Serba Serbi Timnas Palestina, Lawan Indonesia di FIFA Matchday: Ternyata Pernah Bertemu Lho

oleh Ana Dewi diperbarui 14 Jun 2023, 11:43 WIB
Ilustrasi Timnas Palestina jelang melakoni sebuah pertandingan. (Ahmad GHARABLI / AFP)

Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia akan menghadapi Palestina pada FIFA Matchday edisi Juni 2023. Duel kedua tim bakal berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, Rabu (14/6/2023).

Timnas Palestina saat ini menempati posisi ke-93 ranking FIFA. Sedangkan Timnas Indonesia cuma menduduki peringkat ke-149.

Advertisement

Sepanjang sejarah, kedua tim baru sekali bertemu di level senior. Pertemuan itu terjadi dalam pertandingan persahabatan di Stadion Manahan, Solo, Jawa Tengah, pada 22 Agustus 2011.

Garuda Nusantara yang kala itu dibesut Wim Rijsbergen menang dengan skor meyakinkan 4-1, meski sempat tertinggal lebih dulu.

Bambang Pamungkas tampil gemilang dengan mencetak brace alias dua gol pada laga itu. Sementara dua gol lainnya dilesakkan oleh Hariono dan Christian Gonzales.

 

 

 

2 dari 5 halaman

Tak Begitu Mentereng

Menilik prestasi tim berjulukan Lions of Canaan itu memang tak punya catatan mentereng. Timnas Palestina juga belum pernah bermain di Piala Dunia.

Mereka juga tidak pernah lolos dari fase grup kejuaraan WAFF, turnamen terbesar antar tim di kawasan Asia Barat. Termasuk, di FIFA Arab Cup.

Sementara di Piala Asia, Palestina baru dua kali berpartisipasi pada edisi 2015 di Australia dan 2019 di Uni Emirat Arab.

Sayang, di dua edisi ini mereka selalu terhenti di babak penyisihan grup. Sementara pada Piala Asia 2023, Palestina berhasil lolos ke putaran final yang bakal dihelat di Qatar pada Januari 2024.

Sejauh ini, prestasi terbaik Timnas Palestina yakni menjuarai AFC Challenge Cup pada 2014. Saat itu mereka membekuk Filipina dengan skor tipis 1-0 di partai puncak.

 

3 dari 5 halaman

Stabil

Palestina kini dinakhodai pelatih asal Tunisia, Makram Dabboub. Dia memimpin tim sejak 2021. Dibawah asuhan pelatih kelahiran 30 Desember 1972 itu, perlahan permainan Timnas Palestina menunjukkan kemajuan.

Lions of Canaan tampil impresif dengan menyapu bersih laga sepanjang 2022. Mereka masing-masing menang atas Mongolia, Yaman, dan Filipina. Sedangkan di 2023, Makram Dabboud mengantarkan timnya mempermalukan Timnas Bahrain 2-1 dalam FIFA Matchday Maret 2023.

4 dari 5 halaman

Sejarah Timnas Palestina

Palestina sampai saat ini masih dihantui konflik berkepanjangan dengan Israel. Konflik ini dipicu lantaran Israel yang ingin menguasai wilayah sekaligus merampas kemerdekaan rakyat Palestina.

Lantas, bagaimana sepak bola Palestina hidup di tengah konflik panjang dengan Israel?

Federasi sepak bola Palestina (PFA) berdiri sejak 1928 dan diakui AFC pada 1995 dan tiga tahun berselang baru diakui induk organisasi sepak bola dunia alias FIFA.

Setelah diresmikan Palestina mulai rutin mengikuti agenda internasional. Adapun pertandingan internasional pertama yang mereka lakoni yakni ketika bersua Lebanon.

Dengan kondisi serba sulit, Palestina sejatinya kesulitan membangun tim di kancah internasional. Meski begitu, terus PFA berusaha untuk menjalankan sepak bola di tengah situasi perang.

PFA juga tak patah arang dalam membentuk tim nasional mereka. Perjuangan itu membuahkan hasil. Buktinya, saat ini Palestina menghuni 100 besar ranking FIFA dan bahkan mereka pernah menduduki posisi ke-73 FIFA.

Selain itu, demi keberlanjutan sepakbolanya PFA kemudian membentuk dua kompetisi yang dinamai Liga Jalur Gaza dan Liga Tepi Barat. Kedua liga yang terpisah wilayah ini bisa berjalan beriringan di tengah konflik. Pemenang dari dua kompetisi kasta teratas ini akan memperebutkan tiket menuju Kualifikasi Liga Champions Asia.

Namanya juga negara berkonflik, tentu perkembangan sepak bola Palestina tak bisa semulus negara lain. Karena situasi perang yang tak kunjung usai, FIFA pun turun tangan. Pada 2008 lewat program FIFA's Goal dibangun Stadion Oday Dabbagh di daerah Tepi Barat wilayah Al-Ram. Stadion tersebut berkapasitas 12.500 penonton.

"Timnas Palestina berlaga di pentas internasional merupakan kisah inspiratif tersendiri. Keberhasilan apa pun, terlepas dari kesulitan yang dihadapi, prestasi itu patut mendapat perhatian," demikian seperti dikutip Bola.com dari laman firsttimefinish.co.uk dalam artikel berjudul Football in Palestine: power, conflict, and hope.

"Tim nasional Palestina secara konsisten mengatasi rintangan untuk mengembangkan permainan indah di tanah mereka. Sejarah sepak bola Palestina panjang, kompleks, dan penuh dengan ambiguitas. Ini adalah kisah yang mencerminkan iklim sosial dan budaya daerah itu sendiri," lanjutnya.

 

 

5 dari 5 halaman

Berdamai Lewat Lapangan Hijau

Di tengah tensi panas yang masih berlangsung sampai saat ini, rupanya di lapangan hijau kedua negara ini bisa sedikit berdamai lewat Bnei Sakhnin FC. Kok bisa?

Bnei Sakhnin merupakan klub sepak bola yang berkiprah di Liga Premier Israel. Uniknya, mayoritas pendukung serta pemain klub ini berasal dari etnis Arab-Israel keturunan Palestina.

Bisa dibilang, Bnei Sakhnim adalah representasi perdamaian dari kedua negara tersebut. Mereka bahkan pernah menjuarai Piala Israel pada 2004 silam. Sekaligus menjadi klub Arab-Palestina tersukses di Israel hingga kini.

"Kisah tim sepak bola Israel Palestina dari kota Sakhnin mengilustrasikan bagaimana sepak bola berfungsi secara politis dalam konflik antara Israel dan Palestina," demikian seperti yang dikutip Bola.com dari laman LSE Blogs.

"B'nei Sakhnin adalah tim Israel-Palestina yang paling sukses dan satu-satunya tim yang konsisten di liga utama Israel. Tidak seperti kebanyakan tim Israel Palestina yang kekurangan dana dari pemerintah daerah yang miskin, Sakhnin mendapat sokongan dana dari Qatar, stadion yang menarik, dan sukses di lapangan," tambahnya. 

Berita Terkait