Bola.com, Jakarta - BRI Liga 1 2022/2023 sudah banyak memakan korban pelatih. Hingga pekan ke-26, total ada 14 juru taktik yang terdepak dari klubnya.
Kebanyakan dari mereka harus mengakhiri kerja sama lebih cepat karena dinggap gagal memenuhi ekspektasi manajemen. Para pelatih yang out tersebut didominasi pelatih asing. Rinciannya delapan orang dari luar negeri dan sisanya lokal.
Liga 1 musim ini awalnya diramaikan oleh enam pelatih lokal. Mereka adalah Djadjang Nurdjaman (Persikabo 1973), Nil Maizar (Dewa United), Widodo Cahyono Putro (Bhayangkara FC), Rahmad Darmawan (RANS Nusantara FC), Aji Santoso (Persebaya Surabaya), dan Seto Nurdiyantoro (PSS Sleman).
Dua nama terakhir posisinya sejauh ini masih cukup aman. Keduanya sekaligus menjadi dua sosok lokal yang tersisa sebagai pelatih kepala di BRI Liga 1 2022/2023.
Pergantian pelatih di tengah jalan sudah menjadi tradisi di Liga Indonesia. Mereka harus siap kapan saja kehilangan pekerjaannya. Tetapi bagi sebagian pelatih hal tersebut tidak begitu menjadi masalah.
Sebab, beberapa di antaranya tak membutuhkan waktu lama menganggur setelah kontrak mereka diputus oleh klub. Bola.com merangkum sejumlah pelatih yang terbilang laris diminati klub setelah dipecat. Siapa saja mereka? Simak ulasannya dibawah ini.
Rahmad Darmawan
Yang pertama ada Rahmad Darmawan. Juru taktik berusia 56 tahun itu jadi salah satu pelatih yang terhitung laku di persepakbolaan Tanah Air.
Saking larisnya, musim lalu bahkan Rahmad Darmawan menjadi pelatih pertama yang berganti klub sebanyak tiga kali dalam semusim. Dia memulai musim 2021/2022 dengan menukangi Madura United.
Sayangnya, dia gagal membawa Laskar Sape Kerrab bersinar di pentas liga. Ini seiring jebloknya performa Madura United hingga akhirnya Rahmad Darmawandilengserkan dari jabatannya.
Rahmad Darmawan kini menjadi bagian dari Barito Putera hingga sisa musim BRI Liga 1 2022/2023. Dia didatangkan pada 11 Februari 2023, menggantikan peran Rodney Goncalves yang dipecat oleh klub berjulukan Laskar Antasari tersebut.
Ini menjadi periode kedua pelatih kelahiran 28 November 1966 itu menukangi Barito Putera. Musim lalu Rahmad Darmawan sempat melatih tim Laskar Antasari pada akhir musim Liga 1 2021/2022. Kala itu dia berhasil menyelematkan Barito Putera dari degradasi.
Eks pelatih Timnas Indonesia U-23 itu kemudian ditunjuk sebagai arsitek RANS Nusantara dan mengantarkan The Phoenix promosi ke Liga 1 musim ini. Sayang, kebersamaan Rahmad Darmawan dengan tim milik Raffi Ahmad itu tak berlangsung lama.
Pelatih yang biasa disapa RD itu resmi berpisah dengan RANS per 2 Februari 2023 dan digantikan Rodrigo Santana. Rentetan hasil buruk yang didapat The Phoenix di Liga 1 jadi alasan manajemen menyudahi kerjasama dengan pelatih kelahiran Lampung tersebut.
Djajang Nurdjaman
Berikutnya ada Djajang Nurdjaman. Pelatih berusia 63 tahun itu resmi berpisah dengan Persikabo 1973 pada awal Januari 2023 lalu. Djanur menukangi Persikabo 1973 sejak awal musim ini. Klub berjulukan Laskar Padjajaran itu sempat berada di papan atas dalam beberapa pekan awal BRI Liga 1 2022/2023.
Bersama Djanur, Persikabo 1976 tampil cukup impresif dan bertengger di peringkat kesembilan dengan torehan 23 poin dari 17 laga. Perinciannya mendulang enam kemenangan, lima hasil seri, dan enam kekalahan.
Sayang, catatan cukup baik itu tidak cukup membuat Djajang Nurdjaman stay. Manajemen klub juga tidak membeberkan secara pasti alasan memecat Djanur di pertengahan musim BRI Liga 1 2022/2023.
Setelah bercerai dengan Persikabo 1973, Djajang Nurdjaman masih belum kembali melatih. Sebelumnya, pelatih kelahiran Kabupaten Majalengka, Jawa Barat itu malang melintang di sejumlah klub Tanah Air.
Sebut saja PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Barito Putera, Sriwijaya FC, hingga Persib Bandung. Juru taktik kelahiran 30 Maret 1959 tersebut bahkan pernah membawa Persib Bandung juara Indonesia Super League (ISL) pada 2014.
Seto Nurdiyantoro
Karier kepelatihan Seto Nurdiyantoro memang tak sementereng RD dan Djanur, tetapi pelatih asal Kalasan itu dikenal sebagai pelatih bertangan dingin. Seto pula lah yang kala itu membawa PSS Sleman juara Liga 2 2018 dan promosi ke kasta tertinggi Liga Indonesia.
Berstatus tim debutan, Super Elang Jawa menjelma menjadi tim kuda hitam di Liga 1 2019. Di musim pertamanya di Liga 1, PSS Sleman tampil apik dan finis di peringkat kedelapan klasemen akhir.
Seto memulai karier kepelatihan sejak 10 tahun silam. Saat itu selepas gantung sepatu, dia mulai melatih PSIM Yogyakarta pada periode 2013-2015.
Pelatih berlisensi AFC Pro itu lebih banyak menghabiskan karier sepakbolanya di Yogyakarta. Baik sebagai pemain maupun pelatih. PSS Sleman dan PSIM jadi dua klub yang secara bergantian dibesut Seto selama kurang lebih 10 tahun ini.
Baca Juga