Bola.com, Jakarta - Maurizio Sarri tak kuasa menahan jengkel. Pemicunya, wasit yang memimpin duel Lazio kontra Torino dalam lanjutan Liga Italia Serie A 2022/2023 di Stadio Olimpico beberapa waktu lalu, memiliki kinerja buruk.
Menurut Sarri, wasit seharusnya mengganjar Torino hukuman tendangan penalti menyusul pelanggaran terhadap Elseid Hysaj di kotak penalti. Tetap, wasit justru membiarkan dan tak menganggap sebagai pelanggaran serius.
Tak terima, Sarri pun kontan berang usai laga. Terlebih, tim asuhannya kalah 0-1. "Keputusan wasit berdampak. Pelanggaran kepada Hysaj sangat jelas," ketus Sarri, dilansir DAZN.
Bukan kali ini saja Sarri menjadi sorotan. Sebelum menukangi Lazio pada 2021, juru taktik berusia 64 tahun itu pernah membesut Napoli selama tiga tahun, dari 2015 hingga 2018.
Kala itu #SarriOut menjadi tren di media sosial, bahkan sebelum dia menandatangani kontrak dengan rival Napoli, Juventus, pada 2019. Kisah Sarri dan sejumlah pelatih lainnya punya cerita dramatis.
Maklum, mereka dianggap pengkhianat karena justru menerima tawaran melatih dari klub yang dulu menjadi rival eks timnya. Yuk, simak beberapa nama di bawah ini :
Jorge Jesus
Sepuluh trofi yang mengesankan dalam enam musim menjadikan Jesus orang yang mengubah nasib Benfica antara 2009 dan 2015. Catatan itu termasuk gelar liga berturut-turut untuk kali pertama dalam 31 tahun.
Karena kontraknya akan berakhir pada musim panas 2015, Benfica berharap dapat membujuknya untuk memperbarui. Hanya saja, Benfica memutuskan untuk menurunkan gajinya.
Bisa ditebak, Jesus memilih cabut. Dia lalu jatuh ke pelukan Sporting CP. Jesus bertahan di Sporting selama tiga musim, tetapi hanya memenangkan Piala Super Portugal 2015 dan Taca da Liga pada Januari 2018.
Lima bulan kemudian, Jesus, staf pelatih, dan para pemain diserang barisan penggemar di tempat latihan mereka. Latarnya tak lain perselisihan antara pemain dan presiden klub Bruno de Carvalho, finis di urutan ketiga liga dan tersingkir dari Liga Europa.
Setelah memenangkan Copa Libertadores dan liga Brasil bersama Flamengo pada 2019, Jesus pindah kembali ke Benfica pada Juli 2020. Meskipun menghabiskan banyak uang menurut standar Portugis, Benfica mengalami musim yang sulit. Mereka tersingkir dari Liga Champions di babak kualifikasi.
Alex McLeish
Ada banyak kontroversi seputar kepindahan McLeish ke Birmingham City dan dari Birmingham City ke Aston Villa. Birmingham City mengklaim dia masih terikat kontrak dengan mereka ketika mengumumkan diri sebagai manajer baru Aston Villa.
Uniknya, para penggemar klub barunya juga tidak terlalu senang dengan hal itu. Fans melakukan protes terhadap penunjukannya di luar lapangan. McLeish tidak pernah berhasil mendapatkan dukungan dari fans Villa dan pergi setahun kemudian.
Danny Wilson
Wilson berstatus dua kali menjadi bos Barnsley, serta mengelola rival Steel City Sheffield Wednesday dan United. Dia ditunjuk sebagai pelatih Blades pada 2011 setelah mereka terdegradasi ke League One.
Nasib tak bagus tersebut terjadi lebih dari 10 tahun sejak dia melatih, tetapi itu tidak menghentikan protes pendukung. Kalimat 'Love Utd Hate Wilson' meerupakan satu spanduk yang dibentangkan para pendukung.
Timnya kalah di final play-off melalui adu penalti kontra Huddersfield. Dia meninggalkan klub sebelum akhir musim 2012/2013.
Steve Bruce
Bruce menjadi pemimpin Newcastle, Sunderland, Birmingham, dan Aston Villa. Dia memenangkan dua kali promosi dengan Birmingham dalam enam tahun tugas.
Tapi, dia tidak bisa melakukan hal yang sama dengan Villa. Bruce lalu dipecat pada Oktober 2018, tak lama setelah penggemar yang tidak puas melemparkan kubis ke arahnya dari tribun.
Pada Juli 2019, Bruce bergabung dengan klub masa kecilnya, Newcastle, setelah dia meninggalkan Sunderland. Para penggemar yang biasa menyanyikan, kali ini menyerangnya dengan beragam nyanyian yang menyindir keras.
Osvaldo Brandao
Di Brasil, tak ada yang punya kisah panjang mengelola klub rival seperti Osvaldo Brandao. Pelatih ini pernah menukangi musuh bebuyutan Corinthians dan Palmeiras dengan perbedaan besar antara tahun 1940-an dan 1980-an.
Dia memenangkan gelar negara bagian Sao Paulo bersama Palmeiras pada tahun 1947. Pencapaian itu terjadi sebelum melakukannya dengan Corinthians pada 1954.
Dia mengelola Palmeiras dalam dua masa gemilang di akhir 1950-an dan awal 1970-an, membangun tim yang dianggap sebagai yang terbesar dalam sejarah Brasil. Pada tahun 1977, Brandao kembali ke Corinthians, di mana ia mengakhiri paceklik trofi klub selama 23 tahun dengan kejuaraan negara bagian pada 1977.
Guna menambah kredensial lintas batasnya, Brandao juga memenangkan satu gelar negara bagian dengan klub ibu kota lainnya, Sao Paulo FC.
Rafa Benitez
Mengingat sejarahnya bersama Liverpool (2004-2010), tak semua fans Everton senang melihatnya di Goodison Park (2021-2022). Beberapa orang membentangkan standuk bertuliskan berbau teror: 'Kami tahu di mana Anda tinggal'.
Kebetulan, para penggemar benar untuk waspada, bahkan jika beberapa menunjukkannya dengan cara yang salah. Setelah awal yang menjanjikan, kinerja Benitez berubah dari buruk menjadi lebih buruk.
Everton tampil tak menawan. Rafa menjadi benar-benar berantakan. Mereka harus berpaling ke Frank Lampard untuk menyelamatkan mereka dari degradasi.
Sumber : Planetfootbal
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda