Kisah 40 Tahun Lalu: Arsenal Babak Belur, Keok dari Klub Indonesia di Surabaya

oleh Aditya Wany diperbarui 16 Jun 2023, 21:45 WIB
Rudy Ketljes (tengah), saat membela NIAC Mitra saat menjajal klub elite Inggris, Arsenal, di Stadion Gelora 10 November, Surabaya. (Istimewa)

Bola.com, Surabaya - Publik sepak bola Indonesia pernah dibuat heboh dengan kekalahan raksasa Inggris, Arsenal. Klub berjulukan The Gunners itu bukan takluk di liga Inggris, melainkan kalah dari klub Indonesia.

Momen itu tercipta saat Arsenal berkunjung ke Indonesia pada 1983 atau 40 silam menjadi rentetan tur Asia. Ada tiga pertandingan di Indonesia yang dilakoni oleh Arsenal yang saat itu ditangani oleh Terry Neill.

Advertisement

Arsenal lebih dulu menghadapi klub Perserikatan, PSMS Medan, yang akhirnya berhasil dimenangkan dengan skor 3-0. Berikutnya, klub London Utara itu mampu unggul 5-0 atas PSSI Selection.

Nah, pertandingan ketiga ini yang membuat nama Indonesia diperbincangkan. Arsenal bertamu ke markas NIAC Mitra, klub Galatama, di Stadion Gelora 10 November, Surabaya, tepat hari ini, 40 tahun yang lalu, 16 Juni 1983, pukul 14.00 WIB.

Klub bentukan perusahaan NIAC (New International Amusement Center) ini menjadi klub terbaik di Galatama. NIAC Mitra berjaya pada awal dekade 80-an saat menjuarai edisi kedua Galatama. 

Setelah PSSI membuka regulasi pemain asing pada musim 1982/83, NIAC Mitra mulai menggaet pemain impor terbaik. Hal ini pun membuat NIAC Mitra terpilih sebagai lawan tanding Arsenal di Surabaya. 

2 dari 5 halaman

30 Ribu Penonton

Trio Niac Mitra (dari kiri): Djoko Malis, Yudi Suryata, dan Ruddy W. Keltjes, yang empat musim beruntun sukses meraih gelar juara era Galatama. (Dok. Pribadi Yudi Suryata)

Sebanyak 30 ribu penonton lebih memadati Stadion Gelora 10 November. Siapa sangka, klub legendaris Indonesia bernama NIAC Mitra sukses membuat gebrakan di kancah sepak bola dunia. 

Tim asal Surabaya itu secara mengejutkan mampu memaksa raksasa Liga Inggris, Arsenal bertekuk lutut hingga akhirnya kalah. Duel NIAC Mitra vs Arsenal berlangsung pada 16 Juni 1983 pada pukul dua siang.

Arsenal datang melawan NIAC Mitra dengan diperkuat bintang-bintang mereka. Nama seperti Pat Jenning, Keny Sansom, David O'Leary, Graham Rix, Pat Jennings, Alan Sunderland, Kenny Sansom, serta Brian Talbot, bermain sejak menit pertama.

Sementara NIAC Mitra, dihuni bintang-bintang sepak bola nasional seperti Rudy Kelces, Tommy Latuperissa, Djoko Malis, dan Syamsul Arifin.

Dua pemain bintang asal Singapura, yakni penjaga gawang David Lee dan legenda sepak bola asal Singapura, Fandi Ahmad, juga main di NIAC. Sepanjang laga, NIAC Mitra memang tampil spartan.

3 dari 5 halaman

Arsenal Kerepotan

Arsenal pun seperti kerepotan dengan agresivitas pemain-pemain NIAC Mitra. Secara mengejutkan, NIAC Mitra sukses menang dengan skor meyakinkan 2-0 lewat dua gol dari Fandi Ahmad (37') dan Djoko Malis (85’).

Kemenangan ini tak hanya menggemparkan Surabaya, namun juga sepak bola Indonesia. Pelatih Arsenal kala itu, Terry Neill, beralasan timnya tengah kelelahan setelah menjalani musim yang panas.

Selain itu, panasnya cuaca Surabaya membuat pemainnya cepat kelelahan. Namun, kemenangan tetaplah kemenangan. Momen langka ini akan terus diingat oleh publik Surabaya. 

Namun apapun yang terjadi, kemenangan tetaplah mutlak. NIAC Mitra adalah legenda karena menjadi satu-satunya klub asal Indonesia yang sukses mengalahkan Arsenal.

4 dari 5 halaman

Prestasi Niac Mitra

NIAC Mitra juga tercatat pernah menjuarai Turnamen Piala Emas Aga Khan 1979 di Pakistan Timur (saat ini Bangladesh), yakni cikal-bakal Liga Champions Asia. Di partai final, mereka mengalahkan wakil China, Liaoning dengan skor 4-2 lewat babak adu penalti.

Sementara itu, kiprah NIAC Mitra di kancah sepak bola Indonesia sangatlah disegani. Pasukan M. Basri kala itu tercatat pernah menjadi juara kompetisi era Galatama pada 1981/82, 1982/83, dan 1986/87.

Sayangnya, nama NIAC Mitra kini tak lagi muncul di sepak bola nasional. Mereka resmi dibubarkan pada 24 September 1990.

Saat Galatama dan Perserikatan dilebur menjadi Liga Indonesia pada 1994, muncul nama Mitra Surabaya sebagai penggantinya. Klub itu pun kini juga sudah tidak berada di Kota Pahlawan.

5 dari 5 halaman

Musim Terakhir

Pemain Mitra Kukar, Danny Guthrie saat melawan Persib Bandung pada laga Liga 1 Indonesia di GBLA, (8/4/2018). (Dok Bola.com)

Klub itu sempat diakuisisi oleh Sulaiman HB dan bermarkas di Banjarmasin dengan nama Mitra Kalimantan Putra pada 1999. Empat tahun berikutnya, klub itu pindah lagi berganti nama jadi Mitra Kukar yang berkandang di Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Mitra Kukar sempat masuk ke papan atas sejak 2011/2012 saat kompetisi masih bernama Indonesia Super League (ISL). Mereka kemudian jadi klub Liga 1 pada musim 2017 dan 2018.

Sayang, tahun 2018 jadi musim terakhir mereka di kompetisi Liga 1 karena terdegradasi ke Liga 2 memasuki musim 2019. Nasib sial mereka berlanjut setelah kembali terdegradasi dari Liga 2 2021. Kini, Mitra Kukar tercatat sebagai klub Liga 3.

Berita Terkait