Penjelasan Detail Wakil Presiden Persija Mengapa Shin Tae-yong Tak Perlu TC Panjang untuk Timnas Indonesia

oleh Ana Dewi diperbarui 09 Feb 2023, 12:00 WIB
Wakil Presiden Persija jakarta, Ganesha Putera. (Media Persija).

Bola.com, Jakarta - Wakil Presiden Persija Jakarta, Ganesha Putera memberikan pendapat perihal program pemusatan latihan Timnas Indonesia U-20 yang disusun oleh pelatih Shin Tae-yong. Opini tersebut disampaikan dalam live Instagram bersama Bola.com pada Rabu (8/2/2023) malam.

Ganesha Putera mengatakan, mindset antara tim sepak bola junior dan senior tidak bisa disamakan. Sebab, menurutnya konsep dari dua hal tersebut sangatlah berbeda.

Advertisement

Sehingga tak perlu melakukan pemusatan latihan jangka panjang untuk Timnas kelompok usia. Toh, pada akhirnya Timnas level junior ini akan bubar nantinya.

"Kalau di sepak bola senior dalam hal ini konteks adalah klub profesional dan Timnas Indonesia senior itu konsep mencari prestasi, semua kompetitif untuk mencari prestasi," ujar Ganesha Putera.

"Sedangkan untuk junior hakekat pembinaan sepak bola usia muda bukan mencari prestasi tapi bagaimana bisa mencetak pemain untuk dipromosikan ke level senior. Jadi biarkanlah pemain muda digembleng di klub dengan berkompetisi, tidak usah lama-lama di TC," lanjutnya.

2 dari 5 halaman

Sudah Diatur FIFA

Pemain Timnas Indonesia U-20 melakukan briefing sebelum latihan terbuka untuk Piala Asia U-20 2023 di Lapangan C, Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Rabu (08/02/2023). Ajang ini akan berlangsung pada 1 Maret 2023 mendatang. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Kendati demikian, kata Ganesha, pada dasarnya secara legal FIFA selaku induk organisasi sepak bola dunia sudah memiliki aturan atau biasa disebut FIFA Regulations on the Status and Transfer of Players. Di mana sudah ada aturan jika wajib hukumnya pemain bergabung ke timnas.

Sebaliknya, ada juga saat pemain tidak wajib gabung timnas atau bahkan si pemain benar-benar menjadi milik klub. Itu dikenal dengan sebutan FIFA Matchday.

"Ini bukan subjektifitas atau mengada-ada tapi itu memang satu regulasi yang sebetulnya dibuat sangat baik untuk menciptakan ekosistem yang baik di sepak bola suatu negara karena adanya pembagian tugas antara Timnas dan klub," jelasnya.

"Sehingga Timnas tidak menjalankan operasi seperti klub dan klub juga tidak menjalankan operasi yang tidak mendukung," tandas Ganesha.

3 dari 5 halaman

Tim Adalah Alat

Pemain Persija Jakarta, Muhammad Ferarri, menyundul bola saat melawan Persikabo 1973 pada laga pekan keempat BRI Liga 1 2022/2023 di Stadion Pakansari, Kabupaten Bogor, Minggu (14/8/2022). (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Dalam pembinaan pemain, hal penting yang dilakukan bukanlah membangun tim yang kuat. Tetapi bagaimana caranya membentuk individu pemain tangguh. Sedangkan tim, lanjut Ganesha, adalah sebuah alat.

"Saya pikir kita akan kembali ke mindset dulu, kalau mindset Timnas junior untuk mencari prestasi artinya Timnas junior adalah tujuan bukan alat," ucap Ganesha.

"Tentu saja diakui semacam apapun akan sulit kita satu frekuensi karena hakekatnya adalah pembinaan usia muda itu untuk mempromosikan pemain ke level yang lebih tinggi. Bukan untuk membentuk tim dan cetak prestasi hari ini," sambungnya.

4 dari 5 halaman

Contoh Negara Maju

Kombinasi pemain muda seperti Pedri (kiri) dan Gavi (kanan) bersama timnas Spanyol serta Jamal Musiala (tengah) bersama Jerman belum mampu memberikan dampak positif bagi kedua tim di babak pertama. (AP Photo/Ricardo Mazalan)

Ganesha lantas memberi contoh bagaimana praktik yang diberlakukan di salah satu negara maju. Belgia, misalnya yang notabene negara kecil tetapi mereka bisa lama nangkring di ranking 1 FIFA dan saat ini berada di peringkat keempat dunia.

"Mereka punya direktur teknik namanya Michel Sablon ketika mau mulai membangun usia muda, yang mereka biarkan betul-betul adalah bagaimana mindset sepak bola usia muda tidak untuk mencari kemenangan di level junior," tuturnya.

"Mereka buat kebijakan yang membuktikan bahwa di junior yang penting adalah development of individual ketimbang development of team. Pada EURO 2009 U-17, Belgia tidak menurunkan pemain terbaik mereka karena misal Edan Hazard, dia sudah main di kelompok usia yang lebih tua jadi dia tidak perlu main lagi di usia dibawahnya karena itu penurunan level," tambah Ganesha.

5 dari 5 halaman

Tak Turunkan Pemain Terbaik

Logo Piala Dunia U-20 2023 Indonesia. (PSSI)

Nah, kembali ke konteks Piala Dunia U-20, Ganesha sejatinya sangat memahami kalau turnamen tersebut adalah Piala Dunia. Namun, perlu diingat bahwa ada embel-embel U-20 dibelakangnya, yang artinya ajang tersebut adalah level junior.

Ganesha Putera menuturkan, hampir semua negara yang lolos ke Piala Dunia U-20 menganggap ajang tersebut sebagai alat, bukan tujuan. Sehingga tak heran kalau ada peserta Piala Dunia U-20 yang tidak lolos ke Indonesia. Salah satunya Argentina.

"Karena salah satunya mereka tidak menurunkan pemain terbaik misal Alejandro Garnacho itu sudah main di tim utama Manchester United sehingga tidak gabung Timnas U-20. Buat mereka nggak masalah karena nanti Garnacho main untuk MU dan jadi masa depan Timnas Argentina," katanya.

"Negara rank 15 besar dunia banyak yang enggak ada di Piala Dunia U-20, Argentina, Belgia, Belanda, Kroasia, Portugal, dan Jerman. Mereka menjadikan event Piala Dunia U-20 sebagai anak tangga menuju puncak Timnas senior. Ini supaya kita punya talenta lebih bagus di Timnas senior sehingga tim utama dan senior punya prestasi yang lebih tinggi," pungkasnya.