Bola.com, Jakarta - Mantan penyerang Timnas Indonesia, Budi Sudarsono, punya karier yang terbilang gemilang di kompetisi sepak bola Tanah Air. Namun, dibalik banyak prestasi yang diraih, pria asal Kediri itu menyimpan satu kenangan yang mengecewakan.
Kenangan tersebut disampaikan Budi dalam sesi interviu di kanal YouTube Omah Bal-Balan beberapa waktu lalu. Peristiwa itu terjadi ketika dia masih membela Persija Jakarta di Liga Indonesia 2001.
Budi Sudarsono turut membantu Persija menjuarai kompetisi yang ketika itu bernama Liga Bank Mandiri. Lantas, di mana kenangan menyebalkannya?
Ternyata, pada partai final melawan PSM Makassar di Stadion Senayan, Jakarta, 7 Oktober 2001, Budi Sudarsono tidak dimainkan. Pelatih Persija Jakarta kala itu, Sofyan Hadi, memasang Bambang Pamungkas dan Gendut Doni sebagai penyerang utama.
Sangat Kecewa
Penggantinya, dipilih Widodo Cahyono Putro. Padahal waktu itu, Budi merupakan pemain tersubur Persija, dan berpeluang menjadi top skorer liga. Budi Sudarsono sudah mengoleksi 19 gol, terpaut tiga gol dari Bako Sadissau yang berada di posisi teratas daftar pencetak gol terbanyak.
"Waktu itu saya ada di sana. Tetapi tidak main. Sangat-sangat kecewa, karena masih ada kesempatan untuk menjadi top skorer," ujar Budi
"Namun tidak dapat kesempatan main di final. Waktu itu ada pergantian pelatih dari Andi Lala ke Sofyan Hadi, dan saya tidak terlalu dekat dengan pelatih baru. Saya merasa selebrasi juara seperti sayur tanpa garam," keluhnya.
Rayakan Gelar Juara dengan Dongkol
Jadi, Budi merayakan gelar juara Liga Indonesia 2001 dengan rasa dongkol di dalam hati. Padahal, partai final yang disaksikan 60 ribu penonton itu berlangsung seru. Persija menang tipis dengan skor 3-2.
Ketiga gol Tim Macan Kemayoran disarangkan Imran Nahumarury pada menit ke-3, dan Bambang Pamungkas menit ke-42 serta 47'. Adapun dua gol PSM tercipta atas nama Miro Baldo Bento (65') dan Kurniawan Dwi Yulianto (80').
Budi Sudarsono merasa punya kans mencetak gol jika dapat kesempatan bermain dalam duel kontra PSM. "Tetapi setelah itu saya tetap bertahan di Persija musim selanjutnya," sambung dia.
Selalu Cocok dengan Semua Tandem
Pada awal musim bersama Persija, Budi sebenarnya jadi opsi terakhir di lini depan. Saat itu, Persija Jakarta sudah memiliki nama-nama besar, mulai dari Bambang Pamungka, Gendut Doni, dan Widodo Cahyono Putro
Adapun Budi Sudarsono baru berusia 21 tahun. Namun dalam kompetisi, justru dia paling menonjol dengan torehan 19 gol. Koleksi itu membuatnya berstatus runner-up top skorer Liga Indonesia 2001.
Setelah itu, Budi sempat berpindah-pindah klub. Dia sempat bertandem dengan banyak penyerang. Seperti Cristian Gonzales, Keith Kayamba Gumbs dan beberapa nama lainnya.
Kelebihannya, Budi selalu bisa bertandem dengan siapapun. Meskipun dia sempat dilabeli sebagai penyerang egois, karena sering melakukan aksi individu.
"Saya tidak pernah masalah bekerjasama dengan siapapun. Kalau striker egois, itu wajar. Karena hal itu harus dimiliki penyerang saat punya peluang didepan gawang," jelasnya.
Baca Juga