8 Pemain Sepak Bola Paling Sial dalam Sejarah: Ada yang Kalah dalam 11 Laga Final!

oleh Hery Kurniawan diperbarui 02 Mei 2023, 11:30 WIB
Ilustrasi - 8 Pemain Paling Sial (Bola.com/Decika Fatmawaty)

Bola.com, Jakarta - Sepak bola adalah olahraga yang memerlukan kemampuan fisik dan skill yang mumpuni. Selain itu, olahraga ini juga memerlukan mentalitas level tinggi bagi pelakunya, terutama ketika menghadapi laga-laga krusial.

Dalam situasi seperti itu, terkadang hal-hal yang disebutkan di atas tidak penting lagi. Faktor yang paling berperan penting adalah keberuntungan.

Advertisement

Kita bicara apa yang terjadi dengan Chelsea di final Liga Champions 2008 misalnya. Andai saja John Terry tidak terpeleset ketika mengeksekusi tendangan penalti, bisa jadi The Blues sudah punya tiga gelar juara Liga Champions saat ini.

Masih dalam suasana Hari Ulang Tahun (HUT) ke-8, Bola.com merangkum delapan pemain sepak bola yang mendapatkan predikat paling sial. Siapa saja mereka?

2 dari 9 halaman

Javier Mascherano

Javier Mascherano. Eks Gelandnag bertahan berusia 38 tahun yang telah pensiun pada November 2020 bersama Estudiantes ini tercatat total mengoleksi 20 caps bersama Argentina di ajang Piala Dunia. Jumlah tersebut dicatatkannya dalam 4 edisi Piala Dunia, yaitu mulai 2006 hingga 2018. Prestasi terbaiknya yaitu saat membawa Argentina menjadi runner-up pada edisi 2014 di Brasil setelah kalah 0-1 dari Jerman lewat perpanjangan waktu di partai final. (AFP/Olga Maltseva)

Javier Mascherano adalah pemain yang unik. Sosok satu ini sangat tangguh baik ketika dimainkan sebagai bek tengah maupun gelandang bertahan.

Mascherano sebenarnya meraih banyak kesuksesan, terutama saat memperkuat Barcelona. Ia mampu mempersembahkan banyak gelar untuk klub tersebut.

Namun, Javier Mascherano juga dikenal sebagai pemain sepak bola yang sial. Dalam sepanjang kariernya, eks pemain Liverpool ini kalah 11 kali di laga final.

3 dari 9 halaman

Paolo Maldini

Paolo Maldini. Eks Bek kiri Italia berusia 54 tahun ini tercatat total tampil dalam 23 laga bersama Timnas Italia di putaran final Piala Dunia pada 4 edisi, mulai 1990 hingga 2002. Prestasi terbaiknya adalah saat membawa Tim Azzurri menjadi runner-up pada edisi 1994 usai kalah 2-3 lewat adu penalti dari Brasil. (AFP/Gerard Julien)

Cap legenda dan salah satu pemain terbaik dalam sejarah Italia kerap melekat pada sosok Paolo Maldini. Total 25 trofi pernah diraih Maldini di sepanjang kariernya.

Namun, lemari trofi itu seharusnya bisa bertambah lebih banyak jika Paolo Maldini tidak banyak mengalami kekalahan pada babak final kompetisi penting.

Bayangkan saja, Maldini kalah dalam tiga final Liga Champions, sekali di Euro, sekali di Piala Dunia, sekali di Piala Super Eropa, dan beberapa laga penting lain.

4 dari 9 halaman

Patrice Evra

Bek Juventus asal Prancis, Patrice Evra. (AFP/Marco Bertorello)

Patrice Evera adalah bek kiri jempolan pada masanya. Ia pernah lama menjadi bagian penting di lini belakang Manchester United.

Namun, ketenaran Patrice Evra yang kerap kalah di babak final juga masih terus diingat sampai saat ini. Bayangkan saja, ia kalah empat kali dari lima kesempatan bermain di final Liga Champions.

Selain itu, Patrice Evra juga kalah sekali di final Euro 2016. Padahal laga itu digelar di Paris yang merupakan kandang Timnas Prancis.

5 dari 9 halaman

Gianluigi Buffon

Striker Barcelona, Lionel Messi, menarik baju kiper Juventus, Gianluigi Buffon, pada laga Liga Champions di Stadion Camp Nou, Rabu (9/12/2020). Aksi La Pulga tersebut karena merasa frusatsi gagal membobol gawang Buffon. (AFP/Josep Lago)

Gianluigi Buffon meraih segalanya di level domestik bersama Juventus. Untuk level tim nasional, ia juga mampu meraih trofi Piala Dunia pada 2006.

Namun, di ajang Liga Champions, kiper satu ini seperti punya kesialan tersendiri. Buffon bermain di tiga final Liga Champions, sayangnya ia selalu kalah dalam tiga laga final tersebut.

Kekalahan terakhir terjadi di final Liga Champions 2017. Saat itu Juventus dihajar 1-4 oleh Real Madrid di partai puncak.

6 dari 9 halaman

Michael Ballack

1. Michael Ballack - Ballack setia memakai nomor punggung 13 baik saat bermain untuk Chelsea, Bayern Munchen, Leverkusen bahkan saat membela timnas Jerman. Ballack juga mengenakan jersey nomor 13 untuk setiap tim yang ia bela. (AFP/Glyn Kirk)

Pada masanya, Michael Ballack pernah disebut sebagai gelandang paling komplet. Ia kuat dalam menyerang dan bertahan. Pemain satu ini memiliki tendangan keras dan terukur. Selain itu, Ballack juga memiliki jiwa kepemimpinan yang teruji.

2002 adalah tahun terburuk bagi Michael Ballack. Pada tahun itu, tim yang ia perkuat gagal mendapatkan empat trofi juara, padahal jaraknya sudah sangat dekat.

Bayer Leverkusen, pada hari terakhir perbutan gelar Bundesliga 2001/2002, juga kalah di babak final DFB Pokal dan Liga Champions di tahun yang sama. Kemudian Timnas Jerman juga kalah 0-2 dari Timnas Brasil di babak final Piala Dunia 2002.

Julukan Mr Runner-up semakin melekat kepada sosok Ballack ketika Jerman kembali kalah di final Euro 2008 dan Chelsea kalah dari Manchester United di babak final Liga Champions pada tahun yang sama.

7 dari 9 halaman

Gonzalo Higuain

Gonzalo Higuain (bawah), saat membela Argentina kontra Jerman, pada babak final Piala Dunia 2014, di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, Brasil (14/7/2014). Higuain tak dipanggil timnas Argentina pada ajang Kualifikasi Piala Dunia 2018. (EPA/Diego Azubel)

Tidak terlalu banyak pemain yang bisa melakukan apa yang dilakukan Gonzalo Higuain. Pemain berjulukan El Pipita itu memiliki tiga gelar La Liga, satu trofi Copa del Rey, dan dua mahkota Supercopa de Espana bersama Real Madrid.

Bersama Napoli, dia memenangkan Coppa Italia dan Supercoppa Italiana. Bersama Juventus, dia memenangkan dua gelar Serie A dan dua Coppa Italia dan bahkan memenangkan Liga Europa saat memperkuat Chelsea.

Namun, Higuain juga punya kesialan lain dengan kalah pada lima babak final. Tiga di antaranya ia alami bersama Argentina, yakni di Piala Dunia 2014, kemudian Copa America 2015 dan 2016.

8 dari 9 halaman

Alessandro Del Piero

Pavel Nedved dan Alessandro Del Piero merupakan dua pemain yang setia bertahan di Juventus, meski timnya terdegradasi ke Serie B 2006-2007 akibat skandal Calciopoli. (AFP/GIUSEPPE CACACE)

Alessandro Del Piero adalah talenta besar yang dimiliki Italia. Dalam sepanjang kariernya, Del Piero sekali menjuarai Liga Champions pada musim 1995/1996.

Del Piero berkesempatan menambah gelar juara UCL menjadi empat gelar. Sayangnya, Juventus yang ia perkuat selalu kalah di tiga final Liga Champions, yaitu pada musim 1996/1997, 1997/1998 dan 2002/2003.

Del Piero juga pernah berlaga di Serie B. Ia tak mau meninggalkan Juventus yang dihukum turun kasta karena kasus pengaturan skor Calciopoli pada 2006.

9 dari 9 halaman

Lothar Matthaus

Lothar Matthaus sering dianggap sebagai salah satu gelandang terbaik sepanjang masa. Matthaus pernah bermain untuk Borussia Monchengladbach, Bayern Munich, dan Inter Milan. Ia juga berhasil membawa Timnas Jerman Barat memenangi Piala Dunia 1990. Pemain kelahiran Erlangen, Jerman tersebut merupakan pemain tengah yang memiliki kemampuan sangat lengkap. Sepanjang kariernya, Matthaus pernah mendapatkan gelar individu sebagai Pemain Terbaik Eropa 1990, Pemain Terbaik FIFA 1991, dan Pemain Terbaik Jerman 1999. (AFP/Gerard Cerles)

Legenda satu ini punya total 26 gelar juara di sepanjang kariernya. Ia juga punya rekor mengesankan dengan tampil di lima edisi Piala Dunia.

Namun, Matthaus juga punya kesialan. Ia kalah dalam dua final Piala Dunia melawan Italia dan Argentina. Matthaus juga kalah di final Piala UEFA melawan Eintracht Frankfurt.

Selain itu, Matthaus juga kalah di dua final Liga Champions melawan Porto dan Manchester United. Kekalahan dari MU pada 1999 masih terus dibicarakan sampai saat ini.

Berita Terkait