Bola.com, Jakarta - Liverpool belum juga beranjak dari posisi kesembilan klasemen sementara Liga Inggris 2022/2023. Hingga pekan ke-20 atau nyaris sebulan setelah tahun 2023 bergulir, The Reds baru mampu mengemas 29 poin.
Kesialan demi kesialan belum mau menyingkir dari skuad besutan Jurgen Klopp. Pada laga terakhir melawan Chelsea beberapa waktu lalu, Mohamed Salah dkk hanya mampu bermain imbang tanpa gol di Anfield.
Tak bermaksud meremehkan, Liverpool harus melupakan gelar juara musim ini. Finis di empat besar juga sepertinya berat, mengingat persaingan menembus Liga Champions musim depan semakin ketat.
Masuknya sederet amunisi anyar macam Darwin Nunez, Diogo Jota, serta Cody Gakpo, belum mampu mendongkrak performa raksasa Merseyside. Absennya Roberto Firmino bisa jadi satu di antara penyebab loyonya Si Merah musim ini.
Masih Butuh
Keberadaan wajah-wajah baru di lini serang belum maksimal. Ketiadaan Roberto Firmino masih nihil solusi. Padahal, dalam beberapa musim, sejak kedatanganya dari Hoffenheim pada 2015, pemilik paspor Brasil itu selalu jadi andalan dan nyaris tak tergantikan.
Pemain bernomor punggung 9 ini menjadi pelaku sejarah dalam kesuksesan Liverpool memenangkan segepok trofi. Firmino memberi piala Liga Inggris 2019/2020, serta Liga Champions, semusim sebelumnya.
Terkait jersey nomor 9, Liverpool tak sembarangan memberinya. Hanya pemain yang dianggap mumpuni layak mengenakannya.
Sejarah mencatat, selain Firmino, sederet pemain lain juga pernah mengenakannya. Hanya saja, tak semua berakhir dengan banjir trofi.
Ada juga yang gatot alias gagal total. Nah, beberapa nama ada di bawah ini. Satu catatan, ada si nomor 9 Liverpool yang sempat santer digosipkan bakal menangani Persija Jakarta di panggung Liga 1 2020/2021.
Djibril Cisse
Jangkung, sangar, dan tak banyak bicara, Cisse merupakan monster yang mengerika di eranya. Tajam mematikan, Cisse meninggalkan jejak mengagumkan selama memperkuat Liverpool dari 2004 sampai 2007.
Berbekal 24 gol dalam 82 laga, plus menghasilkan dua trofi bergengsi yakni Liga Champions 2004/2005 dan Piala FA 2005/2006, sudah menjadi bukti. Artinya, Liverpool tak sia-sia memboyongnya dari klub kurang beken Prancis, Auxerre.
Bila saja Cisse tak mengalami dua kali patah kaki, kariernya di Anfield mungkin lebih dahsyat.
Nicolas Anelka
Nama Anelka boleh-boleh saja berkibar di Arsenal dan Chelsea. Namun, di Liverpool, dia bukanlah sosok yang membanggakan untuk dikenang.
Pada 2000, Paris Saint-Germain (PSG), menebusnya dari Real Madrid. Namun, selama setengah musim, Anelka dirental ke Liverpool.
Sang avonturir tampil sip selama berkostum The Reds. Bayangkan, dari total bermain di semua kompetisi, Anelka mampu mengemas lima gol dan satu asis.
Hanya saja, pelatih Liverpool ketika itu, Gerard Houllier, memilih tak memperpanjang masa peminjamannya. Sesuatu hal yang sangat disesalkan legenda Liverpool, Emile Heskey.
"Harusnya kami bisa menahannya lebih lama di Liverpool," kata Heskey.
Ian Rush
Identik dengan Liverpool, Rush adalah pencetak gol terbanyak dalam sejarah The Reds. Cinta Rush di Anfield terjalin dalam periode, 1980–1987 dan 1988–1996.
Sebelum era Premier League, Rush merupakan hantu bagi pemain bertahan lawan. Tombak yang kini berusia 61 tahun itu jadi aktor utama di balik kedigdayaan Liverpool di kompetisi domestik maupun zona Eropa.
Roberto Firmino
Seperti sudah disinggung di atas, Firmino kelak akan dikenang sebagai legenda Liverpool yang kelas wahid. Meski berada di bawah bayang-bayang Salah dan Sadio Mane, Firmino tetaplah pribadi yang sangat dihormati oleh fans.
Saat ini dia tak lagi jadi starter lantaran masalah kebugaran. Firmino mendapat apresiasi tinggi di balik kesangaran The Reds dalam beberapa musim terakhir.
Fernando Torres
Empat tahun pengabdiannya, dari 2007 hingga 2011, Torres tak mampu mempersembahkan satu trofi pun bagi Liverpool. Dia memang striker yang sangat mematikan.
Pada musim pertama, Torres mampu mengepul 33 gol. Total, selama empat tahun, Torres mengemas 81 gol dalam 142 laga.
Kondisi itu menjadi catatan tersendiri. Apalagi Liverpool sudah menghabiskan dana 34,2 juta pounds atau setara Rp 656,5 miliar, untuk memboyongnya dari Atletico Madrid. Setelah pergi dari Merseyside, pemain asal Spanyol tersebut justru meraih sejumlah trofi bersama Chelsea.
Robbie Fowler
Sampai kapan pun, fans tak akan pernah menanggalkan Fowler dari hati mereka. Selama bertahun-tahun, lintas generasi, nama Fowler terpatri abadi.
Fowler adalah nyawa Liverpool, dari 1993 sampai 2001. Dia juga pernah memperkuat The Reds dari 2006 sampai 2007. Akan tetapi, masa-masa kejayaannya tersaji di periode pertama.
Pada periode kemakmuran tersebut, Liverpool sukses memenangkan sederet trofi. Beberapa di antaranya Piala FA, Piala Liga Inggris, Piala UEFA, Piala Super Eropa, serta runner-up Liga Champions 2006/2007.
Satu yang sempat menghebohkan, Robbie Fowler mencuat di Indonesia pada mediao akhir Agustus 2020. Kala itu, Fowler masuk menjadi nomine pelatih Persija Jakarta.
Sumber: Planetfootball
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda