sepak bola Inggris karena kedua klub dikenal memiliki sejarah dan tradisi yang hebat. Meskipun kedua klub sering berada di divisi yang sama satu sama lain sejak 1919, persaingan panas dipicu pada tahun 1990, ketika perkelahian mengakibatkan kedua klub mengalami pengurangan poin di First Division, kompetisi sebelum adanya Premier League.
The Gunners mengalahkan MU 1-0 untuk memenangkan gelar, tetapi pertandingan tersebut lebih dikenang karena perkelahian massal terjadi di babak kedua setelah bentrokan antara Denis Irwin dan Nigel Winterburn. Dua puluh satu pemain bentrok selama 20 detik, dan secara mengejutkan hanya menghasilkan dua kartu kuning pada hari itu, walaupun FA kemudian menghukum Arsenal pengurangan dua poin dan MU satu poin.
"Saya berselisih dengan Nigel Winterburn, dan semua kacau," kenang mantan striker United Brian McClair dalam bukunya Odd Man Out: A Player's Diary.
"Dalam beberapa menit kabut merah menghilang dan saya melihat sekeliling dengan tidak percaya. Saya tidak percaya apa yang baru saja saya lakukan. Hal terburuk dari semuanya adalah menonton diri saya di televisi berperilaku sangat buruk. Saya telah sangat terdistorsi oleh kemarahan."
Sejak saat itu, persaingan keduanya terus meruncing, dari lapangan sepak bola hingga taman bermain sekolah. Di atas lapangan, muncul tuduhan rasialisme yang diklaim Ian Wright oleh Peter Schmeichel hingga pertarungan pizza. Ada juga Pertempuran Old Trafford, ketika pemain Arsenal mem-bully Nistelrooy setelah peluit akhir, hingga perseteruan Keane versus Vieira seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
Sejumlah momen yang melibatkan kedua tim juga akan terus membekas. Arsenal memenangkan gelar Liga Inggris di Old Trafford pada 2002. Ketika MU mengalahkan Arsenal 6-1 pada tahun 2001, dan juga ketika mereka mengakhiri 49 pertandingan tak terkalahkan mereka dalam pertandingan yang sangat kontroversial pada tahun 2004.
Jika Anda tidak merasakan sakit saat ditipu, kapan Anda akan merasakan sakit? - kata Sol Campbell mengenai pertandingan tersebut.
Fergie Vs Wenger
Perang antara Arsenal dan United dipandang sebagai simbol masa lalu yang indah, namun ada lebih dari itu. Bicara persaingan kedua tim tak boleh melupakan 'rivalitas' Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger. Tidak jarang, bumbu-bumbu pedas justru muncul dari dua sosok yang sangat dihormati tersebut.
"Sir Alex menyukai tantangan," kata Steve McClaren, asisten Ferguson dari tahun 1999 hingga 2001. "Dia harus memiliki seseorang untuk bertarung. Dia harus memiliki seseorang untuk dikeluhkan. Arsenal. Arsenal. Arsenal. WENGER!"
Arsenal memenangkan gelar First Division pada tahun 1991, tetapi mereka langsung disentak oleh MU yang dihidupkan kembali oleh Sir Alex Ferguson. Pelatih asal Skotlandia itu kemudian membangun dominasi baru dengan memenangi gelar Liga Inggris pada 1993, 1994 dan 1996.
Tak lama kemudian, pertarungan yang menarik antara kedua pria itu mendominasi lanskap sepak bola Inggris selama dekade berikutnya. Ketika Wenger tiba dari Jepang, Ferguson sedang berkuasa, meski pada awalnya ia tampak tidak peduli dengan orang Prancis berkacamata itu.
Pada April 1997, saat MU di ambang memenangkan gelar lagi, Wenger memanaskan situasi dengan mengatakan bahwa The Red Devils tak akan mampu meraih juara Liga Inggris. "Dia seorang pemula dan harus mempertahankan pendapatnya tentang sepak bola Jepang," balas Sir Alex Ferguson dinukil dari BBC Sport.
Namun, dalam setahun, 'anak baru' itu membuktikan dirinya bukan manajer kemarin sore dengan membawa Arsenal meraih gelar Liga Inggris dan Piala FA pada musim penuh pertamanya di sepak bola Inggris. MU sempat memimpin 12 poin selama musim itu, tetapi titik balik dalam pengejaran gelar adalah kemenangan Arsenal 1-0 di Old Trafford pada bulan Maret.
Ferguson bingung, dan dia marah pada Wenger yang dipuji sebagai guru sepak bola dengan ide-ide barunya yang inovatif untuk diet dan pelatihan pemain, karena pelatih asal Skotlandia itu dicap terus menerapkan sepak bola kuno.
"Cerdas! Mereka bilang dia orang yang cerdas, bukan? Berbicara lima bahasa. Saya kenal anak laki-laki berusia 15 tahun dari Pantai Gading yang berbicara lima bahasa," sindir Ferguson, disadur dari the Guardian.
Saling Berbalas
Kesuksesan Arsenal langsung menginspirasi The Red Devils ke musim terhebat mereka saat menjuarai Liga Inggris, Piala FA, dan Liga Champions UEFA pada 1999. Pertandingan ulang semifinal Piala FA di Villa Park pada April 1999 bisa jadi yang paling menyesakkan buat The Gunners.
Pada malam yang dramatis itu, pertandingan diselesaikan oleh Ryan Giggs yang berdansa melewati pertahanan Arsenal, yang juga memberi mereka momentum untuk memenangkan liga dengan selisih satu poin. Jika Dennis Bergkamp mencetak penalti di menit terakhir waktu normal, Arsenal kemungkinan besar akan memenangkan Piala FA sebagai ganti kegagalan meraih juara Premier League.
MU sukses mempertahankan gelar mereka pada tahun 2000, dan lagi pada tahun 2001 ketika mereka mengalahkan Arsenal 6-1 di Old Trafford, tetapi Wenger yang menghentikan mereka memenangkan kejuaraan keempat berturut-turut pada tahun 2002, yang mereka pastikan dengan kemenangan 1-0 di Old Trafford.
disadur dari BBC Sport, Ferguson yang tidak ramah mencap Arsenal buruk. Ia mengatakan, "Mereka adalah tukang tinju yang mengandalkan keganasan mereka, kami adalah tim yang lebih baik."
Wenger dengan santai menjawab, "Semua orang mengira mereka memiliki istri tercantik di rumah."
MU kemudian mendapatkan kembali gelar pada tahun 2003. Tetapi Arsenal bikin geger pada musim berikutnya dengan menjuarai Premier League tanpa kekalahan.
Mimpi Buruk Ruud van Nistelrooy
Pada musim 2003/2004 ketika Arsenal menjuarai Premier League tanpa kekalaan, MU sebetulnya nyaris memberikan kekalahan buat sang rival. Akan tetapi, kegagalan Ruud van Nistelrooy mengeksekusi penalti pada menit akhir pertandingan menyisakan banyak cerita.
Pada peluit akhir, di mana skor berakhir 0-0, bek Arsenal Martin Keown mendorong Van Nistelrooy karena gagal mencetak gol lewat titik putih. Selain itu, pemain asal Belanda itu dianggap biang keladi dikeluarkannya Patrick Vieira pada awal pertandingan.
"Ada agresi tim terhadapnya. Dia terlibat dalam insiden dengan Patrick Vieira sesaat sebelum penalti, ketika dia melakukan diving, berpura-pura cedera dan Vieira dikeluarkan dari lapangan. Kami sudah muak dengannya dan semua rasa hormat pergi."
"Permainan tidak mengarah ke mana-mana dan kemudian seperti Alamo, kemarahan membara. Kami pikir mereka mendapat tiga poin dan hanya mencapainya dengan cara yang tidak adil."
"Harus saya akui saya tak bisa mengontrol emosi, kami melompat-lompat di sekeliling Nistelrooy," kata Keown disadur dari Daily Mail.
Arsenal kemudian didenda 175ribu pounds karena gagal mengendalikan pemain mereka, tapi itu tidak cukup untuk Ferguson.
"Mereka lolos dari pembunuhan. Apa yang dilakukan para pemain Arsenal adalah yang terburuk yang pernah saya saksikan dalam olahraga."
Pizza Time!
Ada gosip yang menyebut bahwa para pemain Arsenal saat itu memiliki T-shirt bertuliskan "50 Not Out" yang sekaligus menolak fakta bahwa MU menghentikan rentetan laga tanpa kalah pada laga ke-50. Pada laga tersebut, MU menang 2-0 berkat gol yang dicetak oleh Wayne Rooney dan Nistelrooy.
"Sepanjang minggu Arsenal telah berbicara tentang betapa hebatnya mencapai 50 pertandingan tak terkalahkan di Old Trafford,” kenang Rooney dalam otobiografinya. "Kesalahan besar. Mereka berurusan dengan kami. Lima puluh pertandingan tak terkalahkan? Mustahil. Bukan di tempat kami."
Aksi berlanjut setelah pertandingan di terowongan di mana Wenger yang marah menghadapi Ferguson, dan seorang pemain Arsenal yang tidak diketahui siapa pelakunya melemparkan sepotong pizza ke manajer MU tersebut, yang mengotori seluruh jasnya.
"Mereka bilang Cesc Fabregas yang melemparkan pizza ke arah saya, tapi sampai hari ini, saya tidak tahu siapa pelakunya," tulis Ferguson dalam bukunya, My Autobiography.
Denda, memo, dan pemanggilan nama tidak boleh mengaburkan bagaimana pertandingan antara Arsenal dan United selama era ini selalu mendebarkan dan menggelegar. Ini adalah sepak bola yang terbaik.
Benci dan Cinta
MU versus Arsenal adalah pertemuan terbaik karena tidak ada batasan, semua orang berjuang dan tidak ada yang mengeluh. - kata Gary Neville kepada FourFourTwo.
"Saya sangat membenci Arsenal,” kata Roy Keane, per BBC Sport. "Saya tidak bisa memikirkan kata lain ketika saya bersiap untuk bertempur dengan Arsenal. Kebencian adalah kata yang tepat. Saya tidak ingat menyukai siapa pun di Arsenal."
Pada bulan Februari 2005, mereka bentrok di dalam terowongan Highbury yang sempit ketika kapten MU dengan penuh kenangan mengatakan kepada rekan Arsenalnya, "Sampai jumpa di luar sana." Dia melakukannya, dan Setan Merah menang 4-2.
"Saya hanya membela Gary Neville," kata Keane. "Saya menyukai pertarungan saya dengan Patrick, itulah mengapa saya memainkan permainan itu."
"Anda dinilai dari bagaimana Anda melawan pemain top, jadi saya senang melawan Vieira. Dia adalah lawan yang sangat tangguh. Dia biasa mengatakan dia bisa mendominasi saya, dan saya akan melakukan hal yang sama padanya. Kami seperti dua petinju membual tentang apa yang bisa kami lakukan."
"Dia adalah musuh favorit saya," kata Vieira kepada ITV4 tentang Keane. "Saya tidak tahu apakah itu masuk akal bagi Anda, tetapi masuk akal bagi saya, karena saya menyukai setiap aspek permainannya."
Tidak lagi berada dalam persaingan langsung pasti akan mencairkan hubungan antara Arsenal dan MU, plus manajer mereka.
Pada Agustus 2009, Wenger berbicara pada Daily Mail, "Sekarang kami memiliki hubungan yang saling menghormati, tetapi tidak selalu demikian. Itu menjadi lebih baik sejak kami berhenti bersaing dengan Manchester United di level teratas."
Dalam otobiografinya, yang diterbitkan pada tahun 2013, Ferguson menulis "sangat bersahabat" dengan Wenger dan menemukan "pusat yang lebih lembut" di dalam dirinya.
Setelah kabut perang terangkat, rasa saling menghormati muncul.
Ini bahkan meluas hingga Wenger secara mengejutkan menjual pemain terbaiknya, Robin van Persie, pada musim panas 2012 kepada MU, sebuah langkah yang akan memberikan gelar lain untuk Ferguson di musim terakhirnya sebelum pensiun.
Sumber: Berbagai sumber
Baca Juga
Maarten Paes Bawa Level Berbeda di Bawah Mistar Timnas Indonesia: Perlu Pesaing yang Lebih Kuat?
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Rapor Pemain Lokal pada Dua Laga Home Timnas Indonesia di Kualifiaksi Piala Dunia 2026: Ridho Tak Tergantikan, Marselino Jadi Pahlawan