Tak Efektif, Haruskah TC Jangka Panjang Timnas Indonesia ala Shin Tae-yong Dihapus Saja?

oleh Aditya Wany diperbarui 10 Feb 2023, 21:00 WIB
Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong sedang menelpon saat latihan Timnas Indonesia menjelang laga leg pertama semifinal Piala AFF 2022 menghadapi Vietnam di Lapangan A, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Rabu (04/01/2023). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Bola.com, Surabaya - Manajer Persebaya Surabaya, Yahya Alkatiri, tampaknya mulai gerah dengan sikap pelatih Timnas Indonesia U-20, Shin Tae-yong. Pelatih yang akrab disapa STY itu masih terus mengeluhkan jumlah pemain yang tak lengkap di TC atau pemusatan latihan.

Shin Tae-yong merasa tersinggung dengan keputusan gelandang Marselino Ferdinan yang tidak pamit padanya ketika memutuskan berkarier di Eropa setelah meninggalkan Persebaya Surabaya.

Advertisement

Pemain yang akrab disapa Marsel itu telah bergabung KMSK Deinze, klub kasta kedua Belgia, dengan mendapat kontrak 1,5 tahun atau sampai musim panas 2024. Dari sinilah, STY mulai menyampaikan kekecewaan.

Sebab, nama Marselino masuk dalam 30 pemain yang dipanggil Timnas Indonesia U-20 menuju Piala Asia U-20 2023 yang akan berlangsung di Uzbekistan pada 1 Maret 2023. Mereka akan bersaing di Grup A bersama tuan rumah, Irak, dan Suriah.

Timnas Indonesia U-20 memiliki dua agenda turnamen tahun 2023, yakni Piala Asia U-20 dan Piala Dunia U-20 yang akan jadi tuan rumah. Shin Tae-yong merasa kerepotan karena TC yang digelar bulan Februari 2023 ini berjalan tanpa Marsel.

2 dari 5 halaman

Gagal Terus

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong menundukkan kepalanya saat hadir dalam sesi latihan di KLFA Stadium, Kuala Lumpur, Minggu (25/12/2022) jelang menghadapi Brunei Darussalam di Piala AFF 2022. (Bola.com/Zulfirdaus Harahap)

Yahya Alkatiri pasang badan melihat Marselino terus disalahkan. Dia menganggap program TC jangka panjang yang dilakukan Shin Tae-yong justru berpotensi menghambat pemain yang sedang berkembang di klub lewat kompetisi.

“TC jangka panjang ini harus dievaluasi total. Indonesia sudah berapa tahun TC jangka panjang, tetapi prestasi terakhir kita itu tahun 1991. Ini yang harus diperbaiki seharusnya kualitas kompetisi. Orang yang matang di TC itu, tidak akan sematang main di kompetisi,” ucapnya.

Ungkapan Yahya itu dilandasi oleh fakta bahwa Timnas Indonesia senior yang selalu gagal jadi juara. Di Piala AFF saja, skuat Garuda sudah enam kali hampir juara alias menyandang status runner-up.

Kali terakhir Timnas Indonesia senior meraih prestasi terjadi pada SEA Games 1991 atau hampir 32 tahun silam. Saat itu, TC jangka panjang memang dilakukan demi meraih emas ajang tersebut. SEA Games sendiri kini mengizinkan Timnas Indonesia U-23 yang tampil, bukan senior.

3 dari 5 halaman

Contoh Persebaya

Syahrul Trisna Fadillah. Dengan kualitas Brunei Darussalam yang masih jauh levelnya dengan beberapa negara lain di Asia Tenggara, pelatih Shin Tae-yong memiliki opsi untuk mengistirahatkan para pemain utamanya, seperti Nadeo Arga Winata di posisi kiper agar lebih fresh saat jumpa Thailand di laga berikutnya. Syahrul Trisna Fadillah, kiper milik Persikabo 1973 berusia 27 tahun ini layak dicoba untuk mengisi posisi Nadeo Arga Winata. (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Yahya mencontohkan keberhasilan Persebaya dalam regenerasi pemain lewat kompetisi internal. Sebanyak 20 klub internal bersaing menjadi juara sehingga para pemain muda terus mendapat jam terbang lewat kompetisi internal.

“Kenapa di Persebaya pemain muda bisa cepat naik? Karena pemain-pemain muda itu digembleng di kompetisi internal. Itu mungkin di klub lain tidak ada. TC jangka panjang ini harus diberantas,” ujarnya.

Resistensi sebenarnya tidak hanya datang dari Persebaya. Sebelumnya, pelatih Persija, Thomas Doll, juga menolak mengizinkan pemainnya bergabung Timnas Indonesia U-20. Hal ini pun melahirkan perseteruan.

Yahya Alkatiri juga mempertanyakan tingkat keberhasilan pemusatan latihan jangka panjang yang kerap diadakan PSSI hingga mengganggu klub-klub yang berkompetisi di Liga 1. Faktanya, belum ada satu trofi pun yang tercipta dari program tersebut.

4 dari 5 halaman

Sudah Tak Perlu Lagi?

Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (tengah) berbincang dengan wasit yang akan memimpin laga Grup A Piala AFF 2022 antara Timnas Indonesia melawan Timnas Thailand pada sesi latihan resmi yang berlangsung di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Rabu (28/12/2022). (Bola.com/Bagaskara Lazuardi)

Terbaru, Shin Tae-yong sempat mengadakan TC timnas selama hampir sebulan jelang Piala AFF 2022. Tapi bukannya piala yang didapatkan, justru Tim Garuda, julukan Indonesia, harus terhenti di babak semifinal oleh Vietnam.

TC jangka panjang sendiri tidak menjamin sebuah tim mendapat prestasi. Bahkan, cara ini juga tidak dipakai oleh timnas-timnas di Eropa. Sebab, para pemain disibukkan dengan agenda klub dan baru berkumpul di timnas saat memasuki FIFA Match Day.

Yahya meminta STY untuk mau berbicara dengan klub soal agenda yang diinginkannya. Jika tak ada komunikasi, maka klub akan sulit menerima permintaan STY. Apalagi, tenaga pemain dibutuhkan untuk bersaing di Liga 1.

“Ayo ketemu dengan klub, diskusi. Shin Tae-yong saya yakin juga tahu TC jangka panjang itu tidak efektif. Di seluruh dunia, cara itu sudah ditinggalkan. Selama ini Shin Tae-yong sibuk dengan TC saja,” katanya.

5 dari 5 halaman

Sindiran

Yahya bahkan menyindir STY untuk bisa berkaca dengan tugasnya sebagai pelatih timnas. Dia mencontohkan pelatih AS Roma, Jose Mourinho, yang menolak tawaran Timnas Portugal. Sebab, agenda timnas memang tak sepadat klub.

“Saya pernah baca, Mourinho itu ketika ditawari Timnas Portugal, dia mengatakan masih ingin melatih setiap hari, makanya dia ada di klub. Kalau kamu mau melatih setiap hari, jadi pelatih klub, jangan jadi pelatih timnas,” ungkapnya.

“Kalau pelatih timnas itu scouting, racikannya seperti apa, gabungkan dengan pemain yang matang di kompetisi. Itu yang paling baik,” tutur Yahya Alkatiri.

Berita Terkait