Bola.com, Jakarta Timnas Indonesia akan menghadapi Palestina dalam FIFA Matchday di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Rabu (14/6/2023).
Laga ini memang tak seheboh lawan Argentina pada 19 Juni mendatang di Jakarta. Namun, fans Indonesia tetap antusias menyaksikan pertandingan ini. Karena ada beberapa wajah baru yang berpeluang menjalani debut.
Dari 26 pemain yang dipersiapkan pelatih Shin Tae-yong, ada lima nama yang belum pernah membela timnas senior Indonesia. Sayangnya, satu pemain dipastikan tidak bisa tampil, yakni Sandy Walsh.
Pemain berdarah Indonesia-Belanda itu mengalami cedera betis. Agak disayangkan memang. Sandy jauh-jauh hari sudah menunggu kesempatan membela Indonesia.
Jadi, hanya 4 pemain yang punya kans mengenakan seragam Timnas Indonesia untuk kali pertama. Mereka adalah Reza Arya Pratama, Shayne Pattynama, Rafael Struick dan Ivar Jenner.
Hanya ada satu pemain pribumi yang musim lalu mengantarkan PSM Makassar jadi juara Liga 1. Sedangkan tiga nama lain merupakan pemain naturalisasi yang lahir di Belanda.
Reza Arya Pratama
Kiper PSM Makassar ini akhirnya merasakan panggilan Timnas Indonesia. Sebab, musim lalu dia memperlihatkan performa apik. Dari 33 pertandingan, gawangnya hanya kemasukan 24 gol. Reza membuat 14 kali cleansheet. Itu yang membuat kiper 23 tahun ini punya kans debut melawan Palestina.
Dalam FIFA Matchday kali ini, kiper yang dipanggil kualitasnya tak beda jauh. Selain Reza, kiper lainnya adalah Syahrul Trisna dan Ernando Ari. Tidak ada Nadeo Argawinata yang sebelumnya jadi langganan kiper utama Indonesia.
Saat tampil bersama PSM, Reza punya kelebihan dari segi reflek. Maklum, dia dapat banyak pelajaran dari pelatih kiper yang sudah malang melintang di Liga 1, Alan Haviluddin. Dia dikenal banyak mengorbitkan kiper baru di Indonesia.
Tinggal bagaimana Reza mengatasi rasa canggungnya ketika dapat kesempatan bermain Karena kiper muda biasanya masih demam panggung. Untungnya, ini baru ajang ujicoba. Bukan ajang resmi seperti kualifikasi Piala Dunia atau Piala AFF Sehingga tekanannya tidak terlalu tinggi.
Shayne Pattynama
Pemain 24 tahun ini bisa jadi langsung jadi opsi pertama di sektor bek kiri. Jika melihat performa di klubnya, Viking FK, Norwegia, Shayne tampil apik. Dia jadi pilihan utama di posisi bek kiri. Dari 9 pertandingan di kasta tertinggi musim ini, Shayne berhasil mencetak 1 gol.
Dia punya skill, kecepatan dan stamina bagus. Badannya terlihat berisi dan membuatnya kuat saat berduel dengan lawan. Kehadirannya membuat posisi Pratama Arhan terancam. Hanya saja, Shayne tak punya lemparan jauh seperti Arhan.
Meski demikian, Shayne termasuk bek kiri modern, kuat bertahan dan aktif membantu serangan. Jika menghadapi tim level Asia, dia sangat bisa diandalkan. Tinggal bagaiamana dia memahami cara bermain rekan-rekannya di Timnas Indonesia.
Rafael Struick
Satu lagi pemain naturalisasi yang bisa menyita perhatian publik Indonesia, yakni Rafael Struick. Pemain yang bisa berposisi sebagai sayap kiri dan penyerang itu beru berusia 20 tahun. Kini Rafael bermain untuk ADO Den Haag. Dia bukan pemain inti di klubnya. Namun, dia berada di kasta tertinggi sepak bola Belanda.
Pastinya ekspektasi publik Indonesia kepadanya cukup tinggi. Hanya saja, ada sedikit masalah yang diungkapkan ketika menjalani pemusatan latihan jelang lawan Palestina, yakni cuaca yang terasa lebih panas. Saat ini, dia masih berusaha melakukan adaptasi.
Jika melihat permainannya di ADO Den Haag, Rafael lebih sering dipasang sebagai winger kiri. Skill dan akselerasinya jadi andalan utama. Karkater bermain yang disukai orang Indonesia. Dia sering melewati lawannya dengan aksi individu. Dia juga pernah menjalani pemusatan latihan bersama Timnas Indonesia U-20 di Turki beberapa waktu lalu. Namun untuk timnas Indonesia senior, baru kali ini dia bergabung.
Ivar Jenner
Posisinya sebagai gelandang. Dia akan bersaing dengan Marc Klok, Ricky Kambuaya dan lainnya. Ivar sudah punya sedikit gambaran tentang permainan Indonesia. Karena dia sempat mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-20 di Turki beberapa waktu lalu.
Pemain 19 tahun yang kini membela FC Utrecht II itu bisa dibilang gelandang flamboyan. Skill-nya bagus dan punya ketenangan, masih berusia muda, staminannya terbilang cukup bagus.
Tentang adaptasi, Ivar mengaku banyak dibantu oleh Klok. Selain punya posisi bermain yang sama, Klok juga alumni Utrecht. Jadi, mereka lebih cepat akrab lantaran satu almamater.