Bola.com, Pamekasan - Kabar mengejutkan datang dari pemain muda Madura United, Ronaldo Kwateh. Pemain kelahiran Yogyakarta itu rupanya mendapat perhatian dari klub kasta kedua Liga Turki, Bodrumspor.
Direktur Utama Madura United, Annisa Zhafarina Qosasi tak mengelak saat ditanya perihal rumor tersebut. Namun, untuk saat ini, ia memilih diam lantaran belum ada kesepakatan apapun yang dibuat untuk Ronaldo Kwateh.
"Tunggu rilis resmi dari klub saja. Tetapi memang ada ketertarikan dari klub Turki untuk Ronaldo. Kami memang sedang bernegosiasi dengan klub Turki, agar masa depannya terjamin," ungkapnya saat dihubungi Bola.com beberapa waktu lalu.
Jika transfer itu benar terjadi, tentu ini hal yang sangat menggembirakan bagi pecinta sepak bola Tanah Air. Sebelumnya, Marselino Ferdinan juga sudah terbang ke Eropa untuk menjalani trial bersama klub kasta ketiga Belgia, KAA Gent.
Lantas, apa yang membuat Ronaldo Kwateh, anak kandung legenda PSIS Semarang Roberto Kwateh ini spesial dan layak bermain di mancanegara? Berikut ulasan selengkapnya.
Sempat Jadi Debutan Termuda Liga 1
Ronaldo Kwateh telah mencuri perhatian sejak usia dini. Penampilannya di SSB Real Madrid Yogyakarta menarik pemandu bakat akademi Persib Bandung yang tengah menyiapkan tim untuk Elite Pro Academy (EPA) U-16.
Penampilannya sepanjang musim itu pun langsung membuatnya dipanggil Timnas Indonesia U-16. Madura United yang sudah memperhatikannya tak ragu menariknya di awal musim 2021.
Rahmad Darmawan yang menjabat sebagai pelatih kepala waktu itu tak ragu memberikan kesempatan tampil di tim senior. Ia diturunkan sejak menit pertama pada partai pembuka kontra Persikabo 1973 di musim lalu.
Debutnya di kasta tertinggi sepak bola Indonesia sekaligus memecahkan rekor pemain termuda yang tampil di Liga 1, dengan usia 16 tahun, 10 bulan dan 15 hari.
Sayangnya, rekor itu hanya bertahan 25 hari setelah pemain muda Persija Jakarta, Dony Pamungkas, memecahkannya.
Kerap Dapat Kritik di Timnas Indonesia
Walau memiliki bakat yang terbilang luar biasa untuk pemain seumurannya, Ronaldo Kwateh kerap kali menjadi sasaran kritik suporter Timnas Indonesia. Sebuah hal yang wajar mengingat ia kerap kali gagal tampil dalam performa terbaiknya.
Dengan kondisi yang tak maksimal, ia sering kali menjadi kartu mati permainan skuad Garuda Muda. Alih-alih bermain atraktif, ia lebih sering kehilangan bola yang membuat penguasaan permainan Indonesia lepas.
Namun, cacian itu tidak membuatnya terpuruk, perlahan ia mulai bangkit. Kepulangannya ke Madura United setelah menjalani Piala AFC U-20 2023 dan Kualifikasi Piala Asia U-20 2023 menjadi sebuah titik balik.
Peran Besar Fabio Lefundes
Setelah mendapatkan debut profesional musim lalu, penampilan pemain berusia 18 tahun ini terbilang angin-anginan. Namun, penampilan pada sistem bubble membuat banyak pihak pangling.
Pemain berdarah Liberia ini mampu menampilkan permainan yang matang bersama Madura United. Menghadapi dua tim papan atas yakni Bali United dan PSM Makassar, ia sanggup mencetak satu gol dan satu assist.
Ia tak memungkiri bila performa luar biasanya itu tak lepas dari andil pelatih Fabio Lefundes. Dengan waktu efektif hanya tiga hari sebelum melanjutkan kompetisi, pelatih asal Brasil berhasil meningkatkan performa dan fisik pemain secara perlahan.
"Setelah kembali dari timnas, saya dapat latihan bagus. Beliau bikin program yang buat saya lebih bugar. Kesempatan yang diberikan merupakan motivasi untuk kerja lebih keras. Semoga bisa semakin berkontribusi untuk tim," ungkap Ronaldo Kwateh kala itu.
Cara Pintar Bangkitkan Ronaldo Kwateh
Fabio Lefundes rupanya punya cara pintar untuk meningkatkan permainan sang pemain. Sejak kehadirannya di pertengahan putaran pertama musim lalu, Ronaldo Kwateh menjadi jarang dimainkan olehnya.
Namun, itu bukan berarti pelatih berusia 50 tahun itu tidak menganggap bakat Ronaldo Kwateh. Ia justru melindunginya dari serangan kritik agar mentalnya terus berkembang yang di kemudian hari terbukti menguntungkan Madura United.
"Musim lalu Ronaldo bisa bermain, tetapi kami tidak bisa menang. Saya mainkan Ronaldo untuk jadi solusi, tetapi dia tidak mampu menyelesaikannya. Jadi sekarang ini, timing dia yang pas untuk bermain. Jadi harus mengerti timing yang pas untuk itu," ujarnya.