Bola.com, Denpasar - Sepak bola menjadi cabang olahraga yang paling "seksi". Dengan ini juga, sepak bola bisa dibenturkan dengan berbagai kepentingan. Termasuk kali ini ketika Piala Dunia U-20 2023 yang berlangsung di Indonesia mulai Mei mendatang.
Timnas Israel U-20 yang getol mendapatkan penolakan dari berbagai pihak termasuk Gubernur Bali I Wayan Koster. Padahal Pulau Dewata menjadi jujukan dunia sebagai pulau yang menjunjung tinggi toleransi.
Pada akhirnya, drawing Piala Dunia U-20 2023 yang rencananya digelar di Gedung Ksirarnawa Taman Werdhi Budaya Art Center pada 31 Mei 2023, batal terlaksana.
Legenda hidup sepak bola Bali, I Wayan Sukadana pun berkomentar dengan permasalahan ini. Meskipun terlalu jauh, Sukadana berharap agar Presiden Joko Widodo "turun gunung" agar masalah ini bisa terselesaikan.
Maklum hingga ini beredar kabar tiga negara yang siap menjadi tuan rumah pengganti. Mereka adalah Argentina, Qatar, dan Peru. "Menurut saya tidak masuk akal, logikanya sampai dibatalkan pasti ada sesuatu apakah politik atau apa arahnya ke sana," ujar mantan arsitek Perseden Denpasar ini.
Seharusnya Bersyukur
Jangan sampai lanjutnya, perjuangan Indonesia sejak berhasil memenangkan bidding sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 2019 lalu menjadi sirna begitu saja. Toh menurutnya, Timnas Israel U-20 sudah memastikan menjadi salah satu peserta setelah menjadi runner up Euro U-19 tahun lalu tidak dipermasalahkan dan akhirnya menjadi polemik jelang drawing Piala Dunia U-20 2023.
Sukadana pun mengingatkan, bahwa penunjukkan menjadi tuan rumah Piala Dunia bukanlah hal yang sembarangan dan melewati proses yang panjang hingga dipercaya dan ditunjuk menjadi tuan rumah.
Kesempatan itu menurutnya, bahkan mungkin tidak bisa datang kedua kalinya, karena banyak negara-negara besar, negara maju yang menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah event sepak bola dunia ini.
"Ditentukan dan ditunjuk oleh FIFA itu tidak sembarangan, ada biddingnya. Bukan Indonesia saja, tetapi ada negara besar negara maju juga menawarkan diri, Indonesia berhasil jadi tuan rumah seharusnya warga bersyukur. Kita tidak tahu kesempatan itu apakah bisa datang lagi, ini bukan hanya kesempatan langka, tapi kesempatan sangat sangat langka," tambah mantan bek legendaris Gelora Dewata ini.
"Mudahnya begini, Indonesia menjadi tuan rumah ini dipersiapkan sejak 3 tahun lalu dengan dana tidak sedikit memperbaiki infrastruktur dan hal lain, tiba-tiba ada yang menolak, alasan Palestina, alasan kemanusiaan lah," imbuhnya.
Khawatir Sanksi Hingga Merugikan Banyak Pihak
Sukadana pun merasa khawatir jika sampai Indonesia gagal menjadi ruan rumah bakal abanyak pelaku industri sepak bola berskala luas dirugikan hingga Indonesia dikucilkan dari sepak bola dunia, event-event internasional.
“Berapa banyak orang akan dirugikan, masyarakat Indonesia juga mayoritas pecinta sepak bola. Yang saya kaget Gubernur Koster bisa menolak ini saya kurang tahu. Tidak masuk akal, padahal sebelumnya mendukung, mengeluarkan anggaran. Presiden harus turun tangan mencegah resiliensi politik yang berkembang ini, kembali lagi presiden memerintahkan pasti akan jalan," bebernya.
Ia merasakan sendiri dampak ketika Indonesia mendapatkan sanksi dari FIFA pada 2015 lalu.
"Saya pernah merasakan di-banned, dan semua merindukan sepak bola. Pemain-pemain yang mencari nafkah dari sepak bola mulai dari Liga 1 hingga Liga 3 sebagai kompetisi yang ada dibawah naungan PSSI yang akan menganggur. Saya hanya berharap semua bisa baik-baik saja, jangan sampai pindah ke negara lain, pelaksanaan tinggal dua bulan lagi,” tutupnya.