Bola.com, Jakarta - Penampilan yang diperlihatkan Timnas Indonesia pada dua laga FIFA Matchday melawan Palestina dan Argentina menyisakan sejumlah catatan.
Evaluasi ini berkaitan dengan aspek positif sekaligus negatif skuad Garuda. Pada dua pertandingan melawan Palestina dan Argentina, Timnas Indonesia gagal mendapatkan kemenangan.
Duel pertama berakhir imbang tanpa gol, sedangkan laga kedua berujung kekalahan dengan skor 0-2. Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, tentu sudah mengumpulkan sejumlah catatan yang menjadi evaluasi kegagalan anak asuhnya pada dua laga ini.
Apalagi, khusus laga pertama, skuad Garuda bermain lebih baik dan punya peluang untuk menang. Sayangnya, keunggulan atas Palestina tak bisa dimaksimalkan Timnas Indonesia.
Sejumlah kesempatan berharga yang berpotensi menghasilkan gol pun nyatanya tak mampu dimaksimalkan. Dari dua pertandingan ini, setidaknya ada sejumlah catatan positif dan negatif yang ditampilkan Asnawi Mangkualam dan kawan-kawan. Berikut Bola.com menyajikan ulasannya.
Pertahanan Cukup Kokoh
Bermain melawan negara sekelas Timnas Argentina, skuad Garuda memang harus meladeni dominasi total dari lawan. Skuad asuhan Shin Tae-yong juga kesulitan untuk merebut penguasaan bola.
Akhirnya, Timnas Indonesia dipaksa bertahan total untuk menahan laju gempuran yang dilancarkan Timnas Argentina dari berbagai sisi. Strategi ini sebetulnya cukup efektif untuk meminimalkan ancaman.
Apalagi, gol-gol yang dicetak Timnas Argentina memang dinilai sulit untuk diantisipasi. Sepakan keras Leandro Paredes, misalnya, bakal sulit dihalau oleh kiper mana pun. Hal serupa juga terjadi pada tandukan Cristian Romero yang memaksimalkan sepak pojok.
Mental Bertanding Patut Diapresiasi
Terlepas dari kualitas antara kedua kubu yang terpaut jauh, mental bertanding yang diperlihatkan oleh para pemain Timnas Indonesia memang sudah sepatutnya mendapatkan apresiasi.
Pasalnya, Asnawi Mangkualam dan kolega tak gentar menghadapi duel melawan skuad asuhan Lionel Scaloni yang sebagian pemainnya berkarier di kompetisi elite Eropa.
Khusus performa Asnawi, daya juang ini lah yang patut ditiru oleh para pemain Timnas Indonesia lainnya. Keberaniannya duel melawan bintang muda Manchester United, Alejandro Garnacho, layak mendapatkan kredit khusus.
Serangan Balik Sering Buntu
Salah satu senjata andalan Timnas Indonesia selama ini ialah kecepatan para pemainnya. Itulah sebabnya, skema serangan balik menjadi tumpuan utama untuk membongkar pertahanan lawan, termasuk musuh yang lebih kuat.
Sayangnya, pada dua laga FIFA Matchday ini, keunggulan itu tak mampu dimaksimalkan para pemain Indonesia. Taktik defend-counter yang kerap jadi senjata justru sering kandas di tengah jalan.
Salah satu penyebabnya ialah pengambilan keputusan yang kurang tepat. Misalnya, dalam beberapa momen, Marselino Ferdinan yang bisa menginisiasi serangan balik justru terus menggiring bola.
Padahal, sebetulnya ada opsi operan yang bisa membuat serangan balik ini dilanjutkan. Namun, karena keputusan itu, Marselino justru dilanggar pemain lawan dan counter-attack-nya kandas.
Penyelesaian Akhir Masih Buruk
Catatan evaluasi yang paling mencolok dari performa Timnas Indonesia pada dua pertandingan FIFA Matchday melawan Palestina melawan Argentina ialah buruknya penyelesaian akhir lini depan.
Pada pertandingan pertama melawan Palestina, skuad Garuda mendapatkan banyak sekali peluang berbahaya yang sebetulnya bisa menjadi gol. Namun, tidak ada satu pun yang berhasil dikonversi menjadi gol.
Adapun pada laga kontra Argentina, Indonesia memang tak banyak menyerang. Namun, beberapa peluang emas yang berhasil diciptakan juga tak kunjung menghasilkan gol untuk tim Merah Putih.
Baca Juga
Rapor Penggawa Timnas Indonesia di Pekan Ke-11 BRI Liga 1: Sayuri Bersaudara Menggila, Egy Sukses Jadi Pahlawan
Media Vietnam Singgung Absennya Rafael Struick Jadi Kabar Buruk bagi Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
TC Timnas Indonesia di Bali untuk Piala AFF 2024 Diundur Setelah Pilkada, Dimulai 28 November 2024