Bola.com, Jakarta - Gelandang Timnas Indonesia U-22, Marselino Ferdinan, mendapatkan pujian setinggi langit dari Simon McMenemy, mantan pelatih Bhayangkara FC dan Merah Putih.
Marselino Ferdinan langsung dipercaya sebagai starter saat Timnas Indonesia U-22 berjumpa Filipina pada partai pembuka Grup A SEA Games 2023 cabang olahraga (cabor) sepak bola di Olympic Stadium, Sabtu (29/4/2023) sore waktu setempat.
Diandalkan sebagai playmaker di lini tengah Garuda Muda, Marselino sukses mencetak gol perdana jelang babak pertama rampung. Memanfaatkan umpan Ilham Rio Fahmi, pemain KMSK Deinze itu berhasil membawa Timnas Indonesia memimpin 1-0.
Timnas Indonesia U-22 pada akhirnya menambah dua gol lagi melalui upaya Fajar dan Irfan Jauhari pada babak kedua untuk mengantarkan skuad Garuda memenangi laga pembuka SEA Games 2023 cabor sepak bola.
Disaksikan Simon McMenemy
Hadir di tribun Olympic Stadium, Simon McMenemy menaruh perhatian lebih terhadap Marselino Ferdinan. Menurutnya, Marsel adalah pemain cerdas yang tak terlihat banyak bekerja keras, tetapi sangat efektif ketika menguasai bola.
"Marcelo? Oh dia bermain cerdas, setiap kali menguasai bola, kualitasnya langsung terlihat. Saya tahu dia ketika masih di Persebaya, saat saya menangani Bhayangkara FC," kata Simon.
"Saya paham seperti apa Marselino, dia terlihat seperti tidak bekerja keras, tetapi dia selalu berada di waktu dan tempat yang tepat. Pemain yang sangat cerdas."
Bingung Dukung Siapa
Simon sangat antusias menyaksikan laga Timnas Indonesia vs Filipina. Ia bahkan membawa anaknya ke stadion dan menikmati dua bekas tim asuhannya saling bentrok di SEA Games 2023.
"Sama seperti Filipina, kalau mereka lawan Malaysia, saya dukung Filipina, kalau Indonesia lawan Malaysia, saya mau Indonesia menang," kata Simon McMenemy.
"Filipina dan Indonesia adalah dua tim yang pernah saya tangani. Saya paham pemain-pemainnya, saya paham siapa saja di belakang layar, jadi sulit buat saya memilih."
Adaptasi
Marselino, di sisi lain, tak sungkan mengakui bahwa dirinya masih beradaptasi. Akan tetapi, adaptasi yang dimaksud adalah cuaca.
Hawa panas di Kamboja memang sedang tinggi-tingginya karena tengah memasuki peak season musim kemarau. Suhu di Phnom Penh bisa menyentuh 34 sampai 35 derajat celsius.
"Buat saya mungkin adaptasi lebih ke cuaca. Kalau buat teman-teman kan kita sama sudah bertemu di liga jadi buat saya chemistrinya bisa dibangun. Untuk adaptasi itu saja," ujarnya menambahkan.