Bola.com, Jakarta - Ada anggapan ketika Robert Pires bergabung dengan Arsenal pada 2000, tim tersebut sudah lengkap. Tapi pemain Prancis itu memberikan sentuhan akhir berkelas yang menjadikan The Gunners salah satu tim terhebat di Premier League.
Pires datang relatif terlambat di lini serang Arsenal yang nantinya akan ciptakan Invincibles. Pada saat dia tiba dari Marseille pada musim panas 2000, Dennis Bergkamp telah berada di Arsenal selama lima tahun, Freddie Ljungberg dua tahun, dan Thierry Henry sekitar 11 bulan.
Saat tiba di Higbury, Pires juga hanya diplot sebagai pengganti pemain lain yang sangat elegan, Marc Overmars. Meski demikian, dia tetap bersikeras ke Arsenal walau Real Madrid hingga Juventus juga tertarik mendapatkannya.
Ternyata Pires adalah salah satu rekrutan terbaik yang pernah dibuat Wenger. Pemain berkebangsaan Prancis tersebut memberikan sentuhan akhir pada tim yang akan terus mencapai kesempurnaan.
Lalu bagaimana cerita Robert Pires ketika berada di Arsenal hingga menjadi sosok penting Gunners meraih invincibles? Simak cerita yang jarang diketahui banyak orang ini.
Penampilan Menarik
Berwajah segar dan dicukur bersih terlepas dari garis dagu yang gelap ketika dia pertama kali tiba di London utara, Pires akan menjadi lambang budaya Francophile yang berkembang pesat di Arsenal. Dia menumbuhkan rambut, cambang, dan kumisnya menjadi semacam sosok D'Artagnan.
Tidak hanya menarik dengan penampilannya, Pres adalah seorang pesepak bola yang gagah, agung, dan mematikan dalam permainannya. Jika Bergkamp adalah 'The Iceman' dan Henry hadir seperti baja, Pires adalah finisher halus yang membawa kemahiran lembut ke Arsenal.
Pires seperti sebuah kemewahan bagi skuad Arsene Wenger. Alhasil, Wenger mampu mengumpulkan salah satu tim yang paling estetis untuk menghiasi Premier League.
Peran Pires
Di era sebelum orang Inggris menggunakan istilah gegenpressing yang populer saat ini, pada awal 2000-an, seorang pemain depan lebih banyak menunggu. Bahkan, Wenger tidak memberikan tugas kepada Pires untuk turun bertahan.
Saat itu, Gunners memang memiliki lini pertahanan yang tangguh. Tidak hanya lini pertahanan tangguh, para gelandang Arsenal juga memiliki daya jelajah tinggi saat bertahan maupun menyerang dengan memiliki Patrick Vieira hingga Gilberto Silva.
Meski tidak dibebankan tugas untuk bertahan dan bebas di sayap kiri, Pires dituntut untuk menciptakan hingga menyelesaikan peluang. Tugas tersebut dibayar tuntas Pires dengan kecepatan dan kecerdasannya dalam permainan.
Pembuktian Pires
Pires membuktikan permainannya kepada para penggemar saat membantu Arsenal merebut gelar juara di musim keduanya di Highbury. Pires juga menjadi pemain dengan assist terbanyak di Premier League saat itu dan mencetak sembilan gol saat The Gunners unggul tujuh poin atas rival terdekatnya, Liverpool.
Dia adalah Pemain Terbaik Penulis Sepak Bola Tahun Ini dan Pemain Terbaik Arsenal Musim itu. Sayang, ligamennya robek pada bulan Maret dan kemudian absen di final Piala Winners melawan Chelsea.
Pada musim 2001/2002, Pires juga mencetak gol indah yang menentukan kariernya. Dia mampu mengecoh George Boateng dan Peter Schmeichel dan mencetak gol yang menginspirasi yang menjadi momen bersejarah baginya.
Cetak Hattrick
Pulih dari cedera ligamen, penampilan Pires tidak menurun dan tetap garang. Meskipun pada musim selanjutnya, Arsenal gagal juara karena kalah dari Manchester United.
Namun, pada matchday terakhirnya di Premier League, Pires mencetak hattrick saat melawan Southampton. Sang pemain kerap mencetak gol cantik di sejumlah laga.
Kebangkitan Pires setelah cedera juga menandakan kebangkitan Arsenal di musim selanjutnya. Bahkan, Pires mampu membawa Arsenal meraih gelar juara tanpa terkalahkan alias invincibles.
Juara Secara Elegan
Sentuhan halus yang sama yang dia gunakan sepanjang musim Invincibles. Pires berada di urutan kedua setelah Henry dalam daftar pencetak gol terbanyak bagi timnya.
Henry membukukan 39 gol di semua kompetisi, tetapi Pires muncul dengan 19 gol. Itu menjadi kehormatan baginya dengan rekor dan juara tanpa kekalahan yang dia ukir bersama Arsenal.
Pires tidak hanya terbiasa mencetak gol cantik, tetapi juga secara teratur mencetak gol di setiap laga. Tim-tim besar Premier Leagua, seperti Liverpool hingga rival sesama klub London Utara, Tottenham menjadi korbannya.
Sayangnya, petualangannya di Arsenal berakhir dengan catatan rendah. Pires juga digantikan sebelum laga usai di final Liga Champions 2006 setelah kiper Arsenal Jens Lehmann mendapat kartu merah.
Pires kemudian pindah ke klub Spanyol, Villarreal, tidak lama setelah final menyedihkan baginya dan Arsenal. Kepindahan Pires tentu saja membuat banyak penggemar Arsenal putus asa.
Meski hanya enam tahun di Arsenal, banyak penghargaan dan beberapa gol paling terkenal yang pernah dicetak atas namanya. Pires juga akan selalu dikenang meninggalkan warisan yang Arsenal yang Tak Terkalahkan.
Sumber: Planet Football