Bola.com, Jakarta - Kekecewaan Pelatih PSM Makassar, Bernardo Tavares, berlipat ganda. Selain mempertanyakan program training center (TC) jangka panjang yang disusun Shin Tae-yong untuk Timnas Indonesia U-20, Bernardo juga merasa dianaktirikan oleh PSSI. Kok bisa?
"Kenapa ada aturan berbeda kepada Persib Bandung dan Persija Jakarta? Waktu pemain PSM dipanggil Timnas Indonesia U-20 kami memberikan langsung pemain kami," ucap Bernardo Tavares selepas laga antara PSM versus Barito Putera, pada Kamis (9/2/2023) malam.
"Tapi kedua tim itu bisa memilih untuk menyimpan pemain mereka," lanjut Bernardo.
Pelatih asal Portugal itu merasa Persib dan Persija seakan diistimewakan oleh federasi. Ini merujuk kepada para pemain kedua tim tersebut yang sampai sekarang belum semuanya gabung ke TC Timnas Indonesia U-20.
Sementara saat itu, ketika penggawa muda Juku Eja yakni Sulthan Zaky dan Dzaky Asraf dipanggil Timnas Indonesia U-20, manajemen PSM langsung melepas mereka. Tanpa adanya tawar menawar seperti yang dilakukan Persib dan Persija.
"Saya tidak mengerti dan ini pun pemanggilan bukan di masa FIFA Matchday," keluh pelatih berusia 42 tahun itu.
Manfaat TC Jangka Panjang?
Yang membikin Bernardo Tavares tak habis pikir yakni program TC jangka panjang yang diterapkan Shin Tae-yong. Sampai saat ini dia masih bertanya-tanya perihal program pemusatan latihan tersebut.
"Mana lebih penting? Latihan-latihan atau latihan terus pemain punya motivasi untuk pertandingan dan inilah yang penting di sini (klub)," katanya.
"Yang paling penting dalam sepak bola adalah mengembangkan pemain, dan yang mengembangkan pemain itu adalah klub, mereka akan mendapatkan kesempatan untuk bermain dan dipantau di sini," sambungnya.
Tak Pernah Diajak Berdiskusi
Parahnya lagi, kata Bernardo, sebagai pelatih dirinya tidak pernah diajak berdiskusi oleh PSSI perihal pemanggilan pemain. Fakta tersebut cukup membuatnya kecewa.
"Selama ini saya tidak ada komunikasi sedikitpun dengan tim teknis dari Timnas. Saya tidak mendapatkan apa yang pemain lakukan di sana, apa program mereka," tuturnya.
Bernardo Tavares lantas memberi contoh bagusnya komunikasi yang terjalin ketika dia menangani salah satu klub asal Finlandia.
"Waktu saya di Finlandia dan pemain saya dipanggil Timnas U-19, di sana pelatih Timnas dan tim teknis mereka memberikan kami data atau pertumbuhan pemain-pemain ini, apa program mereka dan bahkan apa yang mereka makan di Timnas dan kita bisa cek perkembangan itu," jelas Bernardo.
Jangan Latihan Melulu
Menurut Bernardo, kalau hanya latihan dengan jangka waktu yang lama tidak akan berdampak signifikan bagi perkembangan pemain. Berbeda halnya jika para pemain ini berlatih bersama klub.
"Kalau hanya latihan di timnas pemain harus diberi motivasi, kalau tinggal di klub mereka punya pertandingan kompetitif di Liga 1 dan ini yang mengembangkan mereka," terangnya.
"Tiga pemain kami di awal musim dipanggil TC jangka panjang, mereka lebih lama di Timnas ketimbang di klub, ujungnya kami tidak bisa menggunakan tiga pemain Rafly Asrul, Edgard Amping dan Ricky Pratama di awal musim,"
"Pemain akan tertinggal dari apa yang kami lakukan di klub, sekarang mereka kembali dari TC dan PSSI memanggil pemain lain. Karena apa mereka panggil pemain ini, ya karena lihat saja mereka bermain kompetitif dan sekarang tiga pemain kami itu kenapa tidak dipanggil lagi?" ujar Bernardo.
Yang pasti, pelatih kelahiran 2 Mei 1980 itu berharap ke depan komunikasi antara pelatih klub dan PSSI bisa terjalin dengan baik. Dia tidak ingin program yang dijalankan saat ini tidak membawa dampak positif bagi pemain muda.
"Karena pemain akan dapat motivasi ekstra pada saat main di laga kompetitif dan mereka akan berkembang cepat bukan cuma latihan-latihan saja," pungkasnya.