Bola.com, Surabaya - Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, menerapkan sejumlah skema yang cukup menarik saat menghadapi Palestina pada pertandingan FIFA Matchday periode Juni 2023.
Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Rabu (14/6/2023) malam hari WIB itu, Timnas Indonesia dan Palestina harus puas berduel tanpa pemenang karena laga berakhir imbang dengan skor 0-0.
Timnas Indonesia sebetulnya punya sejumlah peluang emas yang sangat berpotensi menjadi gol. Pasalnya, sepanjang pertandingan, anak asuh Shin Tae-yong sanggup melesakkan total enam shots on target.
Sayangnya, tidak ada peluang yang berhasil dikonversi menjadi gol. Dari segi permainan, aksi skuad Merah Putih sebetulnya cukup menjanjikan. Pasalnya, Shin Tae-yong memperlihatkan beberapa variasi yang menarik.
Beberapa skema yang coba disajikan pelatih asal Korea Selatan itu memang bukan hal yang baru bagi Timnas Indonesia. Sebab, sebelumnya skema serupa sudah pernah dijajal. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.
Mainkan Pakem 4-3-3
Pada pertandingan ini, Shin Tae-yong memang memenuhi janjinya untuk menyajikan permainan menyerang. Timnas Indonesia menggunakan skema 4-3-3 atau 4-2-3-1 yang karakternya lebih ofensif.
Di sektor pertahanan, Timnas Indonesia mengandalkan empat bek, yakni Asnawi Mangkualam, Rizky Ridho, Elkan Baggott, dan Pratama Arhan. Sedangkan lini tengah diperkuat Marc Klok dan Ricky Kambuaya.
Kedua pemain ini secara bergantian bertugas untuk menjemput bola dan mendistribusikannya ke berbagai lini. Sebagai holding midfielder, keduanya juga punya peran defensive di lini tengah.
Marselino Ferdinan mendapat kebebasan untuk tampil lebih ofensif di lini tengah. Dia bertugas menjembatani lini tengah dan lini depan yang diperkuat oleh Rafael Struik, Dimas Drajad, dan Yakob Sayuri.
Skema Defend-Counter
Saat bola berada di bawah penguasaan Palestina, Timnas Indonesia cenderung menerapkan garis pertahanan yang rendah. Mereka lebih banyak menahan laju serangan lawan dari area permainan sendiri.
Dalam momen tanpa bola, semua pemain ikut membantu pertahanan. Situasi semacam ini mencari momentum yang tepat untuk memberikan tekanan. Saat bola berhasil dikuasai, transisi dari bertahan menuju menyerang langsung diaktifkan.
Skuad Merah Putih kerap melancarkan skema serangan balik cepat. Namun, terkadang terhenti di tengah jalan karena para pemain kurang mendapatkan support. Tak jarang pula skema defend-counter ini menghasilkan peluang emas.
Arhan dan Asnawi Jadi Inverted Full-back
Salah satu variasi menarik dari permainan Timnas Indonesia pada pertandingan ini ialah munculnya peraninverted full-back yang dijalankan oleh dua bek sayap, Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan.
Saat skema bangun serangan (build-up phase), Asnawi dan Arhan secara bergantian mengisi sektor lini tengah. Mereka membantu Marc Klok dan Ricky Kambuaya yang menjadi gelandang tengah.
Masuknya salah satu bek sayap ke sektor ini memang bisa memberikan bantuan. Sebab, perpindahan ini bisa menciptakan numerical superiority alias keunggulan jumlah pemain untuk mengeliminasi tekanan lawan.