Bola.com, Jakarta - AC Milan memiliki sejarah panjang. Itu pula yang menjadi bagian dari kemeriahan pesta ulang tahun ke-8 Bola.com tahun ini. Beragam ekspresi ikonik AC Milan di lapangan, menjadi pilihan terkini.
Semua itu beranjak dari atensi publik yang kini mengarah ke AC Milan. Raksasa Liga Italia tersebut 'tanpa diduga' berhasil melangkah ke babak semifinal Liga Champions. Aroma optimistis sudah keluar dari beberapa penggawa, kalau mereka bisa mengangkat kejayaan di level Eropa.
Bek agresif AC Milan, Theo Hernandez ini yakin, rekan-rekannya bisa mengibarkan kembali panji-panji kebesaran di ajang antarklub paling bergengsi di Eropa musim ini. "Kami pasti bisa memenangkannya," kata pesepak bola berusia 25 tahun itu.
Publik sempat ragu, kini AC Milan justru merangsek ke semifinal. Di partai menentukan nanti, Theo dkk akan berhadapan dengan rival sekota, Inter Milan.
Seteru Kuat
AC Milan akan lebih menjamu Inter dalam laga leg 1 pada 9 Mei mendatang. Sepekan kemudian, giliran Inter yang bertindak sebagai tuan rumah. Sukses pasukan Stefano Pioli ke semifinal Liga Champions setidaknya menjadi gengsi tersendiri, menyusul performa yang kurang apik di Serie A.
Mengemas 57 poin, AC Milan, yang tak lain merupakan juara bertahan musim lalu, masih terjebak di posisi kelima. Mereka terpaut 22 angka dari Napoli, sebagai pemuncak klasemen.
AC Milan, biar bagaimana pun, merupakan tim dengan sejarah yang mengagumkan. Tim yang bermarkas di San Siro ini tak hanya pernah digdaya di kompetisi domestik, tapi juga di zona Eropa.
Oleh sebab itulah, AC Milan adalah bukti nyata kekuatan sepak bola modern yang patut diacungi jempol. Sekarang ayo kita lihat ulang sejumlah momen terbaik Milan di pentas balbalan dunia :
Piala Eropa 1969 dan Piala Interkontinental
AC Milan bertekad mengatasi Ajax, lawan yang akan mereka hadapi di final Piala Chamions Eropa 1969. Tampil perkasa, Milan sukses menggiling raksasa Belanda dengan skor telak 4-1.
Selain di ajang itu, AC Milan juga digdaya di final Piala Interkontinental di tahun yang sama. Bertarung versus Estudiantes de la Plata dari Argentina, Milan juga menang dengan aggregat mencolok 4-2.
Scudetto 1951
Setelah Perang Dunia II, AC Milan muncul sebagai satu di antara tim terkuat di Italia. Saat itu, AC Milan berfokus kepada pemain asal Swedia yang sangat berbakat, yakni Gunnar Gren, Nordahl, dan Nils Liedholm.
Ketiganya memberikan kontribusi yang sangat besar dalam perjalanan AC Milan meraih gelar. Kesuksesan pada 1951 sangat menyentuh karena merupakan awal dari perjalanan apik selanjutnya, yakni 1955, 1957 dan 1959, serta dua Piala Latin di tahun 1951 dan 1956.
Piala Eropa 1963 Vs Benfica
Pada tahun 1960-an, semua orang membicarakan Nereo Rocco dan gaya baru sepak bola "catenaccio". Gaya permainan itu lalu ditiru sebagian besar klub Italia dan diperbaiki saingan sengit AC Milan, yakni rival sekota, Inter Milan.
Dua pilar krusial, Gianni Rivera dan Jose Altafini, memastikan AC Milan mengamankan kemenangan 2-1 atas Benfica di Wembley untuk memberi mereka trofi perdana di panggung Eropa.
Silvio Berlusconi (1986)
Suka atau tidak, Silvio Berlusconi menyelamatkan AC Milan dari periode sulit. Sentuhan menawan Silvio, membuat AC Milan bangun dari keterpurukan, sehingga bisa bangkit dari Serie B ke Serie A.
Tanpa kucuran dana dan politik pria itu, AC Milan yang kita kenal dan cintai saat ini tidak akan ada. Berlusconi-lah yang membawa trio Belanda Marco Van Basten, Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit ke San Siro.
Milan Vs Maradona (1987/1988)
Ini adalah Scudetto pertama Milan sejak 1979, dan itu adalah satu di antara yang terberat hingga saat ini. AC Milan memiliki banyak pemain berkualitas dan pelatih keren bernama Arrigo Sacchi.
Napoli juga memiliki bintang seperti Careca dan Ciro Ferrara. Lalu, poin utama adalah keberadaan Diego Maradona dari Argentina.
AC Milan memenangi musim itu setelah mereka mengalahkan Napoli di tahap akhir musim. Beragam peristiwa menarik terjadi saat itu, dan bakal tertanam di kepala Milanisti.
Kemenangan Atas Steaua Bucharest
AC Milan memenangkan kali ketiga turnamen di panggung Eropa. Pencapaian itu terjadi setelah mereka mengalahkan Steaua Bucuresti, 4-0 di final tahun 1989 atau setahun sebelum Piala Dunia 1990.
Situasi saat itu menjadi sebuah catatan khusus bagi AC Milan. Maklum, mereka sedang berusaha untuk meneruskan hegemoni di ranah lokal dan Eropa. Namun, semuanya tak selalu berhasil.
Inter Milan 0-6 AC Milan (2001)
Inter Milan kontra AC Milan adalah satu di antara derbi yang tak mungkin terlewat begitu saja. Jika ingin membandingkan, para penggemar sepak bola bisa saja melirik beberapa perang raksasa seperti Real Madrid Vs Barcelona, River Plate Vs Boca Juniors, dan AS Roma Vs Lazio.
Pada tahun itu, AC Milan membuktikan dirinya sanggup bermain elegan dan efektif. Hasilnya, AC Milan unggul, sekaligus mencetak rekor kemenangan terbesar dalam sejarah Derby della Madonnina, yakni 6-0.
Sayang, mereka belum bisa bersaing dengan AS Roma. Kala itu, AC Milan dan Inter Milan sama-sama mengumpulkan 44 poin atau 20 poin di belakang pemimpin klasemen, AS Roma.
Balas dendam di Athena
Di Istanbul, Turki, AC Milan memang tidak pantas kalah dari Liverpool. Namun, pada final Liga Champions paling luar biasa sepanjang masa, Rossoneri justru babak belur.
Tak lama kemudian, kedua tim kembali saling berhadapan di final dan kali ini di Athena, Yunani. AC Milan hanya memikirkan satu hal dan itu adalah balas dendam.
Hasilnya sangat menggembirakan. AC Milan menggebuk Liverpool 2-1. Filippo Inzaghi mencetak dua gol dan menjadi bintang kemenangan raksasa Liga Italia tersebut.
Sumber : Bleacherreport
Baca Juga
Kejutan, Kode Keras Erick Thohir Tegaskan Rela Mundur dari Ketum PSSI, jika...
Panas Usai Dihajar Jepang, Ini 5 Hot News Timnas Indonesia yang Bikin Perasaan Fans Campur Aduk : Curhat Kevin Diks sampai Ancaman Evaluasi
Bikin Geger, Pengakuan Shin Tae-yong dan Sindiran Keras Malaysia Setelah Timnas Indonesia Disikat Jepang, Ini 5 Hot News Tim Garuda