Bola.com, Jakarta - Tak ada yang memprediksi Arema FC musim ini harus terseok-seok di papan bawah. Bahkan kini Arema ada di posisi 14 dengan 34 poin.
Posisi Arema terus melorot lantaran gagal menang dalam 4 laga beruntun. Jika mereka gagal menang melawan Persikabo 1973, Minggu (19/3/2023) tak menutup kemungkinan posisi Arema di klasemen kembali turun.
Jika melihat dari kiprah Singo Edan, ada 2 faktor dominan yang jadi penyebabnya. Bukan karena Tragedi Kanjuruhan pada 1 Oktober 2022. Tapi sebelum itu, performa Arema FC sudah kurang konsisten.
Apalagi kini ditambah sanksi komdis PSSI mereka harus bermain di luar Jawa Timur dan tanpa penonton sampai akhir musim. Apa saja dua faktor itu?
Kehilangan Produktivitas Gol
Saat ini, Arema FC menjadi tim dengan produktivitas gol paling minim. Baru 26 gol yang berhasil dicetak. Tim juru kunci, Rans Nusantara bahkan bisa mencetak 36 gol. Artinya 10 gol lebih banyak ketimbang Singo Edan. Macetnya produktfiitas gol Arema ini tak lain karena beberapa hal.
Pertama, striker asing Abel Camara yang sempat jadi tumpuan tak kunjung memperlihatkan performa terbaiknya. Penyerang asal Guinea Bissau itu baru mengemas 4 gol. Bisa dibilang Camara gagal memberikan kesan positif saat musim pertamanya di Indonesia.
Sedangkan penyerang lain, Kushedya Hari Yudo lebih banyak berkutat dengan cedera. Sementara M. Rafli masih mencari permainan terbaiknya lagi. Karena dia belum mencetak gol musim ini. Hanya Dedik Setiawan yang bermain lumayan dengan 8 gol.
Aliran Bola Tersendat
Kondisi ini diperparah dengan minimnya suplai bola dari lini tengah dan sayap. Itu bukti minimnya chemistry di lini depan Arema.
Buktinya, paling tinggi pemain Arema membuat 2 assist, yakni Ilham Udin, Dendi Santoso dan Rizky Dwi. Selebihnya baru membuat 1 assist. Sementara klub lain jumlah assist yang dibuat rata-rata lumayan tinggi.
Minimnya jumlah gol yagn dicetak membuat kini Arema defisit lima gol. Jumlah kebobolannya sudah 31 gol. Sebenarnya, jumlah kebobolan Arema tidak buruk. Mereka tim nomor tiga dengan jumlah kemasukan paling sedikit. Sedangkan dua tim lain adalah PSM Makassar dan Persija Jakarta yang bersaing di tangga juara.
Downgrade Pelatih
Arema sudah melakukan 4 kali pergantian pelatih musim ini. Terbanyak dibandingkan klub lainnya. Dari Eduardo Almeida, Javier Roca, I Putu Gede dan kini Joko Susilo. Hasilnya, tak ada perubahan signifikan.
Justru posisi Arema di klasemen terus melorot. Ini jadi indikasi tidak ada pengaruh dengan pergantian pelatih yang dilakukan. Karena para pelatih pengganti juga harus beradaptasi dengan komposisi tim.
Selain itu, bisa dibilang Arema melakukan downgrade selama pergantian pelatih. Dari Eduado Almeida yang sudah memberikan posisi 4 besar Liga 1 musim lalu dan juara Piala Presiden 2022.
Tak Ada Pilihan?
Digantikan dengan Javier Roca yang karierrnya di tim profesional baru dimulai sejak musim lalu di Persik. Roca belum pernah memberikan trofi untuk tim yang dilatih. Prestasinya musim lalu menyelamatkan Persik Kediri dari zona degradasi.
Setelah itu, Arema menarik pelatih dari Liga 2, I Putu Gede. Meski Putu Gede sempat melatih Perseru Serui dan PSS Sleman, namun lisensi kepelatihannya belum memenuhi syarat sebagai pelatih kepala sehingga jabatannya kini jadi asisten pelatih.
Terbaru, mendatangkan kembali Joko Susilo. Pelatih yang karier terakhirnya juga di Liga 2 bersama PSKC Cimahi.
Sementara tim lain bisa dibilang melakukan upgrade saat pergantian pelatih. Persib Bandung mendatangkan Luis Milla setelah memecat Robert Alberts. Sementara Borneo FC kini merekrut Pieter Huistra. Efek dari para pelatih itu terasa instan dan membuat timnya punya grafik positif.